Ramadhan Permana seorang Suami yang terpaksa menikah lagi demi kesembuhan putranya,karena terhimpit ekonomi serta biaya pengobatan yang tidak sedikit, telah membuat seorang Ramadhan putus asa, Jihan sang istri selalu memberikan semangat untuknya, dan soal keputusan Rama untuk menikah lagi merupakan atas kesepakatan bersama, meskipun itu semua begitu berat untuk Jihan,di madu oleh suaminya tidak pernah terlintas di dalam benaknya.
Mayang Lesmana yang tengah hamil anak dari kekasihnya yang telah pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Ayah Mayang, yang merupakan seorang pengusaha kaya, mengetahui kehamilan putrinya dan khawatir nama baik keluarganya akan tercoreng. Oleh karena itu,ayah Mayang yakni Tuan Mahesa Lesmana meminta Rama untuk menikahi putrinya dengan imbalan yang sangat fantastis dan pada saat itu posisi Rama hanyalah seorang pegawai biasa.
Rama dan Mayang akhirnya menikah,karena keterpaksaan,dan mereka harus beradaptasi dengan keadaan,mampukah Rama bersikap adil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan untuk kedua mempelai
Selesai dengan acara resepsi pernikahan, kini Mayang dan Rama sudah berada di dalam kamar pengantin, namun entah kenapa sedari tadi Mayang selalu merasa mual. Mungkin ini akibat kehamilannya di trimester pertama, apalagi tadi ia sempat merasakan pusing akibat mencium arom parfum milik para tamu undangan.
Akhirnya Mayang tidak sanggup menahan rasa mualnya, hingga akhirnya ia berlari menuju arah toilet.
Rama yang pada saat itu sedang mengganti pakaiannya di dalam toilet, terpaksa di gedor oleh Mayang, dan Rama pun buru-buru membuka pintu toilet, kali ini ia masih dalam keadaan bertelanjang dada.
saat pintu di buka, Mayang segera menuju wastafel.
"Hoek... Hoek!" begitu banyak makanan dari dalam perutnya yang telah Mayang muntahkan.
Rama yang tidak tega melihat Mayang seperti itu, ia berusaha membantu dengan cara memijit tengkuk lehernya.
"Non Mayang tidak kenapa-kenapa?" tanyanya sambil menatap dalam.
Sedangkan Mayang tidak menjawabnya, ia hanya fokus dengan kondisinya yang semakin parah.
Akhirnya Mayang merasakan lemas di tubuhnya dan ia hampir saja terjatuh, beruntungnya pada saat itu ada Rama di dekatnya dan dengan terpaksa ia membopong tubuhnya dan membawanya ke atas ranjang tempat tidur, kali ini tidak ada perlawanan dari Mayang, justru ia malah melingkarkan tangannya di sekitar leher, dan menyandarkan kepalanya di area dada bidang suaminya.
Entah kenapa Mayang merasa nyaman dalam posisi seperti ini.
Perlahan, Rama mulai menempatkan tubuh istrinya ke atas ranjang tempat tidur.
"Non, apa sebaiknya saya bawa Non Mayang ke Rumah Sakit?" tanyanya cukup khawatir.
"Tidak usah, tolong kau ambilkan obat mual ku di dalam tas berwarna hitam!" perintahnya pelan.
Akhirnya Rama buru-buru mengambilkan obat sesuai dengan perintahnya.
Setelah itu ia mengambil satu gelas air putih hangat untuk Mayang.
Rama mencoba membantu Mayang untuk bersandar di dashboard tempat tidur, agar dirinya bisa segera meminum obat mual nya.
Selesai meminum obat, akhirnya Mayang memilih untuk beristirahat sejenak.
Sedangkan Rama memilih untuk kembali ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya yang sempat tertunda.
Ketika Rama sudah berada di dalam kamar mandi, tiba-tiba Mayang membayangkan kembali kejadian barusan."Kenapa tadi aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya? Kau jangan gila Mayang, kau tidak boleh tergoda oleh Rama!" gumamnya sampai menggeleng.
