Tidak ada tanggal sial di kalender tetapi yang namanya ujian pasti akan dialami oleh setiap manusia.
Begitupun juga dengan yang dialami oleh Rara,gadis berusia 21 tahun itu harus menerima kenyataan dihari dimana kekasihnya ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan di malam itu pula kesucian dan kehormatannya harus terenggut paksa oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Kehidupan Rara dalam sehari berubah 180 derajat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 8. Guru Baru
Keningnya Rara berkerut melihat nomor ponsel yang tertera di layar benda pipihnya.
“Siapa?”
Rara baru saja ingin menekan tombol hijau, tetapi langsung mati sebelum sempat diangkat.
“Lah nelpon mau diangkat malah dimatikan,” Rara ngedumel karena waktu istirahatnya terganggu.
Rasa kantuknya seketika menguar terbang terbawa angin gara-gara si penelpon. Hpnya kembali berbunyi, tapi kali ini bukan telpon, tapi hanya pesan chat saja.
Rara yang cukup penasaran membuka kunci layar hpnya kemudian, Ia membuka chat tersebut dari orang yang tidak dikenalnya.
“Assalamualaikum,”
“Waalaikum,” balasnya Rara yang langsung mengetik kata balasan salam itu.
Rara masih memperhatikan layar ponselnya, karena orang itu mengetik kata yang cukup lama dan kemungkinannya cukup panjang.
“Maaf sudah gangguin waktu tidurnya, aku cuma mau mengucapkan terima kasih sudah menolong Mairah waktu terjatuh dari motornya,”
Dia masih betah berlama-lama di dalam room aplikasi si hijau yang paling populer dipakai oleh masyarakat pada umumnya.
“Nggak apa-apa, Maaf Anda ini perempuan atau laki-laki?” Tanyanya balik Caca dipesan yang diketiknya.
Pria itu “Aku laki-laki,” balasnya lagi orang itu.
Rara “Oh, nggak perlu mengucapkan terima kasih segala karena itu sudah menjadi kewajiban kami sebagai sesama umat muslim saling tolong menolong dalam kebaikan,”
Pria itu “Salam kenal kalau gitu,”
Rara “iye.”
Pria itu mengirimkan chat lagi dan memintanya untuk menyimpan nomornya dengan nama Yudha.
Rara “oke!”
Setelah pesan chat terakhir dikirimnya, Rara kembali seperti dejavu dan merasakan ada sesuatu yang dirasakannya seketika itu juga.
“Kenapa aku merasa kalau aku sudah lama mengenal orang ini?” gumamnya Rara.
Keesokan harinya, Caca mengecek beberapa berkas administrasi serta laptop yang akan dibawanya ke sekolah sebagai persyaratan utama ketika akan menjadi guru bantu di sekolah itu.
“Bismillahirrahmanirrahim, lancarkan lah segalanya ya Allah,” cicitnya kemudian mengecek kembali pakaiannya apakah sudah rapi atau belum.
Caca sudah bersiap berangkat ke sekolah tempat dimana dia akan menjadi tenaga honorer di salah satu sekolah dasar yang tidak jauh dari rumahnya.
“Bapak sama ibu sudah berangkat ke toko sembako?” Tanyanya Rara yang melihat hanya kedua adiknya yang ada di meja makan.
Brianna melirik ke arah kedatangan kakaknya,” iye, mereka pagi-pagi sekali berangkat katanya banyak stok barang dagangan yang masuk pagi ini makanya mereka berangkat lebih pagi dari biasanya.”
“Kapan ujiannya, Dek?” Tanyanya Rara sembari menarik sebuah kursi untuk didudukinya.
“Insha Allah, akhir bulan ini kak, kenapa emangnya? Jangan-jangan mau dikasih hadiah istimewa nih kalau nilai kami masuk 10 besar?” Tanyanya Arriana yang antusias ketika berbicara.
“Boleh asalkan nilai kalian wajib masuk ranking 10 besar dari semua siswa yang ada di sekolahmu,” balasnya Rara.
“Insha Allah,kami pastikan akan berjuang lebih keras dan pantang menyerah agar kami berdua mendapatkan nilai yang bagus,” sahutnya Brianna anak bungsu dari tiga bersaudara itu.
Perbincangan mereka berakhir karena ketiganya telah menyelesaikan acara sarapan paginya.
Tak lupa si kembar bungsu membereskan peralatan makan yang mereka pakai sebelum berangkat ke sekolah.
“Kakak jalan duluan kalau begitu, jangan lupa cek semua pintu dan jendela serta kompor sebelum pergi. Assalamualaikum,” ucap Rara kemudian bergegas berjalan ke arah garasi rumahnya.
“Waalaikumsalam, hati-hati kakak,” ucapnya Arriana.
Perjalanan ditempuh hanya sekitar dua puluh menitan lebih. Anak-anak SD Negeri tempat dia akan mengabdi sebagai tenaga guru bantu sudah berbaris rapi siap untuk melaksanakan upacara bendera.
