Nadia Prameswari menjalani kehidupan yang sempurna dengan suaminya di mata publik. Namun sebenarnya, pernikahan itu hanya untuk kepentingan bisnis dan politik.
Nadia seorang wanita aseksual, membuat Arya selingkuh dengan adik tirinya.
Hal itu membuat Nadia bertekad memasang chip di otaknya untuk mengaktifkan hasrat yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
Namun, apa yang terjadi setelah rasa itu aktif? Apa dia akan menjerat Arya atau justru terjerat pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Setelah pindah ke ruang rawat VIP, Nadia akan melakukan wawancara eksklusif dengan wartawan yang sudah biasa dia undang.
“Sudah siap, Bu Nadia?” tanya Niko pelan sambil menatapnya penuh perhatian.
Nadia menarik napas dalam, lalu mengangguk. “Bantu aku duduk sedikit lebih tegak.”
Niko mendekat, membenarkan posisi bantal di punggungnya, lalu merapikan selimut. Tangannya berhenti sejenak di bahu Nadia, memberi sentuhan yang menenangkan. “Begini nyaman?”
“Ya.” Nadia tersenyum kecil. “Sempurna. Kamu memang selalu tahu apa mauku.”
Tatapan mereka saling bertaut sesaat, seolah waktu berhenti di antara keduanya.
Wartawan yang sudah biasa meliputnya sejak awal karier menatap mereka dengan ramah dari balik kamera. “Bu Nadia, kalau sudah siap, kita mulai ya. Siaran langsungnya sudah diatur.”
Nadia menoleh sebentar pada Niko. Dia memberi isyarat kecil dengan matanya.
Niko langsung paham, lalu melangkah ke samping, memastikan posisinya tak menutupi sorotan kamera. Sebelum benar-benar keluar dari frame, dia membenarkan rambut Nadia yang sedikit berantakan.
“Oke, sekarang bisa dimulai."
Nadia menarik napas pelan untuk menenangkan diri. Lampu kamera menyala dan siaran langsung dimulai.
“Selamat pagi, pemirsa,” Inez membuka siaran dengan suara profesionalnya. “Hari ini kita mendapat kesempatan eksklusif untuk berbicara langsung dengan Nadia Prameswari yang telah melewati masa kritis akibat kecelakaan semalam.”
Kamera beralih fokus ke Nadia. Senyumnya muncul lagi, tenang dan terkendali.
“Terima kasih untuk semua doa dan perhatian yang telah diberikan kepada saya. Kondisi saya sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya.”
Dia berhenti sebentar dan menatap Niko sekilas yang memberinya kode untuk melanjutkan kalimatnya.
“Terkait kabar yang beredar mengenai saya dan Mas Arya, saya ingin meluruskan bahwa tidak ada pertengkaran di antara kami. Waktu itu kami baru saja selesai makan malam dan ingin mencari udara segar di taman. Namun, karena saya merasa kurang enak badan, saya terjatuh ketika akan menyeberang jalan.”
Kamera menyorot wajah Nadia dari sisi kiri. Dia menunjukkan ekspresi sedihnya.
“Mas Arya sudah berusaha menahan saya, tapi kejadian itu tidak bisa dihindari. Untungnya tidak ada luka serius.”
Nadia melanjutkan, dengan senyum yang kini terlihat lebih lembut, “Saya memang sengaja melarang Mas Arya untuk menemani saya di rumah sakit karena saya tidak ingin membuatnya khawatir. Tapi sekarang saya sudah sadar, dan saya ingin bilang…”
Dia menatap kamera langsung dan seolah berbicara pada Arya.
“Mas Arya, aku tunggu di rumah sakit. Aku kangen.”
Inez menatap Nadia dengan senyum kecil. “Terima kasih, Bu Nadia. Pesan Anda pasti sudah sampai pada Pak Arya dan semua orang yang mencintai Anda.”
Siaran langsung pun berakhir. Lampu kamera dimatikan. "Terima kasih Bu Nadia. Kami permisi dulu."
"Iya, sama-sama."
Nadia menarik napas panjang, akhirnya dia selesai klarifikasi meski hanya akting. Dia kini bersandar di bantal sambil menatap Niko yang sedang menutup pintu, lalu mengambil segelas air dari dispenser.
Niko segera menghampirinya sambil membawa segelas air putih itu. "Bu Nadia minum dulu."
Nadia mengambil gelas itu dari tangan Nadia lalu meneguknya.
"Pak Arya, pasti akan langsung ke sini," kata Niko sambil meletakkan gelas milik Nadia yang telah kosong.
