JENNAIRA & KAFINDRA NARAIN DEWANDARU
Gadis bernama Jennaira harus merasakan kecewa terbesar dalam hidupnya karena membiarkan orang asing merampas sesuatu yang amat sangat berharga baginya.
Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan kejadian itu terjadi berulang kali dalam waktu semalam . Tak ada penolakan yang benar-benar ia lakukan.
Dalam keadaan mab*k membuatnya hilang setengah kewarasannya saat itu, hingga ia sadar saat hinaan dan tuduhan tak berdasar dilayangkan padanya .
Wanita ****** dari mana kamu berasal?
Berapa kamu dibayar untuk menghancurkan hidup saya?
Bahkan disaat ia menjadi korban di sini, laki-laki itu sibuk memikirkan kekasihnya. Dunia seolah hanya berisi wanita itu . Tidak memikirkan Jenna yang saat ini tengah terpuruk dengan kenyataan yang ada.
Ikuti kisah Jenna yuk ! Baca dan beri komentar mu tentang karya author 😁🤗 ini hanya untuk orang dewasa ya, anak kecil bukan bacaan seperti ini yang dibaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Butterfly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 11
Briella tertegun melihat pemandangan
di depannya. Sebuah meja dan kursi yang dikelilingi lilin dibawahnya serta taburan bunga disepanjang jalan ia berdiri menuju meja tersebut. View pantai malam membuat dekorasi yang dipenuhi lilin itu tampak cantik.
Terpaksa ia harus melepas high heels nya, jika dipaksakan akan tenggelam didalam pasir dan pasti akan sulit berjalan.
" Kamu yang nyiapin semua ini sayang? " ia duduk setelah sang kekasih menarikkan kursi untuk nya.
Kafindra yang berdiri dibelakang wanitanya menunduk, mengecup pipi sebelah kanan wanita nya dengan rona bahagia. " Iya dong! malam ini akan menjadi malam bersejarah untuk kita, " jawabnya , memutar langkah untuk duduk di kursinya sendiri.
Pemandangan malam itu cukup mendukung suasana romantis. Angin sepoi pantai terasa menusuk kulit ditengah dinginnya malam. Tapi mereka enggan beranjak karena terlalu menikmati suasana mewah tersebut. menatap bintang serta rembulan dilangit
Lilin-lilin yang tertanam didalam pasir itu tidak akan mati tertiup angin pantai, karena mereka lilin yang menggunakan baterai .
" Aku mau ngomong sesuatu, Sayang, " Kafindra menegakkan tubuhnya, ia berjalan lalu berlutut dibawah wanitanya.
kotak kecil berwarna merah itu keluar dari dari balik jas yang dikenakan oleh Kafindra. Disodorkannya kearah Briella, dengan senyum sumringah ia menarik nafas panjang sebelum akhirnya mengungkapkan niat nya malam ini.
Briella mematung sejenak, jantungnya berpacu lebih cepat dari yang seharusnya. Ia tak menyangka jika hari ini akan tiba lebih cepat.
" Briella " nadanya pelan, ia mulai membuka kotak itu, yang isinya saja sudah bisa ditebak. Dipasangkannya cincin itu tanpa menunggu jawaban dari pasangannya. Ia seyakin itu jika Briella juga menunggu hari ini.
Briella membalas senyuman itu, tersemat sudah cincin itu dijari manis yang lentik . Briella terdiam menatap visualisasi cincin itu, cantik dan mewah sekali. Harga sudah pasti jangan ditanyakan, seorang Kafindra Dewandaru tidak akan memakai dan memberikan barang murah kepada orang lain terlebih kekasihnya sendiiri.
🐣🐣🐣
Keesokan harinya didalam ruangan CEO, Kafindra tampak melamun duduk dikursi kebesarannya. Sudah lebih dari 5 menit , Zean memperhatikan pria itu. Bahkan saat ia masuk pun tak digubrisnya.
" ehem " sengaja, Zean pura-pura batuk agar bosnya kembali sadar.
Benar saja, Kafindra langsung gelagapan karena ketahuan melamun. Tapi akhir-akhir ini ia mulai memikirkan sesuatu yang mengganjal dihatinya. Apalagi setelah kejadian semalam.
" Kenapa zean ? " pria itu sudah menormalkan kembali wajahnya datar. Mulai membuka kembali beberapa berkas yang sempat ia abaikan.
" Tidak ada! Aku hanya ingin mendengar berita bahagianya langsung darimu bos. " ucap Zean, pria itu duduk didepan bosnya yang tersekat meja kerja pemilik ruangan itu.
Kafindra mendengus, untuk apa asistennya itu kepo perihal ia dan Briella. Biasanya juga tidak peduli. " Kenapa ? mau menertawakanku lagi? " ucap nya dengan kesal tapi tidak marah.
Zean sebenarnya ingin sekali menertawakan kebodohan bosnya itu, tapi sebisa mungkin ia tahan. Dirinya masih punya batasan walaupun mereka sudah seperti saudara.
" Padahal aku sudah ingin memberikan tiket liburan satu bulan penuh jika memang berhasil, tch! " Zean melihat kearah lain, bibirnya berdecak kesal seolah menyayangkan kegagalan bosnya. Bukan sepenuhnya gagal, tapi jalannya tidak mulus sesuai rencana.
Lemparan berkas tipis melayang mengenai dada Zean, pelakunya tentu saja Kafindra. sasaran Zean, pagi ini untuk dibuat hiburan.
" Diam bodoh! " Kafindra mengumpat kesal. Sungguh moodnya sangat buruk hari ini, sudah berapa karyawan yang kena semprot oleh presdir satu ini.
" Dia bukan menolak ku, tapi menunda nya sebentar untuk menyelesaikan kontraknya sebagai model . " jelas Kafindra, membela diri agar tak menjadi bahan ejekan asistennya lagi.
Kali ini Zean menatap kasihan bosnya itu. Kenapa orang sepintar ini bodoh dalam hal percintaan? batinnya.
" Kontrak? bukankah sudah dia akhiri dua bulan yang lalu? " tanya nya dengan raut datar.
" Tidak jadi, terakhir dia pergi pemotretan di Paris satu bulan yang lalu. Katanya bosan jika hanya pengangguran. "
Mana ada bosan ! Justru dia senang karena bisa hidup bebas dengan uangmu itu . Kalimat itu ingin sekali ia keluarkan dari mulutnya, namun ia berusaha tak peduli. Sudah berapa kali ia mengingatkan bosnya itu tentang perilaku kekasihnya diluar sana. Tapi bosnya seolah menutup mata dan telinga akan kenyataan itu.
Zean hanya mengangguk dengan wajah malas. " Dia itu pintar, kekasihnya punya banyak uang, jadi untuk apa capek kerja ?! sedangkan uang yang kekasihnya berikan saja bisa menghidupi banyak orang diluaran sana . " sindir Zean.
" Sepertinya kau bosan bekerja denganku ya Zean? "
" Salah! yang benar adalah aku bosan dengan tingkat kebucinanmu yang tidak pada tempatnya bos. " setelah mengatakan itu Zean, melangkah keluar dari ruangan bosnya. Biarlah laki-laki itu meratapi kisah cintanya yang membingungkan seorang diri.
Pikirnya leih baik jomblo dari pada salah pasangan .
🐣🐣🐣
Jenna masih bekerja , ia hanya menunggu surat pengunduran dirinya di terima. setelah itu dirinya akan keluar dan mencari pekerjaan baru. Bahkan sekarang pun ia mulai mencari loker di sekitar kontrakannya. Yang kebetulan banyak restoran-restoran besar disana, ia akan mencoba peruntungan disana.
" Jen, " bisikan itu membuat Jenna memutar tubuh dan menajamkan pendengarannya. Seperti ada yang memanggilku? pikir Jenna.
" Loh Bu Desi? " Jenna menatap heran wanita itu, kemudian berjalan mendekat.
Jam kantor sedang sibuk-sibuknya karena masih pagi, ada urusan apa sampai membuat sekertaris presdir itu turun mencarinya? .
" Ada apa Bu? " tanyanya dengan nada pelan. Tangannya masih memegang lap kotor yang ia gunakan mengelap bagian kotor yang tertempel debu.
" Bisa menolongku tidak? " tanyanya dengan wajah memelas. Tangannya sebelah kanan mencengkram perutnya yang terasa melilit sakit. Bahkan beberapa peluh kecil itu muncul di wajah nya.
" Bu Desi sakit? Apa yang bisa saya bantu? " Jenna akhirnya meletakkan lapnya diatas meja. mengajak atasannya itu duduk.
" Belikan aku pembal*t ya? aku kehabisan stok dikantor. " suaranya lirih karena berusaha menahan sakit yang semakin menjadi pada tubuhnya.
" akan saya belikan, mau saya buatkan wedang jahe? agar sakit nya sedikit membaik. " Desi mengangguk malu, " maaf jadi merepotkan mu Jen, " ucap Desi.
Disaat Jenna tengah membuat wedang Jahe untuknya, Desi mendapat telepon dari bosnya karena tak menemukan nya dimeja kerja.
" Saya sedang menunggu wedang jahe untuk saya pak, perut saya sedang sakit. "
" Iya Pak, saya akan menyuruh Jenna membuat kan kopi untuk Bapak. Tapi biar diantar Jenna ya? Saya sedang tidak punya tenaga untuk naik keatas. "
Panggilan pun berakhir, Desi berusaha mengatur napasnya agar kram di perutnya sedikit melemas.
Sedangkan didalam ruangan, Kafindra tengah melamun begitu nama Jenna disebut oleh sekertaris nya. Ia tau jika sekertarinya itu dekat dengan salah satu OB baru diperusahaan.
Jenna? Bukankah wanita itu yang ditemui Mama saat itu? hingga membuatnya ingin mengundurkan diri?
Tapi ada urusan apa mama Mehra sampai repot-repot mendatangi gadis itu sampai disini? mengancam nya bahkan.
Kafindra mengedikkan bahunya acuh, Urusannya jauh lebih banyak dan penting ketimbang mengurusi urusan orang lain.
🦋🦋🦋🦋
Hari penting karena ditolak ya Pak Kaf ?? 🙈🤣
Asisten Zean benar, lebih baik jomblo dari pada salah pasangan 👍 ( Sama aku aja gak sih Pak? Nona Jomblo ini) 😜