Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Jadi, ibu kamu....."
"Ibu kenapa mbak? Mbak tyas cerita ke aku." Elea terus saja mendesak Tyas agar bercerita.
"Jadi ibu mu tadi pagi di bawa ke kantor polisi El. Mbak tidak tau betuk apa permasalahannya. Yang mbak dengar, katanya ada pelanggan yang keracunan."
"Ya Allah... cobaan apalagi ini." Elea luruh kedalam tangisnya.
"Mbak tau apa yang membuat mereka keracunan?"
"Mbak juga kurang tau El, tadi sih mbak dengar ada yang menemukan barang bukti bungkus obat."
Elea berfikir keras, bagaimana bisa ibunya menaruh obat untuk pelanggannya.
"Lalu siapa mbak yang terkena racun itu?"
"Aku kurang tau, dengar- dengar cuma 1 orang."
"Apa mbak Tyas percay jika ibu berperilaku seperti itu?"
"Mbak juga nggak yakin El, selama ini ibumu sangat baik. Bahkan menjaga kebersihannya bahkan tidak pernah memiliki pikiran buruk kepada orang. Walaupun dia di jahati dia tidak pernah membalasnya."
"Mbak Tyas, tolong antar saya ke kantor polisi aku ingin melihat keadaan ibu." Badan Elea gemetaran mendengar ibunya di tangkap polisi.
Bagaimana tidak, ibunya tidak pernah memiliki riwayat untuk menyakiti hati orang lain.
"Iya sebentar mbak siap- siap dulu. Kamu yang tenang ya mbak yakin ibumu tidak akan kenapa- kenapa." Elea mengangguk mendengar perkataan mbak Tyas.
Tanpa ragu Tyas membawa Elea menuju ke kantor polisi menggunakan motor kesayangannya.
"Selamat siang pak, saya ingin bertemu dengan saudari Siti yang tadi pagi dibawa ke sini. Dan ini anak beliau.."
"Maaf mbak, silahkan menunggu. Terduga masih dalam proses interogasi." Jawab penjaga tersebut.
Elea sudah tidak tenang, ia meremas jari - jari tanganya sambil mondar - mandir kesana kemari.
"El... Kamu tenang ya. Ini kamu minum dulu." Ucap Tyas sambil menyodorkan satu botol minuman yang tadi memang sengaja ia beli sebelum sampai di kantor polisi.
Elea segera meraihnya dan meminumnya hingga tandas tak tersisa.
"Sini duduk El." Ia mengarahkan Elea agar duduk di sampingnya.
"Mbak... Apa yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan ibu? Aku disini nggak punya siapa- siapa mbak. Paman? Pamanku tidak peduli kepadaku." Air mata Elea jatuh tak tertahankan. Ia menangis terisak mengingat kejadian ini.
"El... Kamu sabar ya. Masih ada mbak kok." Ucapnya ia mengarahkan Elea menuju ke pelukannya.
Ia mengelus lembut rambut remaja tersebut dengan hati yang ikut sakit.
"Mbak nggak bisa membantu apapun El, hanya doa yang bisa mbak lakukan."
"Mengapa cobaan ku seberat ini mbak?"
"Mbak yakin, suatu saat nanti kamu akan menemui kebahagiaan kamu El."
Hanya Tyas yang mau mendengarkan keluh kesah Elea.
"Dari keluarga terduga? Silahkan. Terduga boleh di jenguk." ucap salah satu polisi disana.
Elea segera menuju ke arah polisi tersebut untuk menemui ibunya.
"Ibu" ucap Elea dengan lirih.
"El... Bagaimana bisa kamu tau ibu disini?"
"Ibu, bagaimana ceritanya? Mengapa ibu sampai seperti ini?"
"Ceritanya panjang El, ibu dijebak."
"Ibu yang sabar, El akan berusaha mencari bukti dan membebaskan ibu."
"Kamu harus tetap sekolah ya El, jangan pernah putus sekolah."
"I-iya bu." Jawabnya dengan senyum getir.
"Ibu tidak apa- apa, ibu akan baik- baik saja. Kebenaran pasti akan terungkap."
"Iya bu. Ibu jangan patah semangat Elea akan membantu ibu."
Melihat hal tersebut, hati Tyas sangat teriris ibu dan anak yang dipisahkan oleh keadaan.
"Sabar El, semua pasti akan terungkap."
Mereka berdua pergi dari kantor polisi, Elea kembali ke rumahnya.
Ia menatap rumahnya yang kosong tanpa kehadiran ibunya.
"Sepi, el kangen bu. Rumah ini sangat sepi tanpa ibu."
