CEO perusahaan literasi ternama, Hyung menjual dirinya di situs online sebagai pacar sewaan hanya karena GABUT. Tak disangka yg membelinya adalah karyawati perusahaannya sendiri. Ia terjebak satu atap berminggu-minggu lamanya. Benih-benih asmara pun muncul tanpa tahu jika ia adalah bosnya. Namun, saat benih itu tumbuh, sang karyawati, Saras malah memutuskannya secara sepihak. Ia tak terima dan terpaksa membongkar jati dirinya.
"Kau keterlaluan, Saras. Kau memperlakukanku semena-mena tanpa menimbang kembali perasaanku. Lihat saja! Kau akan datang padaku secara terpaksa ataupun patuh. Camkan itu!"
Ia pun ingin membalas terhadap apa yang pernah Saras lakukan padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaharu Wood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SERBA SALAH
...Saras...
"Eh?! Ti-tidak, Pak. Ti-tidak perlu seperti itu. Di-dia juga bekerja di sini. Sama seperti saya yang mengais rezeki." Saras segera menahan Hyung agar tidak bertindak tergesa-gesa.
"Tapi kau sudah di-bully. Tidak ingin kah melakukan pembalasan?" Hyung mengompori Saras agar membalas perbuatan teman kantornya.
Saras memalingkan wajah. "Em, maaf, Pak. Bukankah pembahasan ini terlalu privasi?" Saras memberanikan diri interupsi.
Hyung memiringkan kepalanya lagi sambil menggabungkan kedua tangan. "Siapa bos di sini?" tanya Hyung dengan raut wajah yang amat menjengkelkan.
"Bapak," jawab Saras pasrah.
"Jadi bukankah terserah aku mau bicara apa?" Hyung mulai menunjukkan sisi arogannya pada Saras.
"Iya, Pak. Benar." Saras pun mengangguk di hadapan Hyung agar pembahasan cepat selesai.
"Begini, Saras." Hyung menegakkan tubuhnya. "Aku punya pekerjaan untukmu. Dan kau harus menyelesaikannya hari ini juga. Tak banyak, hanya beberapa lembar saja yang harus kau ketik. Ada sepuluh nama perusahaan yang ingin memasang iklan. Bisakah buatkan nota kesepahaman beserta administrasi penagihannya untukku?" tanya Hyung.
Eh, kenapa malah aku? Bukannya itu tugas admin perusahaan?
Saras pun tak mengerti mengapa bos barunya memberi pekerjaan yang di luar ranahnya. Saras ingin menolaknya. Tapi saat itu juga ia segera sadar sedang berhadapan dengan siapa.
"Em, baik, Pak."
Lantas Saras pun menerima tugas dari Hyung. Dengan amat terpaksa, dengan amat penuh penyesalan. Saras menyesal kenapa hari ini tidak izin saja. Karena jika izin pastinya tidak akan mendapat tugas seperti ini. Tapi semua sudah terjadi. Saras pun mau tak mau menerima tugas dari Hyung.
"Bagus. Itu yang kuharapkan. Jadi lekas kerjakan!" seru Hyung dengan seringai penuh kemenangan.
Percakapan antara bos dan karyawan perusahaan literasi itu pun berakhir. Dan Hyung belum menceritakan siapa dirinya kepada Saras. Sedang Saras merasa yakin jika ia adalah mantan pacar sewaannya. Tapi Saras juga masih ragu untuk membuktikannya. Dan pada akhirnya Saras keluar dari ruangan Hyung dengan rasa penasaran. Ia berharap akan segera mendapatkan jawabannya.
Beberapa jam kemudian...
"Aku sudah di kantor cabang lama, Yah." Hyung terlihat berbicara dengan sang ayah di teleponnya.
"Bagus. Jika perlu apa-apa, katakan saja pada Saki. Di mana dia sekarang?" tanya sang ayah dari seberang telepon.
"Dia sudah kembali ke rumahnya. Aku yang menyuruhnya pulang karena hari ini ingin mengenal karyawan terlebih dahulu." Hyung menuturkan.
"Baiklah. Ayah serahkan semuanya padamu. Ayah harap ijazahmu itu tidak membuat malu. Semoga beruntung, Anakku." Sang ayah memberi semangat kepada putranya.
"Baik, Yah. Sampai nanti." Hyung pun segera mengakhiri sambungan teleponnya.
Hyung melakukan sambungan langsung jarak jauh ke ayahnya. Tapi ia menggunakan ponsel biasa, bukan telepon kantor. Yang mana cukup menguras pulsanya. Dan kini Hyung sedang melihat layar laptopnya. Di mana Saras ada di sana. Hyung sengaja mengarahkan kamera CCTV ke meja Saras agar bisa melihat apapun yang Saras kerjakan di sana. Dan tiba-tiba saja ia merasa lapar.
"Perutku sudah menagih."
