" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?
Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rea lagi
Aqila bangun pagi-pagi sekali. Karena keadaan ibunya yang masih belum memungkinkan untuk beraktivitas. Aqila yang mengambil alih untuk memasak menu makan pagi.
" Qila ..."
" Iya ayah."
" Nggak usah masak yang berat-berat mumpung hari minggu. Kemarin kan ada roti juga dari nak Abi."
" Oh iya. Ayah mau sarapan roti aja?"
" Iya. Buatkan yang gurih-gurih jangan yang manis ya."
" Iya ayah."
Aqila melihat stok roti tawar yang selalu tersedia di rumah belakangan ini. Karena ibunya sedang sakit, ayahnya sengaja membeli roti tawar dalam jumlah banyak untuk stok saat makan pagi.
Aqila mengingat-ingat selama beberapa hari ini ayahnya sering makan pagi dengan roti tawar dan susu kental manis. Entah yang putih atau yang coklat, pernah hanya dengan gula pasir dan meises cokelat diatas mentega.
" Pantesan Ayah bosan."
Aqila mencari bawang putih. Tetapi tidak ditemukannya bawang putih di lemari es.
" Ayah, Qila kedepan sebentar ya."
" Mau cari apa?"
" Bawang putih yah."
" Iya sudah."
Aqila berlari-lari kecil menuju ke penjual sayur yang selalu membuka dagangan nya di depan kompleks perumahan kalau masih pagi begini.
"Eh Qila. Belanja??"
"Iya Bu. Ada bawang putih??"
"Ada. Mau berapa??"
"Seperempat aja. Sama daun seledri nya."
"Sama apa lagi?? Sayur nya enggak??"
"Mau sawi putih sama telur seperempat aja ya Bu."
"Iya."
Aqila langsung bergegas pulang setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.
" Qila...tadi ada telepon dari Nak Abi."
" Oh iya Yah."
Aqila segera menghubungi Abizam.
Abizam meminta melakukan panggilan video.
" Sudah makan??"
" Masih masak buat ayah sama ibu dan kak Alvi kak."
" Kamu doyan bubur kan?? Ayah ibu dan kakak kamu doyan?? "
" Doyan banget kak."
" Bentar lagi kakak sampai. Kakak bawa bubur."
";Iya kak."
Setelah menyelesaikan panggilan video dengan Abizam, Aqila mencuci bersih bawang putih. Lalu mencincang nya sampai lembut. Setelah itu di masukkan ke dalam mentega. Diambilnya susu kental manis sedikit kemudian dituangkan ke dalam adonan dan sebagai pemanis Aqila memotong kecil-kecil daun seledri. Setelah itu Aqila mengoleskan ke permukaan roti tawar dan memanggang lnya di atas teflon.
" Bau nya harum."
" Loh kak Abi kok udah sampai sini??"
" Kan tadi udah deket."
Aqila sibuk membolak balik roti yang dipanggang nya.
" Bikin apa?? "
" Garlic bread. Ayah mau sarapan yang simpel tapi ngga mau yang manis. Bosen sepertinya ayah makan yang manis-manis."
" Ada yang udah matang?? Perut kakak langsung bunyi nyium bau nya."
" Bilang aja kalau lagi lapar. Ini ada. Kakak coba aja."
Abizam langsung mengambil lima potong garlic bread buatan Aqila yang hanya berasal dari roti tawar biasa.
" Wah ini kesukaan Leon ini."
" Oh ya??? Nanti kapan-kapan Qila buatkan untuk Leon."
" Waktu kamu jadi mami nya Leon ya??"
" Kak Abi ah.."
Wajah Aqila memerah mendengar ucapan Abizam.
" Kalau lagi makan pizza dia gak pernah ketinggalan makan ini. Selalu pesan dua porsi dia habis kan sendiri."
Aqila pun melanjutkan tugas nya memanggang roti dibantu oleh Abizam.
" Qila , sudah selesai bikin rotinya?? Makan dulu nak. Keburu dingin bubur nya."
" Iya Yah."
Tidak berapa lama kemudian Aqila keluar bersama Abizam yang membawa piring berisi garlic bread.
" Wah enak ini."
Ayah Aqila langsung mengambil garlic bread buatan Aqila dan menyantap nya.
" Keasinan nggak yah??"
"Pas banget rasanya. Anak ayah memang hebat. Ayo makan dulu."
" Ibu coba yang ini ya. Ini tadi Qila tambahkan susu kental manisnya agak banyak sama Qila kasih madu dikit. Biar gak terlalu asin. Ibu harus jaga kadar garam nya biar gak naik lagi."
" Iya."
Ibu Aqila tersenyum dan mengambil garlic bread buatan Aqila yang memang sedikit saja rasa asinnya. Setelah menunggu Alvino bergabung bersama, mereka memulai makan paginya. Aqila tidak pernah merasa sebahagia ini bisa berkumpul bersama keluarga nya. Apalagi ada Abizam di tengah-tengah mereka.
Setelah makan pagi dan mencuci peralatan memasak dan yang lainnya dibantu oleh Abizam, Aqila duduk di ruang tengah untuk mulai belajar. Abizam dengan setia menemani Aqila sambil mengerjakan beberapa pekerjaannya yang ada di dalam handphone nya.
" Kalau ada yang gak bisa tanya kakak."
" Emang kakak bisa??"
" Bisa dong."
" Kalau ini emang bisa???"
Abizam memperhatikan soal yang disodorkan oleh Aqila. Setelah membaca sejenak, Abizam pun sudah menyelesaikan soalnya dengan baik.
" Gimana??"
Aqila melihat ke kunci jawaban yang biasanya tersedia di halaman akhir.
" Kok bisa??"
" Jadi gini..."
Dengan penuh kesabaran dan perhatian, Abizam menjelaskan kepada Aqila cara menyelesaikan soal yang disodorkan oleh Aqila tadi.
" Sampai sini paham??"
" Paham. Kak Abi kenapa gak jadi guru aja?? Penjelasan Kak Abi lebih mudah dipahami daripada penjelasan guru kelas Aqila."
" Kalau kakak jadi guru yang ngurus perusahaan kakak siapa??"
" Oh iya sih."
" Loh Abi kok udah di sini??"
" Lah mama ngapain ke sini??"
Terlihat kedua mama Abizam yang sudah rapi berada di rumah Aqila. Aqila pun juga terkejut saat melihat kedatangan calon mertua nya.
" Mama kok sampai sini??"
" Kan kemarin Abi yang minta buat urus pernikahan kalian segera. Ya mama ke sini mau ajak keluarga Qila belanja lah. Jadi nanti kalau Qila sudah selesai ujian tinggal Go aja."
Wajah Aqila memerah mendengar ucapan mama Abizam . Aqila pun memanggil kedua orang tua nya. Kedua orang tua nya dan mama Abizam membicarakan hal yang tidak dipahami oleh Aqila.
" Udah. Kamu fokus belajar saja."
" Iya kak."
Aqila pun melanjutkan acara belajar nya. Bahkan saat keluarganya pergi bersama mama Abizam pun Aqila masih belajar.
" Jangan macam-macam lo Bi. Nanti kalau udah nikah baru boleh macam-macam."
" Mama ini. Qila malu loh jadinya."
" Hahaha. Jangan pulang kalau kami belum pulang ya. Jaga Aqila di rumah."
" Bereessss."
Hampir seharian penuh keluarga Aqila dan mama Abizam berbelanja. Ibu Aqila masih menggunakan kursi roda untuk bepergian jauh. Menjelang sore hari mereka baru kembali dengan banyaknya kantong belanjaan.
" Ini apa aja Ma??"
Aqila terbelalak melihat banyaknya kantong belanjaan yang teronggok di ruang tengah.
" Ini punya ibu, ayah sama kakak kamu. Punya kamu nanti setelah kamu selesai ujian ya Qila."
Aqila semakin membelalakkan matanya. Dan berbisik kepada Abizam.
" Katanya sederhana kak??"
" Ya ini sederhana versi mama. Kalau wah bisa-bisa rumah kamu penuh sama barang-barang. Ini masih sebagian kecil."
**************
Pagi di sekolah Aqila, Aqila sudah dengan mode serius menghafal kan mata pelajaran yang akan dijadikan materi pembelajaran hari ini.
" Aku gak nyangka kalau kamu bisa diangkat anak oleh keluarga Kusuma. Hebat juga kamu bisa membuat papa ku di jatuhkan jabatan nya dan sekarang jadi pegawai rendahan."
Aqila menatap sekilas Rea yang menghampiri nya dan kemudian memilih untuk mengabaikan nya dan fokus belajar.
" Kok gak ada kapok nya kamu itu."
Amanda datang dan menabrak bahu Rea. Sama sekali tidak ada ketakutan dari wajah Amanda. Rea menatap kesal ke arah Amanda.
" Tidak ada yang perlu aku takuti di sini."
" Oh ya?? Coba aja buat masalah. Aku yakin guru-guru di sini udah nggak segan lagi menghukum kamu. Asal kamu tahu. Guru-guru di sini sudah muak dengan sikap kamu. Mereka pun nggak menghukum kamu, karena mereka segan dengan papa kamu. Dan perlu kamu ketahui juga. Bahkan papa kamu yang berkuasa sudah kehilangan taringnya. Meringis pun juga nggak ada yang takut. Jadi siap-siap saja. Bikin masalah bisa jadi langsung bersihkan kamar mandi."
