NovelToon NovelToon
Assassin Cantik Incaran CEO Dingin

Assassin Cantik Incaran CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Romansa / Menyembunyikan Identitas / Agen Wanita / Enemy to Lovers
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Yita Alian

Zona Khusus Dewasa

Adriel (28), sosok CEO yang dikenal dingin dan kejam. Dia tidak bisa melupakan mendiang istrinya bernama Drasha yang meninggal 10 tahun silam.

Ruby Rose (25), seorang wanita cantik yang bekerja sebagai jurnalis di media swasta ternama untuk menutupi identitas aslinya sebagai assassin.

Keduanya tidak sengaja bertemu saat Adriel ingin merayakan ulang tahun Drasha di sebuah sky lounge hotel.

Adriel terkejut melihat sosok Ruby Rose sangat mirip dengan Drasha. Wajah, aura bahkan iris honey amber khas mendiang istrinya ada pada wanita itu.

Ruby Rose tak kalah terkejut karena dia pertama kali merasakan debaran asing di dadanya saat berada di dekat Adriel.

Bagaimana kelanjutannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 ACICD - Adriel William Yoseviano

Setelah menyelesaikan liputan di festival selebcing, Ruby singgah di salah satu gedung tinggi pusat kota, tempat kantornya berada. Lantai 22.

Untungnya, Ruby selalu menyediakan baju ganti di mobilnya, sehingga dia bisa mengganti pakaiannya yang kotor karena kejadian di tempat liputan tadi.

Di meja kerjanya sekarang, Ruby duduk tegak, mata di balik kacamatanya fokus pada layar dan jemarinya lihai menari di atas keyboard.

Jurnalis atau reporter itu ada mirip-miripnya dengan chef. Sama-sama berurusan dengan bahan mentah. Bedanya, chef menyajikan makanan, sementara jurnalis menyajikan berita.

Tapi, sebelum menyajikan hal tersebut, baik jurnalis ataupun chef sama-sama mengolah bahan mentah mereka.

Ruby melakukan itu sekarang. Mengolah hasil wawancara dari hasil liputannya barusan. Naskah ke lima dari liputan di festival selebcing tadi.

Yap, meski seorang assassin, tapi setiap peran yang Ruby jalankan untuk menutupi identitas aslinya selalu dilakukan dengan baik dan profesional. Tapi, menjadi seorang chef tidak akan pernah diperankan Ruby, dia tidak pandai memasak.

Tak lama kemudian, seorang pria tinggi berpakaian kasual, mengenakan kacamata melewati area reporter. Itulah Rion, redaktur pelaksana juga redaktur yang menangangi rubrik berita utama dan lifestyle.

"Waktunya meeting," katanya datar, melangkah cepat menuju ruangan meeting.

Mendengar itu, Ruby spontan beranjak dari kursi dan segera bergabung bersama reporter lainnya menuju ruangan yang berlapis dinding kaca.

Di dalam, Ruby duduk di salah satu kursi ergonomis berlapis kulit hitam. Sementara itu, Rion duduk di ujung meja, memegang stick hitam yang berfungi sebagai remote presentasi.

Semua mata tertuju pada layar besar digital di depan. Sebuah titik merah melingkari judul-judul berita dari media lain tentang kejadian di festival selebcing.

"Ruby," sahut Rion. Tatapan pria itu sangat tajam.

"Iya, Kak," jawab wanita itu.

"Kamu ada di festival ini dan ada kejadian seheboh ini, tapi kamu tidak membuat beritanya sama sekali. Kamu mengirim lima berita, tapi satupun tidak ada yang membahas aksi penyelamatan Snowy," tutur Rion kesal.

"Minimal kamu cari siapa yang menyelamatkan si Snowy itu dan cari tahu siapa ownernya!"

Ruby diam. Dialah penyelamat kucing yang dimaksud Rion, tapi dia memang sengaja tidak mau meliputnya.

"Media-media lain membahas itu, penasaran siapa penyelamat yang gagah berani, tapi naskah yang kamu kirim apa? Tidak ada yang membahas itu dan kejadian panggung rusak juga sama sekali tidak ada, Ruby."

