NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk Kantor

*****

Kanaya berjalan terseok - Seok masuk ke dalam kantor nya. Beberapa dari teman kerja nya yang melihat mempertanyakan keadaan Kanaya.

Dari belakang, Bella memperhatikan Kanaya dengan Lamat - Lamat. Memastikan jika dia tidak salah lihat. Dan saat sudah pasti, dia pun berlari mengejar Kanaya.

" Nay... Kaki kamu kenapa?" Tanya nya.

" Bella... Nggak papa kok. Cuma cedera saja sedikit. Tadi malam jatuh di depan kosan."

" Jatuh di depan kosan? Depan kosan kamu kan jalan nya bagus, kenapa bisa sampai jatuh?" Bella mencurigai jawaban Kanaya.

" Nama nya juga musibah. Mau jalanan bagus atau jelek, memang bisa di hindar kan?"

" Yah... Heran aja gitu. Jadi itu luka? Sampai di perban gitu?"

" Cuma luka sedikit. Tapi aku balut perban saja biar nggak kena air. Nanti malah nggak sembuh - sembuh lagi." Kanaya terkekeh agar Bella tak lagi banyak bertanya.

" Bisa ya, Nay. Kamu seceroboh itu. Jalan aja bisa jatuh gimana kalau kamu lari? Bisa lecet tuh semu tubuh kamu." Oceh Bella.

Kedua nya berdiri di depan lift menunggu lift terbuka.

Ting

Lift terbuka dan Aris yang tertunduk di dalam lift langsung heran melihat bungkusan perban di kaki Kanaya.

Dia melangkah mendekat karena khawatir.

" Kaki kamu kenapa, Nay?"

" Nggak papa, pak. Cuma luka sedikit saja. Saya kurang hati - hati sewaktu berjalan."

" Apa sudah di bawa ke dokter?"

" Cuma luka kecil, pak. Ngapain di bawa ke dokter? Di obati sendiri juga bisa." Sahut Bella.

" Tapi benaran nggak serius kan, Nay? Saya lihat perban nya tebal gitu."

" Nggak papa, pak. Sengaja saya bungkus biar nggak kena air." Jawab Kanaya.

" Ya sudah kalau begitu. Kamu jangan banyak jalan dulu saja. Biar nanti kerjaan kamu, di bantu sama Bella."

" Kok saya pak?" Protes Bella.

" Ya kamu, kan kamu yang paling dekat dengan meja kerja nya Naya. Nggak mungkin saya kan?"

" Iya, iya." Jawab Bella cemberut.

*

*

*

Kanaya berulang kali melirik jam di pergelangan tangan nya. Rasa nya dia ingin segera pulang dan istirahat.

Pasal nya sejak siang dia tidak berhenti dengan pekerjaan nya. Sedangkan Bella yang bertugas membantu nya, malah ikut mengurus proposal pengajuan kontrak kerja baru untuk perusahaan lain. Jadi dia harus mengerjakan nya sendiri.

Kaki nya berdenyut nyeri, juga dada nya yang kadang terasa sakit seperti di gigit. Juga kepala nya yang ikut berdenyut kala dia mulai berfikir keras.

" Nay..." Panggil Bella duduk di kursi nya.

" Sudah selesai?" Tanya Kanaya.

" Sudah. Aduh, Nay... Capek banget. Aku pikir proposal nya sedikit. Nggak tahu nya banyak banget. Proposal marathon tuh. Mumet..."

Kanaya tersenyum mendengar keluhan Bella.

" Nama nya juga tanggung jawab. Harus sabar ngerjain nya."

" Nanti pulang kerja kita jalan - jalan yuk." Usul Bella.

" Mau jalan - jalan kemana?"

" Ya kemana aja. Ngilangin stres aku nih. Biar besok aku bisa mood lagi buat kerja."

Sebenar nya Kanaya sedang tidak bersemangat untuk pergi hari ini. Mengingat kondisi tubuh nya yang kurang fit. Tapi dia tahu jika menolak Bella akan percuma saja, Bella akan menggunakan semua cara nya agar bisa pergi jalan - jalan.

" Gimana, Nay? Mau nggak? Nanti pulang nya aku antar deh." Desak Bella.

" Iya, iya. Tapi jangan lama - lama ya."

" Aman, Nay."

*

*

*

Matahari mulai terbenam di ujung cakrawala, memberikan kilauan jingga pada sore yang baru saja diguyur hujan.

Kanaya dan Bella, teman sekaligus rekan satu kantor, memilih tempat duduk di tepi taman kota, menghirup udara segar yang dingin menyentuh kulit. Sambil menyesap cilok yang hangat dan kenyal—makanan kesukaan mereka yang selalu memberikan kehangatan di perut—percakapan pun mengalir lepas.