Lantas ia pun berniat untuk makan siang sebentar. Hyung membawa bekal sendiri hari ini. Tapi saat itu juga ia teringat dengan Saras. Ia tahu jika Saras belum makan. Ia kemudian menelepon line Stefany, teman kantor Saras.
"Halo?" Stefany yang duduk di samping Saras pun mengangkat telepon yang ada di dekatnya.
"Mana Saras?!" Stefany pun tahu suara siapa itu.
"Ras, ada telepon untukmu." Stefany segera memberikan telepon kantor kepada Saras. Saras pun menerimanya.
"Halo?" jawab Saras.
"Belum makan siang? Masuk ke ruanganku sekarang," pinta Hyung segera.
Hyung masih amat memedulikan Saras sekalipun hatinya dilanda kecewa. Ia tipikal pria yang memegang ucapannya. Tapi ia harus menelan kebohongan dari Saras mentah-mentah. Hyung kecewa dengan perkataan Saras yang seolah memberi peluang besar baginya, namun nyatanya harus menanggung luka. Sementara Saras sendiri mulai dilanda kekhawatiran yang begitu besar. Ia takut dipecat tidak hormat dan ditendang jauh-jauh keluar. Karna bagaimanapun Hyung adalah bos perusahaan.
"Baik, Pak." Saras pun mengiyakannya.
Beberapa menit kemudian...
"Pak."
Saras masuk ke ruangan bos yang tak lain adalah Hyung sendiri. Hyung pun tampak duduk sambil merapikan meja kerjanya dari peralatan tulis kantor. Ia kemudian mengeluarkan dua kotak nasi dari dalam tasnya. Ia meminta Saras untuk duduk di hadapannya.
"Duduklah."
Saras mengangguk lalu menarik kursi. Ia duduk di hadapan mantan pacar sewaannya. Hyung kemudian membuka kedua kotak nasi di hadapan Saras. Seketika Saras pun terkejut melihat isi dari kotak nasi tersebut. Mengingatkan dirinya akan seseorang yang pernah memasakkan makanan untuknya. Saras merasa bersalah.
"Aku lihat kau tidak beranjak makan siang. Aku juga sama. Jadi aku ingin kita makan siang bersama," kata Hyung lalu membagi nasinya kepada Saras. "Manajer Li, tolong pastikan semua karyawan bekerja dan tidak ada yang masuk ke ruanganku." Hyung kemudian menelepon manajer kantor agar tidak ada yang masuk ke ruangannya.
"Sekarang makanlah. Aku sudah lapar."
Hyung pun mulai menyuap nasi beserta sup ke dalam mulutnya. Sedang Saras masih diam, ia tidak bergerak sama sekali. Hyung pun memerhatikan Saras yang tidak beranjak makan. Dan entah mengapa ia tiba-tiba kesal.
"Kau tidak mau makan bersamaku?!" Tatapan Hyung berubah tajam.
"Ma-mau, Pak."
Saras pun segera mengambil nasi dan sup yang diberikan Hyung. Ia lekas memakannya. Saat itu juga Saras seperti mengenali rasa masakan dari yang Hyung berikan. Hatinya penuh tanda tanya besar.
Wanita ini memang harus diberi pelajaran. Awas saja nanti kalau sudah di rumah. Dia harus membayar semuanya.
Hyung pun meneruskan makannya dengan perasaan kesal. Namun, tiba-tiba saja Saras bertanya.
"Pak Hyung, bolehkah saya bertanya?" Saras sedikit ragu.
"Tanya apa?" Hyung pun menjawabnya dengan acuh tak acuh.
"Em, apakah ... apakah Anda Vi?" Saras memberanikan diri menanyakan hal itu pada Hyung.
"Vi? Siapa dia? Pacarmu?" tanya Hyung pura-pura tidak tahu.
Saras menelan ludah. Ia jadi ragu dengan pria yang ada di hadapannya. Saras belum dapat memastikan jika sang bos adalah mantan pacar sewaannya dulu.
"Em ...," Saras merasa bingung.
"Katakan saja siapa Vi itu bagimu. Tidak sulit, bukan?" Hyung berkata lagi.
Saras tampak berpikir. "Dia ... dia seseorang yang berarti untukku, Pak." Saras mengatakannya. Saat itu juga Hyung jadi batuk-batuk seketika.
"Ini, Pak. Minumlah." Saras pun segera membukakan botol air mineral untuk Hyung.
Hyung segera meneguknya. Ia juga menyeka mulutnya dengan tisu. Ia merasa kesal dengan jawaban Saras. Sangat kesal karena nyatanya apa yang terjadi bertolak belakang dengan ucapan.
Dia bilang aku berarti baginya, tapi dia juga yang mengusirku. Dia mengembalikanku ke situs itu tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Tanpa menjelaskan apa kesalahanku. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Saras, kau sangat membuatku gemas. Hukuman apa yang kau inginkan dariku?
Kaget ya karena dia tamvan 😁