Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.
Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.
Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.
Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.
Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .
ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Keesokan harinya
Di salah satu cabang perusahaan milik Yudistira, tempat di mana Arjun bekerja. Hari masih pagi, ketika seorang laki-laki dengan pakaian seragam office boy keluar dari ruangan Arjun. Di tangannya ada berbagai macam alat kebersihan. Tugasnya telah selesai sebelum pemilik ruangan datang.
"Maaf, Bu Winda. Ini saya menemukan dompet Pak Arjun tertinggal di kamar mandi." Office boy tersebut mengulurkan sebuah dompet berwarna hitam kepada sekretaris Arjun.
Office boy tersebut segera berlalu meninggalkan tempat itu setelah mendapatkan ucapan terima kasih dari sekretaris Arjun yang bernama Winda.
"Saya sudah mengerjakan apa yang Anda perintahkan." Office boy itu berbicara pada sambungan telepon, ketika dia telah berada di tempat penyimpanan peralatan kebersihan.
Office boy itu yang tak lain adalah orang suruhan Yudistira, untuk mengembalikan dompet Arjun, yang kemarin diberikan oleh Srikandi ketika mereka berdua berada di taman.
Srikandi memberikan dompet itu kepada Yudistira, karena teringat Yudistira pernah mengatakan bahwa Arjun bekerja di salah satu cabang perusahaan milik pria itu.
Dompet itu harus kembali ke ruangan Arjun, dan terlihat seolah Arjun tak sengaja meninggalkannya, agar Arjun tidak tahu kalau dompet itu sebenarnya diambil oleh Srikandi.
***
Di rumah orang tua Arjun. Pria itu memang tidak kembali ke apartemennya sejak kemarin. Dia merasa lebih nyaman tinggal di sana, karena ada pelayan yang melayani kebutuhannya. Terlebih di sana ada makanan yang bisa dia makan tanpa mengeluarkan uang.
Pria itu memang tak pernah serius jika mengatakan ingin mandiri dengan tinggal sendiri di apartemen. Itu hanya satu cara agar dia bisa hidup bebas, bisa melakukan apapun yang dia sukai tanpa teguran dari papanya.
Di kamarnya, pria itu baru saja menyalakan ponselnya yang baru saja terisi, setelah sejak kemarin mati karena kehabisan daya.
Mata pria itu terbelalak sempurna, ketika mendapati puluhan panggilan tak terjawab dari ketua departemen di hari kemarin. Karena begitu lelahnya, Arjun memang seharian hanya tidur saja kemarin. Dan dia terlupa bahkan tidak mengirimkan kabar ke perusahaan jika dia tidak bisa masuk kerja.
"Shit...!" Terburu-buru pria itu berlari keluar dari kamar. Dia harus segera berangkat sebelum terlambat. Bahkan mengabaikan teriakan mamanya yang mengatakan padanya untuk sarapan terlebih dahulu.
Rupanya masalah masih belum berhenti menghampiri dirinya. Sesampai di halaman depan dia lupa bahwa dia datang ke sini kemarin tanpa membawa mobil. Mobilnya masih tertinggal di perusahaan karena kemarin dia meninggalkan perusahaan dengan mengendarai mobil mewah bersama Srikandi.
"Ma, berikan Arjun uang untuk naik taksi!" Seru Arjun ketika dia sampai kembali di ruang makan di mana mama dan papanya berada.
Tuan Wardoyo mendengus kesal melihat tingkah putranya. Ingin sekali dia memaki, tetapi dia tahan karena teringat bahwa anaknya memegang kartu as-nya.
***
"Maaf, Pak. Seorang office boy menemukan dompet Anda di kamar mandi." Ucap Winda sambil mengulurkan dompet pria itu, begitu begitu Arjun telah memasuki ruangannya.
Mata Arjun berbinar saat menerimanya. Ternyata dompetnya tidak hilang. Dia memeriksanya. Dan isinya masih utuh seperti kemarin.
Akan tetapi hanya sesaat saja senyum itu merekah. Karena ucapan Winda selanjutnya membuatnya senam jantung.
"Dan tadi ketua departemen memanggil Anda ke ruangannya."
Arjun meraup wajahnya kasar, teringat dirinya kemarin membolos tanpa kabar. Akan ada apalagi setelah ini...?
***
Tok tok tok
Dengan tangannya yang bergetar, Arjun memberanikan diri mengetuk pintu. Terdengar jawaban, "Masuk!" Dari dalam ruangan, barulah dia berani membuka pintu, kemudian masuk perlahan.
"Bapak memanggil saya?" Arsen bertanya sambil menundukkan kepala.
Sambil mendengar kesal, ketua departemen mempersilakan Arjun duduk di kursi yang ada di depannya menggunakan isyarat telapak tangannya.