Kedatangannya disambut hangat oleh beberapa guru dan rekan pegawai di sekolah itu. Apalagi mengingat Rara adalah keponakan dari kepala sekolah dan juga wakil kepala dinas pendidikan kabupaten Gowa sehingga orang semakin memperlakukan Rara dengan baik.
Rara ikut berbaris rapi di barisan jejeran beberapa guru-guru. Rara berdiri tepat di samping guru olahraga yang tubuhnya cukup tinggi dari guru yang lain, tapi tidak terlalu jomplang dibandingkan dengan tubuhnya Rara cukup tinggi semampai.
Guru itu melirik sekilas ke Rara kemudian kembali menatap lurus ke depan dimana kepala sekolah sudah berpidato singkat.
Rara yang merasakan ada yang memperhatikannya menolehkan kepalanya ke arah sebelah kanannya.
Rara sedikit mendongak,” kenapa aku merasa pernah melihat pria ini yah, tapi dimana?” Batinnya Rara.
Keduanya berdiri tanpa ada yang berniat untuk saling bertegur sapa. Bagi Rara anda cuek dia lebih akan cuek lagi begitupun sebaliknya, Anda ramah dia pun akan lebih ramah.
Rara memperhatikan seluruh sekolah dan anak-anak, dia memuji suasana sekolah yang cukup elit padahal hanya sekolah negeri. Dan kebanyakan anak-anaknya adalah anak berprestasi.
“Azzahra, kamu akan mengajar di kelas empat sebagai guru pendamping. Apalagi untuk sementara waktu Bu Farida Indarti pergi ke tanah suci jadi selama beliau pergi kamulah yang menggantikan beliau sebagai wali kelasnya,” ujarnya Bu Hajah Halimah yang sudah berdiri di depannya Rara ketika upacara telah selesai dilaksanakan.
“Jadi aku langsung mengajar hari ini Tante, atau hanya perkenalan dulu dengan anak-anak?” Tanyanya balik Rara yang memanggil kepala sekolah dengan Tante karena hanya mereka berdua saja saat itu.
“Kamu ikut rapat setelah ini karena ada guru bantu seperti kamu dan juga guru pindahan dua orang menggantikan guru yang sudah pensiun,” ucap Bu Halimah.
“Apa aku langsung ke ruangan rapat saja atau gimana?” Tanyanya lagi Rara.
“Eka!” Teriak Bu Hajah Halimah yang memanggil seorang pegawai yang kebetulan berjalan ke arah mereka.
“Iye Bu kepala sekolah!” Balas Eka yang sudah berjalan cepat ke arah kepala sekolah yang berdiri menunggu kedatangannya.
“Tolong antar Azahrah ke ruangan rapat dan sampaikan kepada semua guru dan
pegawai kalau lima menit lagi rapat akan dimulai. Ingat semua harus datang tanpa terkecuali!” Titahnya Bu Haja Halimah.
“Baik Bu Haja,” balasnya Eka.
Rara berjalan bersama dengan Eka, kedatangannya cukup mencuri perhatian dari semua anak-anak yang berjalan berpapasan dengannya.
“Selamat pagi Bu Cantik,” salah satu murid laki-laki yang menatap intens Rara sambil tersenyum malu-malu.
“Assalamualaikum ibu guru manis,” sapanya anak SD kelas 6.
“Edede, kalian masih kelas 6 sudah tau menggombal mentang-mentang lihat ibu guru cantik yang wajahnya bening dan glowing,” ucapnya Eka yang geleng-geleng kepala melihat tingkah absurnya muridnya itu.
“Biasa ji Pak Eka terjadi seperti itu memang sekarang jamannya sudah berubah masih bocah belum tau cari uang sudah tau anngodok (menggombal),” candanya Rara yang terkadang ikut terheran-heran melihat anak-anak jaman sekarang.
Rara dan Eka ternyata yang paling terakhir masuk ke dalam ruangan aula yang selalu dipakai untuk rapat.
Rara memperhatikan sekitarnya, ternyata hanya satu kursi yang tersedia. Tetapi masalahnya kursi itu tepat di sampingnya guru olahraga yang selalu terlihat ketus dan judes.
“Bu Azzahrah duduk di sini saja, kebetulan hanya kursi ini saja yang tersisa,” ucapnya Pak Eka sambil menunjuk ke arah kursi yang kosong itu.
Rara menghela nafasnya dengan sedikit keras karena dia sedikit enggan untuk duduk berdampingan dengan guru itu.
“Makasih banyak Pak Eka sudah dibantuin cariin kursi,” seru Rara sembari tersenyum ramah.
“Masama Bu Azzahra,” balas Eka yang kembali nyengir.
Berselang beberapa menit kemudian, Bu Hajja Halimah sudah membuka rapat pagi itu dan menjelaskan apa tujuan rapat itu diadakan. Selain memperkenalkan beberapa guru baru, juga menjelaskan masalah persiapan ujian anak kelas 6.
Bu Hajah Halimah memperkenalkan satu persatu guru baru pindahan dan juga guru bantu di sekolahnya.
