Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.
Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Blake menatap Sienna dengan mata berbinar. Wanita yang bahkan tidak setinggi bahunya itu berbicara dengan tegas membela dirinya, dan setiap kata yang keluar memberikan rasa aman yang luar biasa.
Sudah lama Blake tidak merasakan perasaan dilindungi seperti ini. Memiliki seseorang yang percaya padanya tanpa syarat membuat hatinya menghangat.
Saat kembali menatap Sienna, matanya dipenuhi kegembiraan dan kekaguman.
Alis Sabrina yang sempurna sedikit berkerut. Ia baru saja melihat cara Blake memandangi Sienna. Siapa pun bisa melihat perasaan di balik tatapan itu.
Pantas saja Sienna begitu ngotot membela Blake. Ternyata dia memang perempuan genit yang bisa memikat siapa saja Murahan!
Saat Sienna menoleh, dia tak sengaja menangkap tatapan panas Sabrina yang memandanginya tajam. Sienna mengernyit bingung.
Manajer Johnson yang sejak tadi diam, akhirnya buka suara, "Saya harap masalah ini bisa diselesaikan dengan damai. Ini demi kebaikan semua pihak, termasuk perusahaan. Lagi pula, memang Blake yang melakukan kesalahan."
Belum selesai suasana mereda, ponsel Sienna tiba-tiba berdering.
Setelah membaca pesan yang masuk, bibir merahnya melengkung membentuk senyuman.
"Nona Sienna, menurut Anda bagaimana?" tanya Manajer Johnson, merasa tidak sabar melihat Sienna belum juga menjawab.
Tiba-tiba, semua mata tertuju ke arah Sienna.
Sienna tersenyum. Ia memang meminta Lena untuk menyelidiki apakah video itu dimanipulasi dan sekarang, ia menemukan buktinya.
Karena di lokasi kejadian dilarang mengambil foto dan video, hanya ada satu video yang tersebar di internet. Tapi sekarang terbukti bahwa video itu telah disunting secara licik, hanya bagian ketika Blake memukul orang yang ditampilkan.
Jelas-jelas ada niat jahat untuk membesarkan masalah ini!
Sabrina melihat senyum Sienna dan merasa kesal bukan main. “Jangan-jangan karena artis kamu sedang sekarat, kamu mulai menjilat kami, ya?”
Blake langsung murka mendengar itu. Orang lain boleh menghina dirinya, tapi tidak dengan Sienna!
Ia menatap Sabrina tajam, mengangkat tinjunya, dan mengayunkannya di udara. Ancaman itu sangat jelas.
Sabrina langsung naik pitam. Wajahnya memerah, lalu menunjuk wajah Blake sambil berkata, “Kau--”
Blake dengan cepat berpura-pura polos. Wajah tampannya tampak penuh luka, nyaris bisa dipercaya, tapi sorot licik di matanya tetap tak bisa disembunyikan.
Sienna meliriknya dan memberi isyarat agar dia tidak keterlaluan.
Blake yang menangkap tatapan itu langsung berubah penurut dan duduk kembali ke kursinya.
Sienna kembali menatap semua orang di ruangan itu, tersenyum tipis, lalu berkata, “Saya sudah bilang, kami akan mengejar masalah ini sampai tuntas. Jadi Thorne harus bertanggung jawab atas perbuatannya.”
Kalimat itu seperti pukulan keras bagi semua yang hadir. Masing-masing mulai berpikir.
“Oh Nona Sienna, kamu masih saja berjuang. Apa karena kamu pernah tinggal di luar negeri jadi kamu merasa lebih tinggi?” sindir Emily.
Tanpa menggubris, Sienna mengambil ponselnya dan memutar rekaman yang dikirim oleh Lena.
Semua mata kini tertuju pada ponsel di tangannya, dan ruangan mendadak sunyi.
Suara listrik samar terdengar, lalu suara manusia mulai mengalir jelas.
“Thorne! Ulangi lagi kalau berani!” Suara Blake yang terdengar marah dan menggertakkan gigi muncul dari ponsel.
Semua yang hadir terkejut. Mereka langsung paham bahwa itu adalah rekaman dari insiden di kamp pelatihan artis.
Thorne tampak panik, menunduk dengan wajah bersalah.
Sienna menyipitkan mata, menatap Thorne dengan dingin, lalu mengalihkan pandangannya.
Ekspresi Emily dan Sabrina berubah buruk.
“Heh! Bukannya aku sudah bilang kalau gelar juara kamu itu karena tidur sama bos? Kamu pikir kamu menang karena kemampuanmu?” Suara provokatif Thorne terdengar di rekaman.
Lalu, terdengar suara perkelahian seperti dalam video yang tersebar sebelumnya.
Rekaman ini menjelaskan semuanya termasuk alasan kenapa Blake sampai memukul.
Thorne menggeleng panik, bibirnya bergetar, tidak tahu harus berkata apa.
Keheningan panjang menyelimuti ruangan. Wajah Manajer Johnson berubah canggung dan ia memilih diam. Sementara Sabrina terlihat sangat kesal, menatap Sienna seolah ingin menerkam.