Akhirnya Mayang memutuskan untuk tidur lebih awal.
Keesokan harinya
Saat Mayang membuka kedua kelopak matanya, ia menemukan Rama masih tertidur di kursi sofa, lalu ia beranjak dari atas tempat tidur.
Perlahan Mayang mulai mendekat, kali ini ia mencoba memperhatikan Rama dengan mata yang masih terpejam, ia sempat tersenyum tipis.
Kemudian Mayang duduk di ujung kursi sofa dan berusaha merapihkan ujung rambut suaminya yang sempat menghalangi keningnya, Mayang sendiri tanpa sadar melakukan hal seperti itu, sampai akhirnya Rama membuka kedua bola matanya, Mayang yang tertangkap basah, ia merasa sangat malu, namun ia segera mencari alasan agar Rama tidak curiga dengan aksinya yang barusan.
"Apa sedang anda lakukan Nona?" tegurannya menatap tajam ke arahnya.
"emhh...itu ada lalat hinggap di kepalamu?" ucapnya dan langsung pergi menuju kamar mandi.
Rama yang mendengar hal itu langsung diam sejenak, kemudian ia mencoba merubah posisinya menjadi duduk.
"Masa iya ada lalat di dalam kamar sebersih dan serapi ini? Atau mungkin karena tubuhku bau atau?" Rama buru-buru mencium ketiaknya satu persatu.
Namun ia tidak menemukan bau yang aneh di area tubuhnya, seketika ia tersenyum tipis.
"Kau mencoba ingin mengelabui ku ya Nona, awas saja kau!" gumamnya sampai menggeleng.
Hari ini Rama mengambil cuti bekerja selama dua hari, dan rencananya Rama akan di ajak pertemuan penting dengan keluarga Lesmana, sekaligus memperkenalkan Rama kepada keluarga Lesmana yang lainnya yang belum mengetahui sosok dirinya saat ini.
Demi terlihat bahwa mereka adalah pasangan pengantin baru yang sedang di mabuk cinta, atas perintah dari Tuan Mahesa, mau tak Mau Rama dan Mayang terpaksa harus bersikap romantis di depan keluarganya apalagi Roby yang seolah telah mencari celah tentang hubungan mereka berdua.
Sambil berpura-pura bergelayut manja terhadap Rama, akhirnya keduanya datang menemui Kakek Lesmana dan juga Oma Diana yang kini berada di aula hotel.
Keduanya cukup terkejut karena hampir seluruh keturunan keluarga Lesmana berkumpul di salah satu Aula hotel dimana Rama dan Mayang menginap.
"Wah, jadi ini keluarga baru Lesmana! Kau pandai juga memilih suami, May!" ucap Raisa yakni sepupunya Mayang.
"Kau itu bisa saja Rai!" jawab Mayang sampai melirik ke arah Rama yang melempar senyum ke arahnya.
"Kalian pasangan yang sangat serasi, aku jadi iri deh! Kira-kira ada gak ya stok cowok seperti kak Rama ini? Sudah ganteng, baik, ramah dan murah senyum...eits satu lagi, kaya raya!" pujian dari Raisa malah membuat Rama diam mematung tanpa ekspresi.
'Andai kalian tahu siapa aku? Aku yakin kalian semua akan murka padaku!' pikirnya dalam hati.
kemudian Rama mulai di ajak mengobrol dengan keluarga Lesmana yang lainnya, mereka begitu penasaran akan sosok Rama, Tuan Mahesa yang menatap Rama dari kejauhan tampak resah, dan Hans sedari tadi telah memperhatikan Tuannya.
"Relaks saja Tuan, saya yakin kalau Tuan Rama bisa membuat semua orang disini menyukainya, terkecuali Tuan Roby, sedari tadi saya perhatikan ia sedang memikirkan sesuatu, takutnya ia telah menyusun suatu rencana, dan kemungkinan untuk menjatuhkan Tuan Rama!" Hans sengaja berkata seperti itu agar Tuan Mahesa lebih waspada terutama Rama.