“Assalamualaikum, Alhamdulillah hari ini kita kedatangan beberapa orang guru baru. Alangkah baiknya kalau kita berkenalan dengan beliau-beliau yang insha Allah nantinya mereka akan bekerjasama dengan kita semua memajukan pendidikan peserta didik kita kedepannya, kalau begitu dipersilahkan untuk satu persatu maju kedepan,” titah Bu Hajah Halimah.
Rara, Yuliana dan dua guru laki-laki maju berbarengan dengan Rara. Semua tatapan tertuju kepada keempat guru itu. Suasana sempat ribut karena banyak guru-guru cewek yang memuji ketampanan guru pria dan juga kecantikan Rara.
“Tidak perlu malu-malu, anggap saja ini sebagai sebagai sarana dan cara untuk saling kenal agar hubungan kekeluargaan semakin akrab begitu,” ucap Bu Hajah Halimah yang melihat mereka seperti sungkan karena malu.
“Ada pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang tak sayang maka tak bisa ke KUA,” candanya Pak Ardi guru kelas 6.
Semua orang kembali ribut sambil tertawa terbahak-bahak mendengar candaan garing dari Pak Ardi selaku guru yang masih single padahal sudah hampir kepala empat umurnya.
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Pak Irwansyah Syam saya diperbantukan di sekolah ini sebagai guru kelas lima, asal dari kabupaten Takalar hanya saja kebetulan istri orang siniji juga,” ujarnya Irwansyah yang lebih duluan memperkenalkan dirinya.
“Yah sudah menikah rupanya,” celetuk salah satu pegawai honorer terlihat dari baju yang dipakainya.
Giliran pria yang sedari tadi terlihat santai tanpa berbicara sepatah katapun.
“Assalamualaikum, nama saya Bara Yudha Nugraha status Alhamdulillah sudah punya tunangan, saya disini akan mengajar mata pelajaran olahraga,salam kenal semuanya mohon bimbingan dan kerjasamanya,” Bara menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda perkenalannya.
“Waalaikum salam,” jawab semuanya.
“Pak Bara ini asli orang Makassar atau Jawa atau Korea Selatan nih?” Tanyanya Wulan.
“Iya Pak kan tinggal di Makassar, tapi matanya sipit dan kulitnya Pak Bara putih kayak oppa tapi namanya kayak orang Jawa bahasa sangsekerta gitu,” timpal Tika.
“Alhamdulillah Mama asli Bugis Makassar, Papa asli keturunan Tionghoa Makassar Jawa juga. Intinya saya keturunan gado-gado,” candanya Bara yang membuat Rara terkejut karena pria berwajah kaku dan datar ternyata bisa juga bercanda.
“Bisa juga bercanda kirain orangnya seserius wajahnya,” batinnya Rara.
“Yah gagal maning! Masa guru-guru gantengnya sudah sold out semua sih! Ini namanya patah hati berjamaah!” Ceplos salah satu dari mereka.
“Potek hatiku Abang,” candanya yang satunya lagi.
“Huh Erna sama Tika! Makanya jangan lama-lama ngejobmlo kan patah hati lagi,” candanya Eka.
Bu Halimah dan yang lainnya sudah terbiasa mendengar candaan mereka yang selalu mampu membuat suasana menjadi hangat dan lebih santai dan nyaman.
“Namaku Yuliana, kebetulan saya adalah istrinya Pak Irwansyah sayangnya nasib saya belum semujur suami yang sudah lima tahun jadi ASN sedangkan saya insha Allah tahun ini kalau bukan tahun depan,” candanya Yuli.
“Oh jadi suami istriki, itumi tadi na boncengan waktunya datang ke sekolah,” ceplosnya Eka.
Gilirannya Rara, tatapan matanya Bara seperti seekor elang yang siap menerkam mangsanya tertuju kepada Rara seorang karena yang lainnya sudah dipersilahkan untuk kembali duduk di kursinya masing-masing.
“Assalamualaikum, nama saya Azzahra Elara Sofia Usman. Insha Allah saya akan menggantikan sementara waktu ibu Farida yang kebetulan melaksanakan ibadah haji, makasih banyak sudah diberikan kesempatan untuk bergabung di sekolah ini dan saya mohon bimbingannya,” ucapnya Rara sambil tersenyum simpul.
Bara memicingkan matanya ketika Rara menyebut namanya dan dia tiba-tiba teringat sesuatu yaitu sebuah kalung yang berliontin sebuah huruf AZ.
“Astaghfirullahaladzim nggak mungkin banget kalau perempuan itu ada kaitannya dengan pemilik kalung? mungkin karena akhir-akhir ini gue selalu kepikiran dengan kejadian malam itu sehingga sedikit-sedikit setiap ada cewek yang gue kenal malah gue hubungkan dengan pemilik kalung itu,” Bara membatin.
semangat authir 💪💪💪💪💪♥️♥️♥️♥️♥️
peringatan yang cukup bagus author!