Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.
Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Puluhan murid Ronggo seketika bergerak menyebar selepas mendapat perintah. Mereka juga melihat kejadian tersebut, sehingga sedikit banyak bisa menjadi petunjuk bagi mereka untuk mencari.
Kehebohan benar-benar terjadi di dunia persilatan. Munculnya pusaka Pedang Naga Api ternyata tidak hanya diketahui Ronggo semata. Banyak pendekar dari berbagai aliran juga mengetahui tentang tanda-tanda munculnya pedang pusaka yang bisa menjamin seorang pendekar menjadi penguasa dunia persilatan.
Mereka seakan berlomba-lomba untuk menemukan pedang pusaka tersebut.
Ratusan pendekar yang mengetahui tentang peristiwa sambaran petir itu bergerak ke arah yang sama, ke dalam hutan lebat tempat di mana jurang Panguripan berada.
Sementara itu di dalam jurang Panguripan, setelah menyelesaikan semua proses yang harus dilakukan untuk memperbesar tenaga dalam, Dirga merasakan perbedaan yang begitu kentara. Dia merasa aliran darah di tubuhnya begitu lancar. Tubuh dan gerakannya juga jauh lebih ringan dari pada sebelumnya.
Sengaja Sarwana mengajaknya kembali ke pondoknya agar pemuda tampan itu mengistirahatkan tubuhnya. Selain itu, raja Kera penguasa jurang Panguripan itu juga ingin bertanya lebih jauh kepada Dirga tentang apa yang dirasakannya selama proses terjadi.
Mengenai sambaran petir yang terjadi, Sarwana sebenarnya mengetahui tentang itu, tapi dia menganggap itu hanya fenomena biasa yang bisa terjadi di mana-mana. Dia tidak tahu adanya naga yang meliuk-liuk di angkasa, sebab posisinya dekat dekat dengan Dirga. Debu yang mengepul tebal di sekitarnya juga menutupi pandangannya, hingga dia tidak bisa melihat apapun di angkasa.
"Sebenarnya apa yang kau rasakan ketika bermeditasi tadi?" tanya Sarwana.
"Entahlah, aku bingung untuk menggambarkannya. Tapi aku seperti dibawa ke suatu tempat, dan tempat itu sebenarnya tidak berbeda jauh dengan yang ada di bumi," jawab Dirga sambil menerawang mengingat-ingat.
"Seperti apa kira-kira gambaran kasarnya?"
Sarwana begitu penasaran.
"Sebuah tempat seperti gunung berbatu. Tapi begitu banyak makhluk besar aneh berterbangan di angkasa. Makhluk memiliki empat kaki dan dua sayap, ekor yang panjang dan sebuah tanduk di kepalanya."
Sarwana mengernyitkan dahinya. Dia sudah mempunyai gambaran tentang dunia yang dimaksud Dirga. "Apa kau melihat makhluk itu menyemburkan api?"
Dirga memejamkan matanya beberapa saat sebelum mengangguk pelan.
"Benar. Tapi bagaimana kau mengetahuinya?" Dirga balik bertanya.
Sarwana menghela napas berat. Pandangan matanya menatap kedua bola mata Dirga yang sesekali muncul kilatan seperti api kecil di dalamnya.
"Bagaimana dia bisa memiliki kekuatan Naga api? Apa mungkin tanpa sengaja dia ..."
Sarwana tiba-tiba menghentikan pikiran liarnya.
Dia merasa tidak mungkin bagi Dirga menyerap unsur alam di dunia Naga. Sebab Pemuda tampan itu bahkan belum mempelajari jurus-jurus yang ada di dalam kitab Raja Naga.
Tapi jika ditilik dari cerita yang disampaikan pemuda tampan itu, besar kemungkinan bisa saja terjadi. Sebab tempat yang dimasuki Dirga ketika bermeditasi adalah dunia para Naga, pikirnya.
"Kenapa kau diam? Apa kau tahu tempat yang aku maksud?" tanya Dirga, mengejutkan lamunan Sarwana.
Sarwana menggeleng pelan, "Tidak, Dirga. Aku hanya menduganya saja," jawabnya berpura-pura.
"Oooh ... Aku kira kau tahu. Kapan kita mulai berlatih? Aku sudah tidak sabar ingin menguasai kitab Raja Naga dan menghajar orang-orang itu!" Begitu kuat Dirga mengepalkan kedua tangannya.
" Kalau besok bagaimana?"
