JUAL BELI DIUJUNG RERUNTUHAN

Jarak dari taman kanak-kanak ke vila mereka hanya tujuh menit berjalan kaki. Sepanjang perjalanan, Chen Wei terus berceloteh riang tentang kegiatannya di sekolah.

Chen Lin mendengarkan dengan penuh kesabaran. Jika ini adalah dirinya yang dulu, ia pasti sudah membekap mulut adiknya dengan lakban dan meninggalkannya karena terlalu cerewet.

Tak lama kemudian, mereka tiba di depan vila. Mata Chen Lin berbinar gembira. Vila ini, meskipun dalam plot asli akan menjadi kota mati penuh zombie dan tidak cocok untuk kehidupan ikan asin yang ia idamkan, ini bisa dijual dengan harga tinggi!

Ia segera masuk ke kamar orang tuanya, berniat mencari barang peninggalan yang bisa dicairkan.

Setelah menggeledah seisi ruangan, Chen Lin mengerutkan kening.

Nol.

Ia berdiri tenang selama beberapa menit, menganalisis. Tidak mungkin vila semewah ini hanya cangkang kosong, dan orang tua sekaya ini tidak meninggalkan warisan.

Dalam komik, asal-usul kekayaan mereka memang tidak jelas, hanya disebutkan mereka 'kaya raya'

huh penulisnya sangat malas mengetik!

penulis: aku dianiaya :)

Orang kaya pasti menyimpan barang berharga di brankas tersembunyi.

Dengan mata tajam yang terlatih, Chen Lin menyapu pandangan ke sekeliling, hingga ia melihat kejanggalan, di samping sakelar lampu dinding, ada sedikit ketidakmerataan.

Ia berjalan perlahan dan mengetuk dinding sekelilingnya dengan sangat hati-hati.

Ia segera menemukan perbedaan suara dan, dengan sentuhan ahli, menggeser panel dinding itu. Benar saja, di dalamnya tersembunyi sebuah brankas.

Berkat pengalamannya sebagai agen, Chen Lin tahu betul itu adalah dinding mekanis tersembunyi.

Setelah mengutak-atik sandi selama beberapa menit, brankas itu pun terbuka. Isinya memuaskan, ada banyak perhiasan, sepuluh emas batangan, dan sertifikat vila.

Chen Lin membawa brankas itu ke ruang tamu. Chen Wei, yang sudah berganti pakaian, duduk patuh di samping kakaknya.

Setelah mengeluarkan semua isinya, Chen Lin membuat perhitungan cepat, perhiasan diperkirakan lebih dari 100 gram, ditambah sepuluh emas batangan.

Mata Chen Lin melebar ketika ia melihat buku tabungan terselip di bawah sertifikat—tertera angka dengan tujuh nol.

Wow, penulisnya ternyata baik hati!

Setelah digabungkan, ia memperkirakan total harta yang kini ia pegang adalah 10 juta Yuan.

Walaupun ini tidak sebanyak hartanya di masa lalu, ini adalah modal yang sangat menjanjikan untuk bertahan hidup di hari kiamat.

Melihat kakaknya tertawa gembira sambil memeluk emas, Chen Wei bertanya dengan penasaran, "Apa yang membuat Kakak sebahagia itu?"

Chen Lin mencium pipi adiknya dengan gemas dan berkata penuh semangat, "Kita akan punya cukup makanan yang enak, Wei Wei!"

Chen Wei tersipu ketika kakaknya menciumnya. Ini adalah ciuman pertama—seumur hidupnya, kakaknya tidak pernah seintim ini. Tapi Ia sangat menyukainya, meskipun bingung dengan ucapan kakaknya.

Bukankah dengan warisan orang tua, mereka tidak akan kekurangan apa pun? Ia berjanji dalam hati akan belajar keras, menghasilkan banyak uang, dan membelikan apa pun yang Kakaknya inginkan.

Chen Lin segera mengambil pulpen dan kertas untuk membuat daftar belanja super. Ia bahkan membiarkan Chen Wei menuliskan barang yang ia mau.

Prioritas utamanya jelas: makanan, cemilan, 1air, dan bumbu-bumbu dapur. Chen Lin tidak bisa berfungsi tanpa makanan lezat; baginya, selama ada hidangan enak, ia dapat menghadapi ancaman apa pun tanpa rasa khawatir. Makanan lezat adalah kekuatannya hehe.