"Iya, mulai sekarang aku yang akan mempermainkannya." Nadia tersenyum kecil lalu menarik lengan Niko dan bersandar di bahunya.
"Niko, mulai sekarang kalau kita hanya berdua, jangan lagi memanggilku Bu. Panggil Nadia saja dan jangan terlalu pakai bahasa formal."
Niko hanya tersenyum. Dia kembali menggenggam satu tangan Nadia. "Baiklah, tapi mengapa kamu memilihku? Aku hanya asisten kamu."
"Memang kenapa? Hanya kamu yang setiap hari dekat denganku. Kita juga bisa bersama selama 24 jam." Nadia kembali menegakkan tubuhnya dan menatap Niko. "Niko, aku masih ingat pertama kali kamu datang setelah satu hari aku menikah dengan Arya."
"Iya, aku datang terlambat. Satu hal yang sangat aku sesali," kata Niko yang membuat Nadia semakin menatap Niko.
"Maksud kamu?"
Satu tangan Niko menyentuh pipi Nadia dan mengusapnya. "Aku yakin, kamu tidak tahu banyak hal tentangku."
Nadia mengangguk pelan. "Iya, yang aku tahu rumah kamu di luar kota. Bahkan kamu hampir tidak pernah pulang dan setiap hari bekerja denganku dengan jam kerja yang tidak wajar. Selalu menuruti perintahku dan ikut kemanapun aku pergi. Cuma kamu satu-satunya asisten yang mau menuruti ambisiku. Karena aku tidak tahu banyak hal tentangmu, apa kamu bukan manusia?" tanya Nadia sambil tertawa.
Baru kali ini Niko melihat Nadia tertawa seperti tanpa beban. "Iya, seluruh waktuku memang untuk kamu. Tapi, ada saatnya nanti aku akan berhenti jadi asisten kamu."
Nadia terkejut mendengar hal itu. "Kenapa?"
"Memangnya kamu ingin selamanya hubungan kita hanya sebatas bos dan asisten?"
Mendengar hal itu dada Nadia berdegup kencang. Baru pertama kali ini dia merasakan butterfly era. Apa mungkin karena efek biochip yang sudah menguasai seluruh otaknya. "Tentu tidak. Setelah aku berhasil mendapat semua perusahaan dan bercerai dengan Arya nanti, aku ingin kita bersama."
Niko memeluk Nadia dan mengusap punggungnya. "Apa kamu punya perasaan denganku?"
"Entahlah."
"Jadi kamu masih belum yakin?" Niko meregangkan pelukannya dan menatap Nadia.
"Memang kamu sendiri bagaimana?"
Niko tersenyum dan semakin mendekatkan dirinya. "Aku jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama. Itulah alasanku, mengapa aku bisa bertahan sama kamu dan mengapa aku mau melakukan semua ini untukmu."
Pipi Nadia bersemu merah. Ini pertama kalinya dia mendengar ungkapan cinta dari seorang pria dan ini juga pertama kalinya dia merasakan hatinya berbunga-bunga dan bahagia. Dia seperti merasakan masa puber yang telah terlewat lama. "Jatuh cinta pada pandangan pertama?"
Niko mengangguk. "Iya. Aku bertahan, karena aku tahu kamu dan Arya tidak saling mencintai." Dia semakin mendekatkan wajahnya dan kembali mencium bibir tipis itu.
Kali ini Nadia meresponnya dengan sempurna. Dia membalas setiap pagutan dari Niko. Rasanya sangat mendebarkan. Rasa panas menjalar seketika di tubuhnya. Napasnya terasa sesak dan memburu. Ada denyutan asing yang dia rasakan dan dorongan ingin disentuh.
"Niko ...." Nadia sedikit menjauhkan dirinya dengan napas yang tersenggal. "Tubuhku terasa aneh. Rasanya, aku benar-benar ingin disentuh. Apa memang seperti ini rasanya hasrat?"
"Iya, aktivasi itu telah bekerja."
"Kalau begitu, ayo lakukan. Aku ingin tahu rasanya."
Niko menggelengkan kepalanya. Dia menangkup kedia pipi Nadia. "Kamu harus sembuh dulu, baru kita lakukan agar bisa merasakan sepenuhnya."
Niko kembali mencium bibir itu. Dia juga sudah sangat ketagihan, ditambah Nadia semakin pintar membalasnya. Dia tahu, apa yang dia lakukan salah. Tapi, dia ingin Arya mendapat balasan! Dia akan membawa Nadia keluar dari kehidupan Arya dan juga keluarganya setelah semua selesai.
"Nanti, kamu pasti akan tahu siapa aku sebenarnya."
hottttt
di tunggu updatenya
pasti Nadia luluh...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
parah ni