"Tapi, jika membahas apa yang Kak Rion katakan, jatuhnya naskah yang saya buat bukan lagi mengenai lifestyle, sementara saya reporter lifestyle, Kak."

"RUBY!" sentak Rion. Ruby spontan mengulum bibirnya ke dalam.

"Ini tidak ada hubungannya kamu reporter rubrik apa, ini mengenai momen, kamu yang ada di lokasi kejadian, saya tanya, apa sempet reporter feature atau yang lain ke sana? Apa kejadian itu harus diulang menunggu yang lain datang?"

"Tidak, Kak."

"Nah, itu kamu tahu."

Rion menghela napas kasar. "Kamu sudah satu tahun lebih di sini, Ruby, harusnya hal seperti sudah di luar kepala kamu."

Dua orang wanita stylish yang duduk di depan Ruby terlihat menahan senyum. Ruby bisa tebak mereka saling mencolek di bawah meja, puas karena Ruby dimarahi.

Untung Ruby bukan assassin yang berdarah panas. Karena kalau iya, mungkin semua orang yang membuatnya kesal langsung dieksekusi saja meski bukan bagian dari misinya.

Selanjutnya, Rion menyandarkan kedua tangannya di tepi meja lalu menatap para reporter yang ada dalam ruangan itu.

"Sudah berapa kali saya tekankan, jika di lapangan, pakai indra kalian dengan baik, buat sesuatu yang beda dari media lain meski pembahasannya sama. Kalian juga jangan membatasi diri bahwa harus meliput sesuai rubrik yang dipegang, kita ini bukan media kecil, apa kata orang yang setia mencari informasi di GMG, kalau kita tidak menyajikan informasi yang mereka butuh dan yang mereka mau tahu."

"Kalian mengerti?"

"Mengerti, Kak," sahut Ruby bersamaan dengan reporter lainnya.

Setelah meeting, Ruby kembali ke mejanya dan mulai menyusun berita lain untuk dikirim ke editor sebelum berangkat liputan lagi.

Dan, beberapa saat kemudian, Rion menghampirinya. Ada apa? Apa Ruby punya kesalahan lagi?

"Ibu pimred manggil kamu," kata Rion.

"Saya, Kak?" Ruby terkejut. Ada apa seorang pimpinan redaksi ingin bertemu dengannya secara privat?

"Iya, sana, dia nunggu kamu di ruangannya."

"Oke, Kak."

Ruby bergegas menuju ruangan pimpinan redaksi. Dia mengetuk pintu, lalu melangkah masuk. "Permisi, Bu Andien."

"Ah, akhirnya kamu datang, silakan duduk, Ruby," kata Bu Andien ramah, seorang wanita elegan berumur 45 tahun.

Ruby menyunggingkan senyum dan duduk di hadapan Bu Andien. "Ibu katanya memanggil saya."

"Benar, Ruby. Saya tidak akan berbasa-basi, saya punya tugas meliput untuk kamu sore ini."

"Sebelumnya, saya minta maaf, Bu, tapi, sore ini saja juga punya liputan yang ditugaskan Kak Rion."

Bu Andien tersenyum. "Tenang saja, saya sudah bicara dengan Rion tadi, liputan kamu itu sudah diserahkan pada reporter lain. Tugas liputan yang saya kasih ke kamu ini adalah tugas spesial Ruby."

"Spesial?"

"Ya, spesial, karena narasumbernya adalah seorang CEO muda yang tampan dan berprestasi, selama ini tidak ada media yang berhasil mewawancarai dia, tidak ada. Kalaupun mau dimintai keterangan pasti melalui tim PR atau asistennya. Tapi, GMG berhasil mendapatkan kesempatan wawancara itu."

Ruby memiringkan kepalanya sedikit. "Kalau tentang CEO bukannya itu masuk ke rubrik bisnis atau entrepreneurship, yah?"

