Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.
Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.
Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…
Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?
Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 Obrolan ringan
Ditempat lain, seorang wanita dengan aura kharismatik yang mengelilingi dirinya itu tengah berdiri di kantin kantor. Ia berniat membeli makan dan minuman untuk mengisi kekosongan abad pertengahan siang dalam perutnya.
Dimana pun keberadaannya tidak dipungkiri jika sorot lampu seolah hanya tertuju padanya, kecantikan Liliana sungguh tidak manusiawi bagi pendapat sebagian orang, termasuk dirinya yang juga mengagumi karya tuhan padanya.
Ia berjalan dengan tegap, matanya menyapu seluruh ruangan itu untuk mencari keberadaan kursi kosong. Tapi sepertinya semua sudah diduduki, kecuali hanya ada kursi panjang yang diisi oleh satu orang.
Liliana mendekat ke meja tersebut, "Permisi, kursi yang sudah penuh, bisakah saya berbagi kursi dengan anda?"
"Tentu saja, silahkan bu," jawab pria itu pada Liliana yang sedikit menyentil hati gadis itu.
setua itukah dia?
"Saya Liliana, dan anda dengan siapa namanya kalau boleh tau?" tanya Liliana bas basi, lagipula keberadaannya yang baru disini juga perlu untuk beradaptasi untuk mengenali beberapa karyawannya.
"Saya Ryder, saya baru disini, bu" ucap Ryder, pria dengan alis kirinya yang terputus, terlihat seperti bekas luka.
Liliana mengangguk, lalu diam sejenak memikirkan sebuah kalimat, tapi sepertinya ia mengurungkan niat untuk mengucapkan sesuatu.
"Ayam pop menjadi paling favorit disini, sering habis. Anda menyukainya?" tanya Ryder membuka obrolan ringan antara keduanya.
"Pernah sekali mencoba, dan hanya ingin mencobanya lagi. Saya cukup suka saat itu," balas Liliana dengan senyumnya, matanya menatap Ryder, sejenak ia mengatakan kejujuran dalam hatinya.
Pria itu cukup tampan sama halnya dengan Lucien, pemilik hidung bangir dengan rahang yang cukup tegas, bulu mata yang lebih lentik, serta bibir tipis nan simetrisnya dengan lekukan lembut di bagian atas.
"Kamu sendiri tidak membelinya?" tanya balik Liliana usai menelan satu suapan, dan melihat makanan milik Rayder ialah nasi kuning.
"Saya sudah cukup menggemarinya dalam beberapa hari kemarin, sepertinya perut saya perlu selera jenis lain," jelas Ryder dengan tersenyum memperlihatkan deretan gigi rapinya.
Liliana terkekeh lembut usai mendengar pernyataan Ryder yang terdengar lelucon baginya.
"Apa hal itu menjelaskan bahwa anda orang yang cepat bosan?" tanya Liliana dengan tersenyum geli, hanya sebuah candaan pikirnya.
Ryder tersenyum, "Benar tapi juga tidak—hanya tergantung hal seperti apa yang membuat saya bosan."
"Ada beberapa hal yang masih wajar untuk merasa bosan, dan yang tidak boleh," sambung Ryder dengan lembut.
Liliana masih menatap pria itu, ia memahami apa yang dimaksud Ryder, tetapi ia bertanya, "Contohnya?"
"Sebagai contoh ketika saya memiliki seorang istri bukankah tidak pantas jika saya bosan kemudian mengganti pasangan dengan gampangnya," jelas Ryder diakhiri dengan senyuman manisnya.
Gadis itu mengangguk, ia ikut tersenyum mendengar penjelasan Ryder. Kalimat yang mudah dipahami serta mudah diucapkan tetapi cukup sulit dilakukan, Liliana menyadari itu. Siapapun bisa mengatakan dengan lantang tetapi kemudian melakukan hal sebaliknya dari perkataan mereka dengan sembunyi-sembunyi.
...~• suddenly become a bride •~...
Sore itu, Liliana sudah menyelesaikan pekerjaannya dikantor dengan lebih cepat dari sebelumnya lantaran ia harus mempersiapkan beberapa hal yang akan dia bawa untuk besok daftar perkuliahan. Namun kini gadis itu baru saja keluar dari salah satu minimarket, ia berjalan menuju arah mobil sembari membawa plastik hitam besar berisi banyak hal.
Hari ini juga ia berniat untuk mengunjungi ayahnya ynag terasa sudah lama tidak bertemu.
"Sudah pak," ucap Liliana pada sang supir yang mulai pagi tadi hingga seterusnya akan mengantar gadis itu kemanapun.
"Hari ini minta tolong anterin saya ke rumah sakit abadi bisa ya pak?" tanya Liliana dengan lembut.
