Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Informasi Lomba
📩 Abang
["Kar, Abang pinjem duit dong. Satu atau dua juta saja. Ini ibunya Yuni masuk rumah sakit. Uang Abang gak cukup. Nanti kalau Abang udah gajian, aku bayar."]
Setelah membaca pesan dari Fajar, Sekar memutuskan untuk langsung menelpon sang kakak. Tak lama sambungan teleponnya pun diangkat oleh Fajar.
"Kar," sapa Fajar.
"Ya, Bang."
"Kamu gimana sih! Dari tadi Abang telepon gak diangkat-angkat sampai tanganku pegel. Sengaja ya, kamu!" seru Fajar.
"Maaf, Bang. Kantor Sekar yang sekarang kalau kerja gak boleh bawa hp. Jadi Sekar baru baca pesan dan telepon abang,"
"Halah alesan saja kamu! Kerja kok gak boleh bawa hp. Kantor apaan itu!" desis Fajar. "Abang itu juga kerja dan selama ini gak masalah pakai hp selama kerja," sambungnya.
"Sekar gak bohong, Bang. Hpnya harus ditaruh di loker. Waktu istirahat baru bisa buka hp," jawab Sekar.
"Gimana? Ada kan kamu duitnya?" cecar Fajar.
"Maaf, Bang. Sekar gak ada uang. Sekar belum terima gaji. Ini baru hari pertama kerja,"
"Masa gak sama sekali sih! Abang butuh nih! Kasihan Yuni udah nangis-nangis ibunya masuk rumah sakit kondisinya kegawatan. Dia itu orang tua kakak iparmu. Otomatis juga keluargamu,"
"Uang Sekar cuma buat bensin dan makan sambil nunggu gajian, Bang. Cuma beberapa ratus ribu saja,"
"Ya sudah kamu transfer yang ada. Sisanya nanti aku coba cari ke yang lain,"
"Kalau semua aku transfer ke Abang, Sekar gimana kerjanya?"
"Minta anter-jemput ayah kalau kamu kerja,"
"Bensin motor ayah siapa yang isi?"
"Ya kamu lah. Jual emas punyamu atau apa kek,"
"Sekar gak punya perhiasan, Bang. Kalung udah diambil sama ibu,"
"Kamu kan pakai anting emas. Jual saja itu,"
"Ya ampun, Bang. Ini antingku dari bayi. Masa dijual sih!" tolak Sekar. "Kalau pun dijual paling cuma laku gak sampai lima ratus ribu," sambungnya.
"Dasar adik pelit! Sialan!" maki Fajar dan akhirnya panggilan terputus secara sepihak. Fajar yang mematikannya terlebih dahulu.
Sekar hanya mampu mengelus dada serta menahan perih di hatinya. Namun ia berusaha tak terlalu ambil pusing karena dirinya sudah bertekad tak ingin menjadi orang yang terlalu lemah di depan keluarganya.
Selama ini Sekar sering menjadi orang yang gak tegaan. Terutama dengan keluarganya sendiri. Apapun ia korbankan demi keluarganya. Bahkan kebahagiaan dirinya sendiri.
Namun kini Sekar perlahan mulai berpikir dan ingin mengubahnya. Dikarenakan sifat dirinya yang seperti itu akhirnya membuat keluarganya seakan terlalu menggantungkan semua urusan pada dirinya. Alhasil ia menjadi stres dan depresi karena tekanan dari keluarganya sendiri.
Sekar melahap bekalnya sambil menata moodnya kembali. Sebab setelah ini dirinya harus kembali mengudara untuk bertemu pelanggan yang tak bisa ditebaknya.
"Semoga pelanggan setelah ini sampai pulang, enak-enak. Bismillah," batin Sekar seraya berdoa.
☘️☘️
Jam 13.00 WIB telah tiba, waktunya Sekar pulang. Namun Sekar memutuskan tidak pulang karena ia masih butuh mempelajari banyak hal lebih dalam terutama tips dan trik sebagai agen call center yang diinginkan oleh perusahaan.
Hari pertama ini Sekar merasa belum puas dengan kinerjanya. Sebab, beberapa kali ia mendapat teguran melalui aplikasi pesan singkat di komputer dari Team Leader (TL) yang sedang bertugas. Dikarenakan Sekar sering lama dalam menghandle pelanggan lebih dari 3 menit yakni durasi yang ditentukan oleh perusahaan.