Amanda menatap tajam ke arah Rea. Kemudian Rea menyunggingkan senyum miring nya.
" Wuaah Amanda sekarang sudah lebih berani ya?? Apa karena dekat dengan sahabat Abizam putra dari keluarga Kusuma yang menduda tanpa diketahui siapa istrinya??"
Aqila mengepalkan tangan nya mendengar ucapan Rea yang hanya mendengar selentingan saja.
" Apa kamu lupa, bahkan aku pernah di skors selama satu minggu karena menarik rambut mu sampai beberapa helai melekat di jari tangan ku. Apalagi sekarang,yang kamu bilang aku dekat dengan sahabat Abizam apa nggak mungkin aku bisa bebas tanpa skorsing setelah mencabut rambutmu sampai pitak. Atau menampar wajah kamu sampai mengeluarkan darah? Aku bisa melakukannya tanpa bantuan dari keluarga Kusuma."
Amanda menyunggingkan senyumnya melihat wajah pucat Rea.
" Rea, aku nggak tahu apa yang membuat kamu benci sama aku. Kalau itu karena Reza, aku dan Reza hanya berteman biasa."
" Lagipula mana mau Reza dengan orang model kayak gini. Kasar, sok berkuasa dan...ah nggak ada bagus nya ternyata. Buruk semua. Bahkan anak lelaki di sekolah ini nggak ada yang mau sama dia. Kamu mau Ndre sama dia? "
Amanda menunjuk Andre. Lelaki yang duduk di bangku depan Amanda.
" Ogah. Walaupun nama kami ada unsur miripnya tapi aku ogah."
Rea pun meninggalkan tempat Aqila. Dan keluar kelas. Tidak ada lagi yang mengikutinya seperti dulu.
" Hari ini mama Om Abi bawain apa??"
" Nggak tahu. Ada buat kamu juga. Heran. Dapat jatah juga kamu dari mama kak Abi."
" Tentu dong. Aku berjasa besar soalnya. Mana punya ku. Aku belum sarapan."
" Kenapa?? Ibu tiri mu..."
" Kumat gilanya. Dia mau jodohin aku sama lelaki beristri dua."
"Gila."
" Dan bisa-bisanya dia mau supaya aku menjodohkan Om Ryan sama Talita. Ya mana mau si Talita nya. Om Ryan juga. Bener-bener gila. Fix setelah ujian selesai aku bener-bener mau cari kost-kostan aja."
" Kalau ada apa-apa bilang sama aku."
" Ini aku udah bilang."
" Ada yang kamu butuhkan??"
" Ada."
" Apa??"
" Pelukan dari sahabat ku."
Aqila menatap ke arah Amanda. Kemudian memeluk erat sahabatnya yang entah berapa banyak luka yang sudah di simpan nya.
" Pagi-pagi udah peluk-pelukan kayak Teletubbies."
" Berisik kamu Ndre."
" Qila dipanggil Bu Santi."
" Ada apa lagi Mala??"
" Bu Santi kekeuh pengen daftarkan aku ke fakultas kedokteran. Karena nilai-nilai aku mencukupi untuk masuk ke sana. Tapi hati ini nggak gak sreg."
" Coba tanya sama Om Abi udah??"
" Ah iya. Kenapa nggak kepikiran sampai sana sih. Tapi aku pengen banget jadi guru. Punya murid kayak kamu yang ngeselin seru juga."
" Kalau kayak Rea mau gak??"
" Aku didik dengan baik pasti."
" Gombal."
" Aqila. Buruan cepet. Udah di tunggu Bu Santi juga."
" Iya. Sabar kenapa Ndre."
Aqila segera keluar dari kelasnya diikuti oleh Andre.
" Ngapain ngikutin??"
" Aku juga dipanggil. Hehehe."
" Gara-gara bolos lagi ya??"
" Emang Qila tahu banget tentang aku."
" Seluruh sekolah juga tahu kalau kamu tukang bolos."
" Emang aku famous kok."
" Saking famous nya sampai di jadikan contoh buruk sama bu Santi waktu upacara kemarin."
" Bu Santi sialan. Katanya gak akan ngomong di depan khalayak umum. Hancur sudah harapan ku dapetin adek kelas."
" Bisa kok."
" Caranya??"
" Cari aja adek kelas yang gak masuk upacara kemarin."
Aqila terkekeh melihat wajah sebal Andre.