NovelToon NovelToon
Promise: Menafsir Kamu

Promise: Menafsir Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kisah cinta masa kecil / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama / Cinta Murni
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Iyikadin

Rayna tak pernah benar-benar memilih. Di antara dua hati yang mencintainya, hanya satu yang selalu diam-diam ia doakan.
Ketika waktu dan takdir mengguncang segalanya, sebuah tragedi membawa Rayna pada luka yang tak pernah ia bayangkan: kehilangan, penyesalan, dan janji-janji yang tak sempat diucapkan.
Lewat kenangan yang tertinggal dan sepucuk catatan terakhir, Rayna mencoba memahami-apa arti mencintai seseorang tanpa pernah tahu apakah ia akan kembali.
"Katanya, kalau cinta itu tulus... waktu takkan memisahkan. Hanya menguji."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iyikadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14 - Kecupan Pertama

"Dia mendekat, jarak hilang, dan dunia diam. Tapi detik itu… aku cuma bisa berpikir, andai yang berdiri di depan aku bukan dia."

...***...

Rayna membuka mata. Kejutan langsung menghantamnya bagai gelombang dingin, wajah Ben hanya beberapa senti dari wajahnya.

"BEN!!" serunya refleks, kedua tangannya mendorong dada Ben sekuat tenaga.

Namun, alih-alih menjauh, Ben justru menahan tangannya. Tarikan kuat itu membuat tubuh Rayna kembali tertarik mendekat, terperangkap dalam posisi setengah memeluk yang menyesakkan. Jantungnya berpacu liar.

Ben menatapnya intens, sorot matanya menyimpan badai keraguan dan keberanian yang bertentangan. Perlahan, sangat perlahan, ia mencondongkan wajahnya. Rayna membeku, tak mampu bergerak, tak mampu berpikir.

Bibir Ben menyentuh bibirnya. Kecupan singkat, manis, namun cukup untuk membakar seluruh sarafnya. Sentuhan itu bagai sengatan listrik yang melumpuhkan.

Detik berlalu terasa seperti abad. Kemudian, Ben menjauhkan wajahnya. Tatapannya sulit diartikan, penuh penyesalan dan harapan yang bercampur aduk.

"Maaf," bisiknya lirih, suara yang nyaris tenggelam dalam keheningan malam.

Lalu, tanpa menunggu jawaban, Ben melepaskan Rayna dan berbalik pergi, menghilang dalam kegelapan.

Rayna membeku. Bibirnya seperti terbakar, sensasi ciuman itu terlalu nyata. Pikirannya kacau, bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi barusan?

Setelah Ben keluar kamar. Rayna terpaku, lalu mengunci pintu begitu saja. Bersandar di sana, napasnya berat dan tidak teratur. Bibirnya terasa panas.

Pikirannya berkecamuk.

Apa yang terjadi? Kenapa Ben menciumnya? Apa maksud dari semua ini?

Rayna memejamkan mata, mencoba menenangkan diri yang bergejolak. Namun, bayangan wajah Ben, tatapan intensnya, dan sentuhan bibirnya terus berputar di benaknya. Ia merasa bingung, salah tingkah, dan jantungnya berdebar kencang. Semuanya terasa begitu tiba-tiba, membingungkan, dan terlalu nyata untuk diabaikan.

Setelahnya, pikiran Rayna justru melayang pada Vando, pacarnya di Praha. Belum ada kata putus di antara mereka. Rasa bersalah menghantamnya. Ciuman dengan Ben... terasa seperti pengkhianatan.

Seharusnya, bibir itu hanya bersemi untuk Vando, satu-satunya pemilik taman hatinya.

Ciuman itu, janji suci yang seharusnya terukir abadi hanya untuk Vando, kini ternoda sentuhan asing.

Rayna merasa jiwanya tercabik, kepercayaannya runtuh bagai istana pasir diterjang ombak. Luka ini menganga, merobek keindahan yang selama ini ia impikan.

Rayna terhuyung kembali ke tempat tidur, air mata mulai membasahi pipinya. Dadanya sesak oleh penyesalan dan kebingungan. Ia terisak tanpa henti, air mata terus mengalir hingga akhirnya, dalam kepedihan yang tak tertahankan, ia terlelap.

Rayna membuka mata, sembabnya terasa berat. Ciuman Ben semalam berputar-putar di benaknya. Sekolah memanggil, ia harus bersiap. Seragam terasa asing saat dikenakan.