Mengikuti isyarat yang diberikan oleh ketua departemen Arjun pun segera duduk masih sambil menundukkan kepala.
"Apa kau tahu kenapa aku memanggilmu?" Ketua departemen bertanya sambil menatap dengan syarat matanya yang tajam.
"Maaf, Pak. Saya tidak tahu." Jawab Arjun, meskipun sebenarnya dia bisa menduga apa yang menjadi kesalahannya.
"Wah wah wah... Hebat sekali ya, tidak merasa bersalah meskipun telah melakukan kesalahan besar." Ketua departemen berbicara sambil tertawa dengan suaranya yang garing. Terdengar jelas bahwa itu suara tawa yang sedang mengejek meremehkan.
"Tidak masuk tanpa izin, tidak bisa dihubungi, sedangkan sehari sebelumnya Anda sudah tahu, jika kemarin adalah waktunya rapat bagi para manajer. Apa Anda tahu, bahwa kesalahan Anda sangat fatal." Suara ketua departemen yang dingin, terasa begitu mengintimidasi di telinga Arjun.
"Maaf." Dan hanya satu kata itu yang bisa terucap olehnya.
"Sayangnya kata maaf tidak bisa mengembalikan keadaan. Kami sedang membutuhkan data-data dari manajer pemasaran. Data-data itu ada pada Anda tetapi Anda malah sama sekali tidak bisa dihubungi. Selamat, Anda telah sukses membuat semua orang kelimpungan." Ketua departemen menjeda ucapannya untuk mengambil nafas.
"Bahkan Anda juga berhasil, membuat CEO pusat yang sedang berkunjung ke perusahaan ini merasa kecewa dan sangat marah."
Arjun yang semula menunduk, mendongak mendengar bahwa kemarin CEO pusat datang. Dia menyesali dirinya yang telah kehilangan kesempatan untuk bertemu langsung dengan CEO dan menunjukkan prestasinya. Padahal kalau dia bisa bertemu langsung dengan CEO, mungkin dia bisa mengambil hati CEO, sehingga bisa saja dia mendapatkan kenaikan jabatan.
Akan tetapi sekarang kesempatan itu telah hilang. Bahkan mungkin sesuatu yang buruk sedang menunggunya di depan.
"Karena itu CEO memutuskan, bahwa Anda diskors selama tujuh hari. Selama masa itu Anda tidak akan mendapatkan gaji, karena itu bukan cuti tetapi hukuman. Dan selama masa itu, tugas Anda akan digantikan oleh manajer yang lain. Jika ternyata kemampuan manajer yang menggantikan Anda itu lebih baik, maka dialah yang akan menggantikan posisi Anda untuk seterusnya. Itu berarti ada kemungkinan bahwa CEO akan menurunkan jabatan Anda."
Arjun menelan ludahnya kasar. Sambil berkali-kali menggelengkan kepalanya. Dia ingin menolak keputusan itu, tetapi dia juga sadar bahwa dirinya sama sekali tidak punya kuasa. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar jangan sampai dia terdepak dari kursi manajer.
Sudah tiga tahun Arjun bekerja di perusahaan ini dengan gaji yang lumayan besar. Dia tidak ingin kehilangan semua itu. Karena di perusahaan lain di luar sana, belum tentu dia bisa mendapatkan gaji sebesar di perusahaan ini.
***
Arjun keluar dari perusahaan dengan langkah gontai. Jika sampai dia benar-benar terdepak dari kursi manajer, maka dia akan kehilangan jabatan dan gaji besar yang selama ini menjadi kebanggaannya.
Mengendarai mobil dengan pikirannya yang linglung. Tiba-tiba saja Dia teringat akan Srikandi.
"Ah, sepertinya ini bukan masalah besar, meskipun aku kehilangan pekerjaan. Toh masih ada Srikandi yang bisa aku andalkan." senyum kembali terkembang di bibir pria culas itu.
Diambilnya ponsel yang tersimpan di saku, kemudian mencari kontak wanita yang baru saja hadir dalam pikirannya.
"Honey, bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?" Arjun mulai melancarkan serangan mautnya. Dia harus bermain mulut agar wanita itu terpesona padanya.
"Iya, Arjun. Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Maaf kemarin aku pulang duluan. Aku juga tidak menyangka akan bertemu dengan kakakku di sana." Tidak menunggu lama, Arjun sudah mendapatkan balasan dari Srikandi.
Ada nama kakak disebut, membuat Arjun penasaran tentang pria yang kemarin membawa pergi Srikandi dari restoran, dan membuatnya beralih profesi menjadi babu dalam sekejap mata.
"Oh iya. Kemarin itu kakakmu? Aku tidak tahu kalau kau masih punya saudara. Aku pikir kau Putri tunggal keluarga Wibisana."
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
tapi sekarang mending, satu doang yg tembus. telkomsel. selain itu jangan harap ada jaringan.