"Bisa, Nona. Tuan Lucien sudah meminta saya untuk menuruti keinginan anda saat berpergian sehingga anda tidak perlu sungkan untuk meminta kepada saya," jelas pria paruh baya tersebut.
Liliana menggangguk, "Baiklah pak."
Beberapa saat kemudian hanya terdengar sahutan beberapa mobil dijalanan yang saling salip-menyalip, hingga Liliana mulai bertanya, "Ngomong-ngomong, bapak sudah berkeluarga belum?"
"Sudah non, anak saya aja udah tiga," jawab bapak nya dengan nada antusias, membuat gadis itu tersenyum.
Liliana begitu menyukai respon positif dari lawan bicara, dengan begitu ia merasa ingin memberikan respon positif juga.
"Masih sekolah semua pak?" tanyanya basa-basi sembari memilah beberapa barang yang ia beli tadi.
"Yang dua sudah menikah non, yang satu masih kecil," jelas si bapak.
Sejenak Liliana terdiam, ia menatap sang supir dari belakang, lalu ia bertanya, "Bapak udah dari lama ya kerja sama Dravenhart?"
Sekilas bapak tersebut menoleh pada Liliana, "Lama banget non, dari anak saya masih pada kecil semua, kira-kira dua puluh tahun ada ya."
"Ini pak—" Gadis itu memberikan satu plastik yang berukuran lebih kecil dari yang ia bawa sebelumnya, "Jajan sedikit nanti bapak kasih ke anak bapak, sama sekalian buat bapak cemilin nanti saat nunggu saya pak,"
"Makasih banyak non." Liliana mengangguk lalu tersenyum usai mendengar ucapan si bapak.
"Bapak, saya boleh tau mengenai Thomas Dravenhart? kakak kandung dari ibu Lucien?"
Dalam beberapa detik Liliana dapat merasakan ketegangan yang dikeluarkan oleh sang supir, lantaran belum memberikan tanggapan. Sampai dimana sang supir.
"Tuan Lucien belum cerita nona? Biar tuan Lucien saja yang menceritakan nona," jawab sang supir dengan berbisik tetapi masih didengar oleh telinga Liliana.
Gadis itu memutar otak untuk melontarkan alasannya, "Saya dan Lucien sedang berantem sedikit pak, aman aja kok pak."
"Tuan Thomas meninggal dunia bersama istrinya, mereka mengalami kecelakaan besar yang disebabkan pengemudi truk yang mabuk non. Saat itu mereka mau menjemput putra dan putrinya di polsek," ungkapnya dengan hati-hati.
Liliana mengerutkan dahinya, ia sendiri masih bertanya-tanya dalam pikirannya, "Putra putrinya?"
Sang supir mengangguk kemudian menjawab, "Iya Nona, Tuan Jacob dan Nona Kim."
"Atas dasar apa pak mereka berada di kepolisian?" Rasa penasaran Liliana semakin meningkat kala ia mengetahui sesuatu tentang mereka berdua, ia pikir salah satu hal sudah terjadi hingga membuat keduanya dikeluarkan dari bagian keluarga Dravenhart. Meskipun mereka masih bisa bergabung secara keluarga.
"Non, maaf memotong pembicaraan—" Sang supir menyela secara tiba-tiba, perhatian nya tertuju pada kaca atas yang mengarah ke bagian belakang mobil, "Apa mobil dibelakang anda mengenal nya?"
Liliana langsung menoleh, melihat keberadaan mobil tersebut. "Saya tidak hafal pak itu mobil siapa."
"Sudah beberapa belokan, semenjak kita keluar dari minimarket mobil itu terus berada dibelakang Non. Tidak berusaha menyalip, hanya berada dibelakang." Sang supir semakin curiga dengan keberadaan mobil tersebut, awalnya ia hanya berpikir mereka kebetulan berada di satu jalur, tapi kemungkinan besar tidak mungkin.
DAGHHH!!!
Hantaman keras mengenai bagian belakang mobil yang ditumpangi Liliana, mobil yang diduga penguntit itu tampak melakukan dengan sengaja. Beruntung pengendalian sang supir begitu baik sehingga mobil tidak sampai keluar dari jalur, hanya sedikit hilang keseimbangan. Namun dapat kembali ke jalur dengan benar
Kini, supir tersebut mulai mempercepat laju kendaraannya. Melihat keadaan yang tidak baik untuk saat ini.
"Non peganggan! Mobil itu mengincar kita!" serunya sebelum benar-benar memacu kendaraan besi itu dengan kecepatan yang tinggi dan kelihaiannya dalam menyalip banyaknya mobil yang hampir menutup jalan.