Di ruang makan, Mama menyambutnya dengan senyum. Ben duduk di sana, auranya berbeda. Rayna berusaha bersikap biasa.

"Pagi sayang, ayo sarapan bareng," ucap Mama.

"Iya, Ma," jawab Rayna, duduk di meja.

"Mata kamu keliatan kurang tidur, pasti gara-gara semalam ngerjain tugas sampe larut malam ya," kata Mama, menatapnya khawatir.

"Emm iya, Ma," sahut Rayna, mengalihkan pandangan.

Ben diam, mengunyah sandwich buatan Mama Rayna. Tatapannya sesekali mencuri pandang ke arah Rayna, menciptakan ketegangan yang tak terucapkan.

Rayna berusaha mengabaikannya, fokus pada sarapannya. Setiap kunyahan terasa hambar, pikirannya dipenuhi bayangan bibir Ben.

Mama melanjutkan, "Hari ini kamu berangkat lebih awal ya, Rayna, antar Ben pulang ke rumah dulu untuk ganti pakaian."

Rayna terdiam. Jantungnya berdegup kencang. Ia menatap mata Mama, lalu beralih menatap mata Ben. Ada tatapan yang sulit dibaca di sana.

"Oke, Ma," jawab Rayna singkat. Suaranya sedikit bergetar. Ia berusaha menyembunyikan kegugupannya di balik nada bicara yang datar.

Perjalanan ke rumah Ben... ide itu membuatnya tidak nyaman. Terlalu banyak kesempatan untuk percakapan yang tak ingin ia lakukan, terlalu banyak ruang untuk kenangan yang ingin ia lupakan.

Mereka melaju di jalanan pagi dengan motor Ben. Rayna memeluk pinggang Ben, namun pikirannya kosong. Ya Tuhan, kenapa aku harus mengalami ini? batinnya. Sesampainya di rumah Ben, Rayna menunggu di luar. Ben masuk, dan suara Mama Ben langsung menyambutnya dengan nada tinggi.

"Ben dari mana kamu semalam? Kenapa gak pulang? Mama telepon gak diangkat, mama chat gak dibalas! Ken dulu gak pernah sampai gak pulang gitu loh!"

Rayna tertegun. Ken lagi... kenapa selalu Ken? batinnya. Lagi-lagi Ken, almarhum kakak Ben, menjadi tolok ukur.

Ben menghentikan langkahnya, berbalik menghadap mamanya. "Udah? Udah muji anak kesayangan Mama nya? Gak malu apa lo? Di luar ada calon menantu lo tuh," ucap Ben dengan nada sinis, lalu berbalik dan masuk ke kamar untuk berganti pakaian.

Mama Ben terkejut dan segera keluar rumah. Di sana, Rayna berdiri, sedikit mendengar percakapan mereka. "Gue gak seharusnya mendengar ini", pikir Rayna.

"Eh, ada Rayna! Kalian kesini barengan? Ayo masuk dulu," sapa Mama Ben, berusaha ramah.

"Emm iya, Tante," jawab Rayna, sedikit canggung. "Senyumnya palsu sekali", batin Rayna.

Mama Ben menuntun Rayna masuk. "Kok kalian bisa barengan? Ketemu di jalan kah?" tanyanya.

"Engga kok, Tante, semalam Ben nginep di rumah Rayna, sekarang Ben mau ganti pakaian untuk sekolah makanya kesini dulu hehe," jawab Rayna, berusaha terdengar ceria.

"Oh, gitu, ternyata dia nginep di sana. Tante khawatir banget sama dia, takut kenapa-kenapa soalnya gak ada kabar sama sekali," ujar Mama Ben, nada suaranya melembut.

"Emm iya, Tante, Rayna ngerti, tapi untungnya Ben ada sama Rayna kok, Tante," balas Rayna, berusaha menenangkan.

"Untungnya? Apa ini benar-benar sebuah keberuntungan?" batin Rayna bertanya.

"Iya ya, kok Mama kamu gak bilang ya sama Tante," gumam Mama Ben.

"Mungkin Mama lupa, Tante, aku kira Mama udah bilang sama Tante," jawab Rayna.

"Yaudah deh gapapa yang penting dia gak kenapa-kenapa, Tante percaya sama kamu, kamu bisa jagain anak Tante," kata Mama Ben, menatap Rayna dengan penuh harap.

"Jagain? Bahkan gue gak bisa menjaga diri gue sendiri", pikir Rayna pahit.