Meski dingin menggigilkan, rasa cilok yang familiar membuat mereka merasa seperti sedang berada dalam dekapan yang hangat dan nyaman.

" Gilak nih mang, rasa cilok nya nggak pernah berubah. Selalu bikin saya nagih mau kesini setiap hari." Puji Bella pada mamang si penjual cilok dengan cilok yang penuh di mulut nya.

" Neng Bella aja nih yang sudah jarang main kesini nya. Nih sudah seminggu lebih nggak main kesini, nih baru kelihatan lagi wajah nya." Sahut si mamang.

" Bukan Bella mang yang nggak nggak mau kesini. Nih... Si Naya sih. Susah amat kalau di ajak ngangin mang. Tau nya pulang kerja langsung pulang ke rumah. Payah mang."

" Kan kerja ya neng Naya. Neng Naya pasti capek lah,pulang kerja mau jalan - jalan lagi."

" Memang si Naya nya aja yang nggak doyan jalan - jalan mang." Ledek Bella.

Kanaya hanya tersenyum kecil mendengar kan ucapan Bella mengejek nya. Dia masih sibuk dengan mangkok cilok di depan nya. Sambil sesekali mata nya melirik ke sebelah kanan. Melihat seorang ibu yang tak jauh duduk dari tempat duduk mereka.

" Habis ini kita mau kemana lagi, Nay?" Tanya Bella antusias.

" Pulang kan? Mau kemana lagi sih?" Jawab Kanaya.

Mendengar kata pulang, memaksa Bella menoleh ke arah Kanaya sampai membuat kunyahan nya berhenti seketika.

" Kok pulang sih? Belum malam, Nay..." Keluh Bella merengek.

" Belum malam, tapi udah mau Maghrib." Jawab Kanaya.

" Kan kamu bisa shalat di jalan nanti. Mampir sebentar ke mesjid."

" Nggak. Lain kali aja deh, Bel. Capek. Lagian belum gajian, dompet menipis nih. Belum lagi bayar uang kost."

" Yah ... Naya. Nggak seru ah..." Rengek Bella lagi.

Mata Kanaya terpaku pada sosok ibu di sampingnya, yang meringkuk menggigil di bawah genggaman dingin sore itu. Bola matanya tak lepas dari cara ibu itu memeluk kedua lengannya, berusaha memerangi dingin yang menusuk hingga ke tulang.

Suasana hati Kanaya seolah turut membeku, menyaksikan ketabahan seorang ibu dalam menghadapi rasa dingin yang menggigit, tanpa satu keluh pun terucap.

Kanaya sempat melirik ke kanan dan ke kiri. Mencari jika ibu itu mungkin bersama keluarga nya di sana.

" Udah siap. Yuk balik." Ajak Bella.

" Mang, ini uang nya mang." Panggil Bella memberikan selembar uang pada mamang cilok.

" Matur nuhun neng Bella. Sering - sering main kesini ya." Jawab mamang cilok menerima uang Bella.

" Insha Allah, mang."

" Yuk, Nay." Ajak Bella yang bangkit dari duduk nya.

" Naya..." Panggil Bella karena Kanaya hanya diam saja.

Kanaya tersentak seperti habis bangun dari mimpi buruk nya.

" Ya ya..."

" Lihatin apa an sih?"

" Aku lagi lihatin ibuk itu tuh. Kasihan, kayak nya dia kedinginan deh." Tunjuk Kanaya pada wanita paruh baya yang dia lihat.

" Udah lah ah... Dia ada keluarga nya kan. Yuk pulang..." Ajak Bella lagi.

Kanaya pun bangkit dari duduk nya. Mengikuti langkah Bella menuju pinggir trotoar tempat Bella memarkirkan motor nya.

" Kamu pulang sendiri aja deh, Bel."

" Kenapa? Nggak papa, biar aku antar pulang." Tanya Bella.

" Kayaknya mendung lagi, Bel. Nanti yang ada kamu malah kehujanan di jalan. Aku pulang sendiri aja, naik taksi nanti."

" Nggak papa, Naya. Udah malem yuk. Nggak akan hujan. Percaya sama aku." Desak Bella.

Selama ini memang setiap kali mereka pergi hang out, Bella selalu mengantar kan Kanaya pulang dengan motor nya. Tidak pernah membiarkan Kanaya pulang sendiri.

" Hari ini aku nggak percaya sama kamu. Udah gelap. Aku pulang sendiri aja. Udah sana, pulang." Perintah Kanaya.

" Beneran nih nggak papa?"

" Nggak papa, Bella. Sampai ketemu besok di kantor ya."

" Ya dah deh. Aku pulang duluan ya. Bye..."

" Bye..."

Motor Bella berjalan perlahan meninggalkan Kanaya yang berdiri di sana.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!