Karena bosan dengan kehidupan yang dijalani selama ini, Rania gadis cantik berusia 25 tahun yang telah menyelesaikan s2 di luar negeri ingin mencoba hal baru dengan menjadi seorang OB di sebuah perusahaan besar.
Tapi siapa sangka anak dari pemilik perusahaan tersebut justru menginginkan Rania untuk menjadi pengasuhnya.
Sedangkan Raka duda berusia 40 tahun ,CEO sekaligus ayah dari 3 orang anak yang belum move on dari sang mantan istri yang meninggal pasca melahirkan anak ke 3 nya.
Bagaimana perjalanan Rania dalam menghadapi tantangan yang dibuatnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu Cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana dengan Rania?
Kabar itu datang begitu cepat, menghantam Raka seperti petir di siang bolong. Zian—anak kesayangannya—diculik, dan Rania, office girl baru di kantornya terluka parah dalam upaya penyelamatan Zian. Saat itu juga, Raka merasakan denyut jantungnya melambat, dan rasa takut yang tak pernah ia alami sebelumnya mulai merayapi dirinya.
Seiring dengan berlarinya waktu, Raka bergegas menuju rumah sakit tempat Rania dirawat. Berbagai perasaan bercampur aduk dalam dirinya—kekhawatiran tentang kondisi Zian, kemarahan terhadap penculik yang berani mengganggu keluarganya, dan juga rasa bersalah yang mendalam terhadap Rania. Bagaimana bisa ia tidak tahu seberapa besar pengorbanan yang telah dilakukan Rania untuk anaknya, hingga ia rela mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan Zian?
Sesampainya di rumah sakit, Raka langsung menuju ruang gawat darurat, di mana Rania tengah dirawat. Namun, ketika ia tiba di sana, ia melihat sesuatu yang tak ia duga. Di ruang perawatan, Zidane, asisten pribadinya yang selama ini selalu tampak profesional dan jarang terlihat menunjukkan emosi, terlihat berdiri di samping ranjang Rania dengan ekspresi khawatir yang jelas terlihat.
Raka mematung sejenak di pintu, memandang Zidane yang kini memegang tangan Rania dengan lembut, seolah-olah tak ingin melepaskannya. Tanpa sadar, hatinya mulai dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya terdiam. Apa hubungan antara Zidane dan Rania sebenarnya? Kenapa dia tampak begitu dekat dengan Rania dalam keadaan seperti ini?
Zidane yang mendengar langkah kaki Raka menoleh dan, meskipun ekspresinya tetap tegas, ada sedikit rasa cemas yang terpantul di matanya. "Pak Raka," ucapnya dengan suara rendah, mencoba untuk menjaga kesan profesional meski jelas terlihat ketegangan di wajahnya.
Raka menatap Zidane sejenak, kemudian melangkah masuk, mendekat ke ranjang tempat Rania terbaring dengan perban di perutnya. "Bagaimana kondisinya?" tanyanya dengan suara yang lebih pelan dari biasanya, namun tetap terdengar tegas.
Zidane menjawab dengan hati-hati, "Rania stabil, Pak Raka. Tapi dia harus dirawat lebih lanjut. Luka tusuknya cukup dalam, dan dia butuh banyak istirahat. Saya sudah memanggil dokter untuk memberikan perawatan intensif."
Raka mengangguk pelan, merasa sedikit lega mendengar bahwa Rania dalam keadaan stabil, meskipun hatinya masih diliputi kecemasan. Namun, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa ia merasa ada sesuatu yang belum terungkap antara Zidane dan Rania—sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional.
Melihat Rania yang terbaring lemah, Raka merasa cemas dan rasa bersalah semakin mendalam. Jika saja dia tidak terlalu keras pada Rania, mungkin Rania tidak akan merasa terpaksa melakukan hal seperti itu untuk melindungi Zian.
"Zidane," Raka berkata, mencoba mengendalikan dirinya agar tetap tenang meskipun perasaannya kacau. "Aku ingin tahu bagaimana Zian. Apakah dia baik-baik saja?"
Zidane mengangguk dengan cepat. "Zian sudah aman, Pak. Dia sekarang bersama pengawalan polisi. Saya pastikan dia tidak terluka. Kami berhasil menghubungi pihak berwajib segera setelah Zian ditemukan."
Raka merasa sedikit lega, meskipun perasaan itu tak bisa sepenuhnya menghilangkan kekhawatiran yang masih ada dalam dirinya. Bagaimana bisa semuanya menjadi begitu kacau begitu cepat? Bagaimana bisa Zian, yang seharusnya terlindungi, bisa menjadi korban dalam perselisihan yang tidak ada hubungannya dengan dia?
"Aku berhutang budi kepada Rania," kata Raka pelan, lebih kepada dirinya sendiri, tetapi Zidane mendengarnya dengan jelas. "Dia menyelamatkan Zian. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan untuk membalasnya."
Zidane menatap Raka dengan serius, dan ada sedikit keraguan dalam sorot matanya. "Rania hanya melakukan apa yang harus dia lakukan, Pak Raka. Dia peduli pada Zian. Tapi, Anda juga tidak perlu merasa bersalah. Apa yang terjadi bukan salah Anda."
Raka menatap Zidane, merasakan ada sesuatu dalam kata-kata itu yang menyentuh dirinya. Ia sadar bahwa mungkin sudah saatnya untuk membuka matanya lebih lebar—bahwa Rania bukanlah orang jahat seperti apa yang dia pikir, karena kejadian Rania membawa Zian tanpa sepengetahuan Raka, disitu Raka merasa bahwa Rania adalah orang suruhan musuhnya. Tapi ternyata Rania rela mengorbankan nyawa demi keselamatan putranya.
Sementara itu, Rania yang terbaring lemah akhirnya terbangun sedikit, merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Matanya membuka perlahan, dan ia melihat Raka berdiri di dekat ranjangnya. Namun, saat matanya menatapnya, ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuatnya merasa canggung dan tidak nyaman.
"Rania," Raka memulai, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. "Aku... aku tidak tahu harus berkata apa. Terima kasih. Aku berhutang budi padamu."
Rania mencoba tersenyum meski terasa sakit, dan menjawab dengan suara lemah, "Saya hanya ingin Zian selamat, Pak bos. Itu yang terpenting."
Raka menatapnya dalam diam, matanya yang biasanya penuh ketegasan kini menunjukkan kerentanannya. Untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar merasa berterima kasih dan sekaligus sadar betapa pentingnya Rania dalam hidupnya, lebih dari yang ia sadari sebelumnya. Tapi, ada satu hal yang masih mengganggu pikirannya—Zidane.
Tiba-tiba, ia merasakan sebuah ketegangan di antara mereka. Zidane yang berdiri di sisi lain, dengan tatapan yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya. Dalam hati Raka, perasaan cemburu itu mulai muncul tanpa bisa ia bendung. Apakah ada sesuatu yang lebih antara Zidane dan Rania?
Namun, untuk saat ini, Raka tahu bahwa ia harus mengesampingkan segala perasaan itu dan fokus pada keselamatan keluarganya. Setelah semuanya selesai, barulah ia akan mencari jawaban atas pertanyaan yang kini berputar dalam pikirannya.