Tak lama kemudian, Ben keluar kamar dengan seragamnya. Ekspresinya datar, seolah tak terjadi apa-apa.

"Ayo Rayna, keburu telat," kata Ben sambil berjalan keluar rumah.

Rayna menatap Mama Ben, mengulas senyum tipis. "Pamit dulu ya, Tante," ucapnya sopan.

Mama Ben mengangguk, membalas senyum Rayna. "Iya, hati-hati ya, Nak. Titip Ben, ya."

Rayna hanya mengangguk, lalu berbalik dan menyusul Ben.

"Titip Ben? Bagaimana bisa aku menitipkan seseorang yang bahkan tidak bisa kupercaya?" batinnya pahit.

Langkahnya terasa berat saat meninggalkan rumah itu. Ia merasa terperangkap dalam situasi yang semakin rumit dan tak terkendali.

Di perjalanan, Ben memecah keheningan yang terasa menyesakkan. "Ray, gue minta maaf soal semalem," ucapnya pelan, nyaris tak terdengar di antara deru mesin motor.

Rayna membisu. Pikirannya berkecamuk. Minta maaf? Setelah apa yang terjadi? Ia memilih menatap jalanan yang terbentang di hadapan mereka, menghindari tatapan Ben.

Merasa diabaikan, Ben menarik gas dalam-dalam, lalu mengerem mendadak. Ban motor berdecit, Rayna terhuyung dan reflek memeluk erat pinggang Ben.

"Ben! Lo gila ya?!" sentak Rayna, jantungnya berdebar tak karuan.

"Lo denger gak sih gue ngomong apa?!" balas Ben dengan nada frustrasi.

Rayna menghela napas. "Gue denger, Ben. Udahlah, gak usah dibahas lagi. Anggap aja semalem gak pernah terjadi," ucapnya lirih, berharap Ben mengerti betapa ia ingin melupakan kejadian itu.

Bersambung...

1
Ikhlas M
Mama jangan tarik-tarik. Aku takut
Ikhlas M
Vando sibuk sekali ya akhir-akhir ini. Sampai lupa buat ngabarin
Ikhlas M
Selamat tidur juga ya
Ikhlas M
Wah kayaknya dia pendengar yang baik
☕︎⃝❥Ƴ𝐀Ў𝔞 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
awas sekali coba nnti ketagihan 🗿
Dewi Ink
masih gak ngerti jalan pikiran ortunya. buru2 amat kan mereka masih sekula maa😭😭
Dewi Ink
pake nanya si mama. udah jelas terpaksa itu😭
☕︎⃝❥Ƴ𝐀Ў𝔞 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
Udah lupa, soalnya hatinya skrng udah punya tempat baru buat berlabuh 🤭 ngapain lagi coba nengok ke belakang 😌
Dewi Ink
tahu si niat kamu karena pengen mama bahagia, tapi kan...😬
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅
emaknya aja yang nikah kalo gitu... boleh gga siu...🥺🥺
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅
heloowww.. heloww. Bu.. ibu anak kalian masih muda, masih sekolah😭😭 uang jajan aja masih nodong 😭
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Ben biarpun nyebelin dy jg perhatian. Gak kebayang gmn nnty klo Vando dtng
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟
Yahh di prank lgi ma author nya🤧🤧 kirain Vando bneran muncul
mama Al
mereka lagi sweet nya jangan sampai vando muncul menghancurkan semuanya
mama Al
Dalam hati rayna rada gedek 🤭
mama Al
Tapi ada juga kok orang kaya yang suka makan di pinggiran
☠: ˢ⍣⃟ₛ🦋⃟‌⃟Athena🦋⃟‌⃟☬˚᭄◍
Walah emaknya Rayna takut klo rayna bernasib sama dg dia klo mnikh dg org yg dia cintai. tp kn gk bs di pukul rata juga kali mak, jgn kau sama ratakn dg nasibmu juga, lagian ap si ben bner2 bs bahagiain rayna/Hey/
☠: ˢ⍣⃟ₛ🦋⃟‌⃟Athena🦋⃟‌⃟☬˚᭄◍
Rayna: takut ma nnt rayna benjol pula klo sampai tua sama dia🤣🤣🤣
🦋RosseRoo🦋
lu udah ada penghasilan belom Ben, main nikah aja🥲😅
🦋RosseRoo🦋
cukup Ben, aku geli dg omongan mu🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!