AHT (Average Handle Time) adalah waktu rata-rata yang diperlukan untuk menangani panggilan atau transaksi dari awal hingga akhir. Dari panggilan dimulai, hingga waktu tunggu, hingga waktu bicara, dan seterusnya hingga tugas terkait apa pun yang harus dilakukan agen setelah panggilan telepon masuk padanya.
Hal ini menjadi poin penting bagi seorang agen karena juga berpengaruh pada rapor kinerja. Semakin pendek lama waktu bicara dengan pelanggan maka jumlah panggilan (call) yang akan diterima pastinya semakin banyak.
Jika agen tersebut terlalu lama menghandle pelanggan, maka jumlah call yang diterimanya akan sedikit.
"Loh, kamu kok belum pulang Kar?" sapa Resti yang mendadak lewat ke area meja Sekar. "Bukannya kamu pulang jam satu siang?"
"Iya, Res. Ini lagi belajar biar aku pinter kayak kamu sebagai agen call center. Hehe..."
"Halah, aku bukan agen terbaik. Pokoknya kalau waktunya rapotan bulanan di timku, ya minimal aku bukan agen yang dapat nilai terendah. Biar enggak diceramahi team leaderku. Hehe..." jawab Resti seraya terkekeh di depan Sekar.
"Kamu lagi istirahat, Res?"
"Iya. Cuma aku sudah makan sebelum masuk kerja jadi sekarang gak lapar," jawab Resti yang seketika menarik kursi kosong dan duduk bersebelahan dengan Sekar.
Sekar pun bertanya beberapa hal pada Resti terkait panduan solusi di sistem dan pertanyaan yang sering dilontarkan oleh pelanggan. Dengan sabar, Resti mengajarkan Sekar beberapa hal dan informasi.
"Kamu kan masih baru, jadi wajar kalau belum mahir. Jangan terlalu dipikirkan kalau misal kamu ditegur team leader. Agen call center itu seperti seorang pilot, Kar. Semakin tinggi jam terbangmu mengudara, pastinya kamu akan semakin pintar dan tahu tips serta trik dalam menghandle pelanggan yang beraneka ragam seperti es campur sekalipun." Tutur Resti.
"Iya, Res. Aku mengerti. Memang aku perlu banyak belajar dan beradaptasi di sini,"
"Kalau pengin lebih cepat paham, kamu harus banyak praktek."
"Maksudmu?"
"Ayo sini ikut aku. Nanti kamu aku kenalin sama senior yang pernah jadi juara satu best agent call center dua tahun yang lalu. Kalau tahun kemarin kebetulan yang juara kena di area lain,"
"Apa? Best agent?"
"Iya, Kar. Kantor pusat tiap tahun bakal ngadain lomba best agent untuk call center dan best customer service untuk pegawai di gerai. Yang memilih dari kantor pusat siapa saja yang berhak mengikuti lomba sebagai agen terbaik,"
"Syaratnya apa saja Res, agar bisa dipilih sama kantor pusat?"
"Cuma dari kinerja. Baik kehadiran, kedisiplinanmu dalam berkerja dan performa kamu dalam melayani pelanggan sesuai standar mereka serta hasil dari sms surveymu. Pastinya tak boleh ada rapor merah atau melakukan pelanggaran selama bekerja sebagai agen. Sisanya adalah faktor keberuntungan diri masing-masing,"
"Wah, pasti acara lombanya seru." Sekar seketika tersenyum dan terlihat penuh antusias. "Kamu pernah ikut lomba itu, Res?"
"Haha..." Resti mendadak tertawa. "Aku kan kerja cuma pupuk bawang doang, Kar. Yang penting kerja dan gak kelihatan nganggur. Hehe..."
"Dasar!" ledek Sekar.
"Lombanya dijamin seru dan asyik yang pernah aku denger dari senior yang ikutan lomba. Acaranya di hotel bintang lima selama satu mingguan. Biasanya sih seringnya diadakan di Bali, Jakarta atau Jogja. Lombanya paling cuma 3 hari, terus sisanya diberi liburan gratis di sana. Lumayan kan menang gak menang, tetap dapat liburan gratis."
"Kalau boleh tahu, biasanya hadiah lomba best agent itu apa Res?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Sedikit gambaran ruang layanan call center tempat Sekar bekerja.
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa