NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 33

Senja baru saja turun ketika Galih duduk di bangku sudut kafe, tempat biasa dia dan Tante Liana bertemu. Lampu-lampu remang menambah suasana yang tenang namun penuh ketegangan. Setelah memantapkan hatinya. Galih siap untuk mengambil keputusan terbesar dari hidupnya.

Tak lama kemudian, Tante Liana muncul—Dengan kemeja putih dan celana hitam panjang yang membuatnya terlihat begitu anggun seperti biasanya, namun sorot matanya menyimpan keraguan dan beban yang berat.

Galih berdiri sebentar, memberikan senyum kecil yang dipaksakan. Mereka duduk saling berhadapan. Namun selama beberapa menit, tak ada satu kata pun keluar dari mulut mereka. Hanya suara alat penggiling kopi barista yang terdengar samar.

Masing-masing dari mereka larut dalam pikirannya sendiri. Ada ketakutan dari dalam diri mereka untuk memulai pembicaraan. Mata mereka saling pandang lalu menunduk saat kedua mata mereka bertemu.

Sampai akhirnya…

Galih mengumpulkan segenap keberanian di dalam hatinya. Dengan suara yang pelan namun mantap, Galih berkata,

“Tante… ayo kita nikah.”

Tante Liana terdiam. Mata bundarnya membesar, menatap Galih seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Apa…? Nikah?” suaranya bergetar, hampir seperti bisikan.

Galih mengangguk perlahan, menundukkan kepalanya sebentar lalu kembali menatap wanita di depannya. Matanya memancarkan tatapan penuh dengan keseriusan.

“Iya, Tante. Aku serius. Aku tahu ini mungkin kelihatan gila. Tapi aku nggak bisa lari dari tanggung jawab. Anak itu… darah dagingku. Dan aku ingin… kita besarkan anak itu bersama. Aku tidak ingin menyesal nantinya karena lari dari tanggung jawab.”

Suasana kafe tiba-tiba terasa lebih sunyi. Tante Liana masih terdiam, napasnya berat, matanya mulai berair.

“Kamu… masih sangat muda, . Masa depanmu masih panjang… kamu yakin mau mengambil jalan ini?... Kamu akan tidak hanya akan kehilangan kebebasanmu tapi juga masa depanmu yang selama ini kamu perjuangkan.”

Galih menarik napas dalam.

“Aku tahu mungkin aku akan kehilangan masa depanku. Tapi… masa depan anak itu juga tanggung jawabku. Dan jujur aja, aku capek jadi orang yang selalu lari dari masa lalu, dari luka, dari komitmen. Aku… ingin jadi ayah yang baik. Aku ingin menebus semua rasa bersalah dan luka dalam hidupku, Dengan menjadi ayah yang baik untuk anak itu. Aku ingin anak itu kelak akan menjadi anak paling bahagia. Utuh dalam merasakan kasih sayang kedua orang tuanya.”

Tante Liana tidak bisa menahan air matanya mendengar kata-kata tulus yang keluar dari mulut Galih. Ia menunduk, menangis pelan. Bukan hanya karena haru, tapi juga karena rasa bersalah dalam hatinya dan ketakutan akan kegagalan nantinya seperti rumah tangga nya yang sebelumnya. Dia tidak pernah menyangka bahwa pemuda yang dulu dia anggap hanya sebagai pelarian, kini berdiri dengan keberanian seorang pria sejati.

“Galih… kamu tahu nggak… Setelah sekian lama.. Ini pertama kalinya aku merasa… ada seseorang yang benar-benar mau bertanggung jawab sama aku,dan sama anakku.”

“Aku takut akan gagal lagi, tapi… aku juga ingin percaya. Aku ingin percaya kamu bahwa kamu benar-benar mau bertanggungjawab dan membesarkan anak ini bersama.”

Galih mengulurkan tangan, menggenggam jemari Tante Liana.

"Aku tahu ini nggak mudah. Tapi… mulai hari ini, kita lewati semua ini bareng-bareng. Mulai saat ini Tante ngga sendirian. Ada aku yang akan ada disamping Tante.”

Di tengah kafe itu, tanpa peduli dengan pandangan orang lain, dua tangan berbeda usia saling menggenggam. Di dalam genggaman itu ada harapan, ada penebusan, dan mungkin… untuk pertama kalinya, ada cinta yang tumbuh bukan karena hasrat, tapi karena keberanian memilih untuk bertanggung jawab.

---

Pagi yang cerah, langit begitu bersih tanpa awan, tapi hati Lauren masih menyisakan bayang-bayang luka. Ia melangkah keluar dari rumahnya dengan mengenakan pakaian kasual rapi. Rencananya hanya ingin pergi sebentar—sekadar berjalan, mungkin ngopi di tempat tenang untuk menenangkan pikirannya.

Namun langkahnya terhenti seketika.

Di depan gerbang rumah, seseorang berdiri dengan wajah penuh kegelisahan.

Aldo.

Pria itu tampak kacau—rambut sedikit acak-acakan, matanya merah karena kurang tidur, dan pakaian yang tidak serapi biasanya. Saat melihat Lauren keluar, Aldo langsung menghampiri dengan tergesa.

“Lauren! Tunggu! Aku cuma mau bicara sebentar.”

Lauren menghela napas panjang, namun tidak menjawab. Ia terus berjalan menuju mobilnya.

“Lauren, dengar dulu—aku minta maaf, aku bener-bener minta maaf! Aku ngaku aku salah, aku bodoh, tapi… kita bisa perbaiki semuanya, oke? Kita mulai dari awal lagi.”

Lauren membuka pintu mobil tanpa menoleh.

“Lauren… please… aku butuh kamu…” suara Aldo mulai memohon.

Namun Lauren hanya berkata singkat,

“Udah cukup, Aldo.”

Ia masuk ke dalam mobil, menutup pintu, dan menyalakan mesin. Aldo langsung berusaha mendekat, mengetuk-ngetuk jendela mobil.

“Lauren! Jangan kayak gini dong! Aku masih cinta kamu!”

Lauren menatap lurus ke depan, matanya dingin, tanpa ekspresi. Dengan tegas, ia menginjak pedal gas dan melaju pelan menjauh dari pria itu—tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.

Aldo berdiri mematung. Tatapan matanya berubah. Amarah, penolakan, dan rasa tidak terima bercampur jadi satu. Dengan kesal, ia mengayunkan kakinya dan menendang dinding tembok di sampingnya.

“Sialan! Kenapa semua orang ninggalin gue?! Gue gak salah apa-apa!!”

Suara tendangan menggema di jalan sepi. Warga sekitar mulai melirik aneh dari balik pagar rumah mereka.

Aldo menarik napas dalam-dalam, matanya menatap ke arah mobil Lauren yang kini sudah menghilang dari pandangan. Rahangnya mengeras.

“Kalau gue gak bisa punya lo… gak ada yang boleh punya lo…”

Ada bara di balik tatapannya. Bara yang bisa berubah jadi api. Bahaya yang perlahan tumbuh dalam diam.

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!