Sienna balas menatap tanpa gentar. Dengan suara tenang namun tajam, ia berkata, “Nona Sabrina, menurut Anda apa yang akan terjadi kalau saya mengunggah rekaman ini ke Instagram?”
Sejak awal, dia sudah mencurigai video di internet tidak lengkap. Blake bukan tipe yang akan memukul tanpa alasan.
Dan dia benar.
Emily berdiri, berkata ragu, “Sienna, kita satu perusahaan. Mungkin masalah ini bisa diselesaikan secara pribadi? Kita bisa cari solusi yang lebih baik.”
Ia tidak menyangka Sienna punya bukti rekaman. Kalau sampai dipublikasikan, kerusakan reputasi mereka akan parah.
Blake hampir buka suara, tapi Sienna lebih dulu angkat bicara. “Tidak.”
Ia berkata sambil tersenyum tipis tegas dan dingin.
Blake menatapnya dalam-dalam. Senyum muncul di wajahnya. Ia menunggu kejutan lain dari wanita ini.
Emily terdiam, wajahnya tegang. “Sienna, kamu harus sekeras itu?”
“Siapa yang mulai duluan? Bukankah kalian yang berusaha menghancurkan Blake?” Sienna mengangkat alis, menatap Emily, lalu tersenyum tipis. “Kenapa? Sekarang aku mau ungkap kebenaran, kamu bilang aku terlalu keras? Bukankah tadi kamu juga bilang orang yang bersalah harus bertanggung jawab?”
Satu kalimat itu langsung membungkam Emily.
“Bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Aku ulangi: Thorne harus bertanggung jawab. Aku tahu video yang tersebar di internet dimanipulasi. Dan orang-orangku, tidak akan aku biarkan dipermainkan.” Ucapan Sienna tegas, tidak merendah maupun sombong.
Mata Blake memantulkan sosoknya, dan ia tak bisa berhenti menatap.
Baru saja dia bilang: “Orang-orangku.”
Kalimat itu membuat dadanya terasa hangat. Sebuah senyuman muncul di wajah tampannya.
Sienna mengambil kembali ponselnya, menyipitkan mata, dan menatap Thorne penuh pertimbangan. Anak ini tidak terlalu tua, tapi pikirannya licik. Harus hati-hati ke depan.
“Ayo pergi.” Setelah bicara, Sienna langsung berjalan keluar ruangan.
Blake buru-buru mengikuti, tersenyum penuh kemenangan ke arah orang-orang di ruangan. Sangat menyebalkan.
Begitu keluar dari ruang rapat, Sienna menghela napas panjang. Pertempuran tanpa asap ini akhirnya selesai.
Blake langsung mendekat dan berkata dengan senyum lebar, “Sienna, kamu keren banget!”
Sienna memandang jijik, menyeringai, lalu mendorongnya, “Jaga jarak, terima kasih atas kerjasamanya.”
Blake kembali mendekat tanpa malu, “Tapi serius, saat kamu bicara tadi, wajah Sabrina langsung gelap!”
Sienna hanya bisa membayangkan wajah Sabrina. Ia tersenyum puas.
Selama orang lain tidak mengusiknya, dia juga tidak akan menyerang.
“Sudah ya, sekarang keluar. Aku masih banyak kerjaan. Kamu ganggu banget.” Sienna melambaikan tangan, mengusir Blake. “Dan jangan panggil aku ‘Sienna’.”
Blake manyun dan mengeluh, “Sienna, kamu sudah bantu aku banyak, aku traktir makan hari ini, gimana?”
“Berapa kali harus kubilang, jangan panggil aku kayak gitu!” Sienna melotot kesal. “Dari segi umur, aku lebih tua. Dari posisi, aku manajermu. Jadi panggil aku Nona Sienna.”
Blake langsung diam, menatapnya seperti anak anjing.
Sejujurnya, kalau Sienna tidak bilang, dia tidak akan menyangka bahwa wanita ini lebih tua darinya.
Lena masuk membawa dokumen. Setelah melihat Blake, dia sedikit terkejut tapi cepat kembali fokus. “Nona Sienna, ini dokumennya.”
Sienna mengangguk, memberi isyarat agar diletakkan di meja. Lalu dia berkata, “Oh ya, Lena. Upload hasil investigasi dan rekaman tadi ke Instagram Blake secepat mungkin. Aku takut mereka bakal cari akal lagi.”
Lena mengerti maksudnya dan segera mengangguk.
“Oh ya, sekalian suruh Blake bikin video permintaan maaf.” ujar Sienna.
Lena tampak kaget, menatap Sienna dengan pasrah. Menyuruh Blake minta maaf? Mustahil.
Blake juga langsung protes, “Aku ga mau bikin video Ini bukan salahku, kenapa aku yang harus minta maaf?”
“Memukul orang tetap salah. Kalau kamu ga minta maaf, akan susah untuk bertahan di dunia hiburan ke depannya,” bujuk Sienna lembut tapi serius.
Lena mengangguk. Apa yang dikatakan Sienna memang benar.