"hufftt... El, harus bisa bangkit demi ibu."
Ia kembali menata dan membersihkan rumahnya yang sangat berantakan.
"Assalamualaikum..." Sapa seorang lelaki paruh baya yang sedang bertamu.
"Waalaikumsallam." jawab Elea.
"El... kemana ibumu?" Tanya pak Narto
"Ada kok pak sedang pergi ke desa." jawab Elea, ia tidak ingin banyak tetangganya yang tau musibah itu.
"Jangan berbohong El, kamu tidak pantai melakukannya."
"Memangnya ada perlu apa pak, anda kesini?"
"Saya hanya ingin menanyakan kabar ibu mu saja. Aku dengar ibumu di bawa polisi."
"Mungkin hanya kabar burung. Memangnya pak Narto tau kejadiannya?"
"Hmmm...tidak. Yasudah, saya pamit dulu." pak Narto pergi meninggalkan rumah Elea.
"Seperti ada yang disembunyikan oleh pak Narto." Ucap Elea penuh heran.
keesokan paginya, elea memilih untuk pergi ke sekolah seperti biasanya.
"El... Kenapa kok melamun mulu?" Vita merasa heran dengan kelakuan sahabatnya yang tidak seperti biasanya.
"Huft... Entahlah vit." jawab Elea dengan lemas.
"Masak kamu nggak mau bercerita?"
"Aku bingung harus cerita dari mana."
"Kamu cerita sebisa kamu aja."
"Ibuku di bawa ke kantor polisi Vit, aku juga nggak tau bagaimana bisa terjadi hal tersebut. Yang aku tau ibuku bukan orang seperti itu."
"Kamu yang sabar ya El." Vita pun memeluk sang sahabat dengan lembut.
"Berarti kamu sendirian dong di rumah?"
"Iya Vit."
"Kamu pulang ke rumah ku saja, daripada kamu sendirian."
"Tidak usah vit, nanti malah merepotkanmu."
"Jangan menolak, mama juga pasti akan senang kalau kamu tinggal di rumahku."
"Tapi Vit, lebih baik aku dirumahku sendiri saja."
"Hmmm... Yaudah deh El. Kamu hati- hati ya, aku justru khawatir sama kamu kalau kamu sendirian di rumah. Tetangga kamu julid semua soalnya."
"Sudah kebal telingaku vit."
"Heiii anak Napi..." gumam salah satu teman Elea yang lewat di depannya.
"Jaga ucapan kamu." Sentak Vita.
"Loe aja bodoh, masih saja mau temanan sama anak itu."
"Gue nggak bodoh, tapi gue punya rasa kemanusiaan."
"Vit sudah, ayo ke kelas saja. Biarin mereka mau berbicara apa."
"Kamu sabar ya El." Vita mengelus pundak Elea dengan lembut.
"El...El...Tunggu..." teriak Jefri dari kejauhan.
"Iya kak ada apa?"
"El, aku turut sedih mendengar cobaan yang menimpamu."
"Terima kasih kak."
"Aku akan membantumu mencari bukti itu dan melepaskan ibumu."
"Tapi kak, bagaimana caranya?"
"Gue juga mau bantuin loe El, dan jangan pernah kamu berfikir kamu sendiri."
"Terima kasih ya kalian. Aku sangat bersyukur dengan memiliki teman sebaik kalian."
"Ahh.. Kamu berlebihan El." Ucap Jefri
"Tugas kita sebagai teman El."
Sore hari mereka bertiga pulang, Jefri dan Vita pergi ke rumah Elea.
"Bagaimana bisa kita mencari bukti?"
"Pasti bisa jangan menyerah." Jawab jefri sambil memandangi sekelilingnya bak detektif.
"Itu..." Ucap jefri dengan mata berbinar.
Vita dan Elea segera menghampiri ke arah Jefri.
"Apa kak? Kakak menemukan apa?"
"CCTV, itu salah satu cara agar ibumu bisa bebas."
"Tapi, apakah boleh kita ke sana?" Tanya vita.
"Iya juga ya." Namun, Elea masih saja diam ia berfikir apakah tetangganya mau membantunya kali ini.
"Itu rumah pak narto, kemarin dia juga menemuiku. Seperti ada yang mau disampaikan namun dia pendam."
Sejenak mereka semua berfikir bagaimana caranya untuk kesana.
"Aku punya ide..." Ucap vita
.
.
Kira- kira ide apa ya yang akan vita berikan kepada teman- temannya.
Jangan lupa Like, koment, and subscribe. Biar othor semangat up nya. Thank youuu 🥰🥰🫶🫶🫶🫶