"Apa kau tidak ingin beristirahat dulu beberapa hari?" Sarwana mengernyitkan dahinya.
"Aku tidak merasa lelah sama sekali, kenapa harus beristirahat lama-lama?"
Sarwana kembali menghela napas berat.
Kembali dia dibuat bingung dengan pemuda tampan di depannya itu. Logika di dalam pikirannya seolah tidak percaya dengan pengakuan Dirga. Seharusnya tubuh pemuda tampan itu minimal mengalami kelelahan setelah melalui proses yang begitu berat. Tapi kenapa tidak terjadi apa-apa dengan tubuh pemuda tampan itu?
"Baiklah kalau kau sudah siap untuk berlatih. Besok kita kembali ke tempat itu lagi. Sekarang tidurlah!"
Dirga mengangguk dan kemudian merebahkan tubuhnya. Secara perlahan matanya terpejam mengikuti hembusan napas halus yang keluar masuk dari lubang hidungnya.Setelah Dirga sudah lelap dalam tidurnya, Sarwana keluar dari dalam pondok dan berlompatan dari sebuah pohon ke pohon lainnya. Suasana yang gelap gulita tidak membuat raja Kera itu kesulitan menembus lebatnya pepohonan, hingga akhirnya dia mendarat di sebuah dahan besar sebuah pohon yang sering digunakannya menyendiri.
Sementara itu, para pendekar yang berambisi untuk lebih dulu menemukan pedang Naga Api sudah mulai memasuki hutan. Suasana yang memasuki malam dan gelap tidak membuat mereka menghentikan pencarian. Saat-saat seperti ini, waktu bagi mereka adalah sangat berharga. Sedetik saja mereka membuang waktu dalam pencarian menemukan Pedang Naga Api, maka harapan yang sudah mereka pupuk di dalam pikiran akan sia-sia saja.
Para pendekar itu sadar, pencarian Pedang Naga Api tidaklah mudah. Setiap saat mereka harus siap bertarung dengan para pendekar lain yang juga sama-sama berambisi mendapatkan pedang pusaka itu.Saat ini tidak ada aliran hitam, netral atau putih. Semua adalah lawan yang harus mereka kalahkan demi bisa mengangkangi Pedang Naga Api sendirian.
Di antara para pendekar yang sudah memasuki hutan, terdapat juga para murid Ronggo yang terbagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok itu terdiri atas 5 sampai 7 orang.
Keeesokan paginya, Dirga membuka matanya ketika suara riuh para kera yang menyambut pagi memasuki gendang telinganya. Pemuda tampan itu menguap lebar sebelum berdiri dan berjalan menuju pintu untuk melihat keluar.
Beberapa ekor kera tampak berlompatan dengan lincah mendekati Dirga sambil membawa buah-buahan di tangan. Mereka sepertinya sudah mendapat perintah khusus dari Sarwana untuk menyediakan segala kebutuhan pemuda tampan itu, terutama untuk urusan perut.
Dirga tersenyum melihat keceriaan para kera itu.Setelah menerima buah yang diberikan kepadanya, pemuda tampan itu melompat ringan dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Apa yang dilakukannya itu memantik perhatian para kera. Mereka dibuat bingung dan hanya bisa melongo dengan kemampuan Dirga yang bisa berlompatan lincah di atas pohon.
Mereka pun mengeluarkan suara khas yang panjang bersahutan satu sama lain untuk menyemangati Dirga. Bagi mereka, Dirga adalah saudara, dan pemuda itu sudah dianggap menjadi bagian dari penghuni jurang Panguripan.
Berbanding lurus dengan keceriaan para kera, Dirga menjadi begitu bersemangat menyambut pagi. Proses panjang yang dia lalui kemarin ternyata sudah bisa dia rasakan hasilnya. Tubuhnya terasa ringan ketika melompat dari satu pohon ke pohon lainnya.
Tapi keceriaan itu tiba-tiba terhenti setelah Sarwana muncul di antara mereka. Para kera berhenti bersuara dan menghentikan gerakan riang yang mereka lakukan.
"Apa kau ingin bermain terus dengan mereka dan tidak jadi berlatih?" tanya Sarwana, dengan tatapan dingin kepada Dirga.
Dirga terkekeh pelan sembari menggaruk kepalanya seperti yang para kera lakukan. "Aku ingin menyegarkan pikiranku dulu sebelum berlatih.
Melihat mereka begitu ceria, aku juga ingin merasakan keceriaan itu! Makanya aku bermain dulu dengan mereka," jawabnya.