Di bawahnya, ia menuliskan kebutuhan logistik lainnya: persediaan obat-obatan esensial, peralatan mandi dan kebersihan (termasuk tisu dalam jumlah besar), tenda tahan air, alat komunikasi (radio dan walkie-talkie), sumber daya (generator dan solar cadangan), serta perkakas pertahanan diri dasar. Ini dulu yang akan dia tulis, sisanya bisa menyusul ketika dia melihatnya

Setelah puas dengan daftar kebutuhannya, Chen Lin melihat apa yang ditulis adiknya. Setelah membacanya, ia tidak tahu harus tertawa atau menangis.

Di kertas itu tertulis: kalung, gelang, anting, skincare mahal, gaun, dan masih banyak lagi barang-barang feminin.

Adiknya baru lima tahun! Dari mana Chen Wei tahu hal-hal merepotkan seperti ini? Apakah dia jatuh cinta terlalu dini?!

"Wei Wei, ini untuk siapa?" tanya Chen Lin selidik.

Chen Wei yang ketahuan segera menyembunyikan kertas itu di belakang punggungnya.

Melihat tatapan kakaknya, ia berkata dengan sangat malu-malu, "Buat Kakak."

Chen Lin tertegun. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata. Hati anak ini begitu murni dan manis. Seumur hidupnya sebagai yatim piatu, tidak pernah ada yang tulus memikirkan untuk membelikannya sesuatu yang ia suka, namun kini adik yang baru ia 'temui' sudah memikirkannya secara mendalam.

Chen Lin yang tidak pernah menangis saat diputuskan pacar atau bahkan setelah menerima lima tusukan pisau dari musuhnya, kini merasa matanya panas.

Untuk menutupi matanya yang memerah, ia memeluk adiknya erat-erat dan berkata serak,

"Terima kasih, karena telah memikirkan Kakak, tapi Kakak tidak membutuhkannya."

"Wei Wei hanya ingin memberikan yang terbaik buat Kakak," jawabnya pelan.

Chen Lin mengusap air matanya dan menatap adiknya dengan sungguh-sungguh, "Kamu adalah hadiah terbaik di hidup Kakak."

Chen Wei tersenyum lebar hingga matanya membentuk bulan sabit. Dengan berani, ia mencium pipi kakaknya dan berbisik, "Kakak juga adalah hadiah terbaik yang Tuhan kirimkan kepada Wei Wei."

Chen Lin sungguh merasa iri pada Chen Lin yang lama. Betapa tidak tahu dirinya wanita itu, memiliki adik yang begitu menyayanginya, meskipun ia nyaris absen dari setiap proses tumbuh kembangnya.

Tidak apa-apa, sekarang ia adalah Chen Lin, dan Chen Wei adalah adiknya.

Malam harinya, Chen Lin bolak-balik di dalam kamar. Ia baru teringat satu permasalahan serius yang membuat pikirannya kacau balau: ia belum makan makanan lezat sama sekali hari ini, dan itu membuat fungsi berpikirnya mulai menurun drastis.

Permasalahan seriusnya adalah : Bagaimana cara ia membawa semua barang timbunan itu? Ia bahkan tidak memiliki ruang dimensi seperti yang dimiliki karakter utama di novel! Jangankan ruang yang bisa ditanami, ruang untuk menyimpan satu dus mie instan pun ia tidak punya.

Lin Jing benar-benar beruntung. Ia memiliki kekuatan tipe ganda Ruang dan Air, di mana ruangnya tidak kecil dan bisa diperluas seiring peningkatan level.

Keistimewaan inilah yang membuat keluarga Wang Ming memanjakannya, mereka tidak perlu khawatir barang-barang berharga mereka akan dirampok. Mereka juga tidak khawatir Lin Jing kabur, karena tanpa Wang Ming dan pangkalan: Lin Jing bukanlah apa-apa!

Berbeda dengan Lin Jing, Chen Lin hanyalah penjelajah waktu tanpa harta karun atau cheat apapun.

Di novel transmigrasi, tokoh utama setidaknya punya alat curang; kalau bukan sistem, pasti ruang dimensi yang terikat pada liontin atau kalung warisan nenek moyang.

Chen Lin segera memeriksa lehernya, kemudian seluruh tubuhnya. Ia bahkan menyisir area-area tersembunyi untuk mencari tanda lahir unik yang bisa menjadi kunci—semuanya nihil.

Chen Lin terduduk lemas di kasur. Ia merasa seperti penjelajah waktu yang paling tidak beruntung dalam sejarah fiksi.

Bagaimana cara ia tetap menjadi 'ikan asin', menikmati makanan lezat, dan hidup tenang? Ia tidak mau tinggal di pangkalan manusia yang ramai.

Membayangkan intrik, perselisihan, dan basa-basi di sana saja sudah membuatnya mual! Ia hanya ingin hidup berbaring dengan nyaman, tanpa drama apapun!