"Eh, tapi di meeting tadi Kak Rion bilang tidak perlu membatasi diri kalau soal liputan, walaupun aku bukan reporter bisnis atau entrepreneurship, jadi aku nggak papa liput soal CEO itu."

Ruby terus melamun sampai…

"Ruby?" Bu Andien menyebut namanya.

"Oh, iya, Bu... umm, saya harus membahas CEO itu dari sisi lifestyle, Bu?"

"Pokoknya kamu wawancarai dia dari segi apapun, jarang kita dapat kesempatan ini, dari sisi lifestyle bisa, bisnis bisa, entrepreneurship bisa."

"Dia tuan muda dari keluarga konglomerat ternama, keluarga Yoseviano, selain menjalankan bisnis dari keluarganya, dia punya punya perusahaan yang dia bangun sendiri, juga punya tim Esports yang dia bentuk. Shariel Tech dan Aerox Esports."

"Namanya … Adriel William Yoseviano."

Detik itu juga, Ruby terpaku. Nama itu asing di telinganya, tapi sesuatu di hatinya berdenyut aneh ketika mendengar nama tersebut.

Begitu kembali ke mejanya, Ruby mulai mengetikkan nama CEO yang dimaksud pimpinan redaksi. Dan, jantung seperti mau copot ketika melihat wajah yang kini terpampan di layar monitornya.

Dia…

"Dia kan … laki-laki yang tadi malam," gumam Ruby.

Tidak cukup sampai di situ, Ruby semakin terkejut melihat profil lelaki itu. Dia juga owner Hotel Astra Nova, yang mana Ruby tahu kalau itu orang yang meminta sky lounge di hotel tersebut ditutup tiba-tiba sehingga Ruby tidak mendapatkan kue cokelatnya.

Ruby mendadak melongo depan monitor dengan tangan yang menggenggam mouse. "Jadi cake cokelat yang aku ambil semalam itu … cake cokelat request dia."

1
shabiru Al
apa alasan arnetta menculik drasha dan mencuci otaknya,, selain karna drasha berbakat jadi assasin pasti aada alasan lain nya..
Yita Alian: stay tuned update ceritanya kak🥰
total 1 replies
mrsinch
/Coffee/ buat othor smangatttt💪
Yita Alian: makasih banyak yaa/Smile/
total 1 replies
mrsinch
nyadar trnyta/Sweat/
Yita Alian: ngerasain dia kak sebenarnya/Smile/
total 1 replies
Maya Lara Faderik
entah lah seperti apa kisah ini diceritakan ikuti alurnya
Yita Alian: thanks kak/Smile/
total 1 replies
Nadiraa Star
ya yg elu bntak emg istri ellu adriel/NosePick/
Yita Alian: belum tau dia kak/Frown/
total 1 replies
Unaa
goyahhh nihh tp ngakunya kaga/NosePick/
Yita Alian: dia kan memang tsundere /Hey/
total 1 replies
Unaa
lanjutttt thorrrrr
Yita Alian: stay tuned🥰
total 1 replies
Merry Rianti
lanjut kk semangat terus yaaa
Merry Rianti
🤣😍 wajar sih lah wong Ruby istrimu
Merry Rianti
tumbang ditangan ruby😱😱😱
Merry Rianti
kalo hougan tau bahwa yang nembak istrinya gimana ya reaksinya
Merry Rianti
biar ga mencurigakan ide bagus
Merry Rianti
kebetulan banget ini kok bisa pas banget ya
Merry Rianti
makanya jangan jadi pengkhianat Lu. coba balik posisi. lu punya perusahaan gede. terus karyawan lu mengkhianati lu. lu bakal gimana dah? maaf doang kaya gitu. terus lu bakan Nerima maaf karyawan lu?😱
sindi
oh jadi ini alasan kenapa dipanggil daddy
sindi
kepo sama diri sendiri
sindi
jelas dilindungi 🙂
sindi
bercermin coba. itu drasha kalo lu bercermin 🤣
sindi
hahahah permainan wanita licik ya driel
sindi
yaampun kirain nayrel anaknya adriel. ternyata bukan 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!