Kemudian Tuan Mahesa mulai mengedarkan pandangannya ke arah Roby, dan memang dari cara ia memang Rama, agak lain seperti orang yang penuh dengan kebencian.
"apa yang kau katakan itu sepertinya benar Hans, aku harus segera memberi tahu Rama, takutnya ia terkena serangan mendadak dari Roby, aih...bocah itu sedari dulu selalu merepotkan." ujarnya kesal
Dengan langkah yang cepat, akhirnya Tuan Mahesa menghampiri Rama, dan ia memberikan beberapa informasi penting terhadap Rama mengenai Roby, dirinya diminta untuk berhati-hati.
"Anda tenang saja Tuan!"
"Ssttttt...jangan kau panggil aku Tuan, sekarang kau adalah menantuku, panggil aku Papah, ok!" ucapnya sengaja memotong perkataan dari Rama.
"Baiklah Papah, saya akan selalu waspada terhadap Tuan Roby, karena sedari tadi saya perhatikan ia terus saja menatap tidak suka ke arahku!" jawabnya pelan.
"Tuh kan apa kataku juga, dia sedang mencari celah untuk menjatuhkan kamu, jadi kau harus berhati-hati!" Tuan Mahesa kembali memperingatkan
Rama pun mengangguk patuh, dan ia yakin bahwa Roby tidak akan mudah untuk menjatuhkan dirinya di depan keluarga Lesmana.
Dan benar saja, tak lama Roby muncul di atas panggung, dan ia mengatakan sesuatu kepada seluruh keluarga Lesmana yang berada di Aula Hotel.
"Hadirin semuanya, sebagai sepupu yang baik saya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan Mayang dan juga Rama, dan untuk saudara Rama, bisakah anda maju ke depan dan menceritakan awal mula pertemuan kalian? setahuku Mayang kuliah di Amsterdam, bagaimana kisah cinta kalian bisa terjalin dengan jarak yang sangat jauh? untuk itu saya persilahkan Mayang dan Rama untuk berbagi pengalaman kalian berdua kepada kami, apakah kalian semua setuju mengetahui sedikit kisah perjalanan cinta mereka?"
"Setuju!" jawab hampir seluruh anggota keluarga Lesmana, rupanya mereka penasaran dengan kisah mereka
Suasana Aula mendadak menjadi riuh
perkataan dari Roby benar-benar seperti bom waktu, bagaimana bisa Rama dan Mayang menceritakan kisah percintaan mereka? secara mereka berdua baru bertemu dua minggu ini.
'Awas kamu Roby, akan aku balas perbuatan mu ini!' ancam Mayang dalam hati.
'Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Tuan Mahesa, Roby sedang mencari celah untuk menjatuhkan aku dan juga Mayang, sepertinya ia tidak percaya dengan hubunganku ini!' ucap Rama dalam hati
Sedangkan Tuan Mahesa, ia sampai memijit pelipisnya, pikirnya bagaimana mungkin mereka bisa menceritakan kisah percintaan mereka? akhirnya Tuan Mahesa menjadi resah dan gelisah, apa yang nantinya akan Rama dan Putrinya katakan di depan keluarga besar Lesmana.
"Matilah aku, kalau mereka sampai ketahuan!' monolognya cemas
Sedangkan Hans mencoba untuk menenangkan Tuannya.
"Sabar Tuan, saya yakin mereka berdua bisa mengatasi masalah ini bersama, Tuan dan Nona Mayang adalah dua orang yang cerdik."
"Semoga saja apa yang kau katakan itu bisa menjadi kenyataan, siapa bilang putriku cerdas, dia itu bodoh! Sama bodohnya dengan mendiang ibunya." jawabnya sampai mendesah kasar.
Bersambung...
🌼🌼🌼🌼🌼🌼