DENDAM JIWA NAYLA

Malam harinya, Kyai Idris yang diundang Lucas dengan bantuan juragan Eko pun datang dengan dua muridnya.

Ketiganya segera berkeliling rumah sambil terus berdzikir, melafalkan nama Allah dan meminta pertolongannya, setelah Lucas dan Gisel menjelaskan apa yang mereka alami kemarin malam.

Semua ruangan bahkan halaman luar rumah sudah mereka telusuri, namun sosok penunggu, hantu serta hal-hal mistis yang disebutkan oleh Lucas dan Gisel sama sekali tak mereka temui atau rasakan, hingga membuat ketiganya saling pandang.

“Kyai, ini...”

Kyai Idris mengangkat satu tangannya agar muridnya tak meneruskan ucapannya dan mengangguk paham karena diapun mencurigai hal itu.

Hanya ada satu kamar dalam rumah itu yang belum mereka masuki dan ketiganya pun tahu jika itu adalah kamar yang ditempati oleh Lucas dan Gisel karena di dua kamar lainya tak ada ranjang untuk tidur ataupun almari dan hanya berisi barang pecah belah sehingga mereka menganggap jika dua kamar tersebut diperuntukkan bagi gudang.

Kyai Idris dan muridnya curiga jika keduanya melakukan hubungan terlarang hingga memicu rasa bersalah hingga menyebabkan keduanya mengalami halusinasi. Apalagi  diawal tadi disebutkan jika yang mengganggu keduanya adalah arwah istri Lucas.

Namun karena telah diundang, maka kyai Idris dan kedua muridnya pun melakukan tugas sesuai dengan permintaan sang pemilik rumah.

Setelah menyelesaikan pembersihan rumah, Kyai Idris pun segera menyuruh Lucas dan Gisel untuk duduk karena ada beberapa hal yang ingin dia bicarakan dengan keduanya.

Lucas yang sudah tak sabar dengan hasil yang didapatkan oleh pak Kyai dan anak buahnya pun segera bertanya dengan wajah penasaran, “Bagaimana pak Kyai, apakah itu benar hantu istriku yang mengganggu kami?”.

Sebelum menjawab, Kyai Idris mengajukan satu pertanyaan, “Maaf kalau boleh saya tahu,apa hubungan kalian berdua ini, sepasang suami istri, saudara kandung, atau apa?”, tanyanya dengan wajah penuh selidik.

Lucas dan Gisel langsung menegang ditanya seperti itu karena hubungan terlarang yang mereka jalani saat ini.

Melihat keduanya tampak enggan untuk menjawab, Kayi Idris pun kembali membuka mulut, “Bukan maksud saya untuk ikut campur masalah pribadi kalian, hanya saja, jika kalian tidak jujur maka kami tidak bisa membantu lebih jauh”

Begitu mendengar ucapan kyai Idris, Lucas yang semula menunduk pun mulai menegakkan kepalanya.

“Itu...emmm, kami ini sepasang kekasih pak kyai”, ucap Lucas gugup.

Melihat Gisel memalingkan wajahnya yang sudah memerah dan Lucas menunduk malu, Kyai Idris hanya bisa menghela nafas panjang.

Ia yang tahu agama dan tak ingin desa ini mendapatkan bala akibat tindakan zina salah satu warganya pun berusaha untuk memberi nasehat.

“Lelaki dan perempuan yang bukan muhrim, dilarang untuk tinggal dalam satu atap tanpa adanya pihak lain untuk menghindari fitnah dan dosa.Apalagi tinggal dalam satu kamar, hal itu dilarang keras oleh agama karena tindakan yang mengarah ke zina sangat besar potensinya”

“Agar tak menimbulkan fitnah dan terbebas dari zina serta menghindarkan desa ini terkena bala (petaka) akibat perbuatan kalian, sebaiknya kalian berdua segera menikah agar tak terus berbuat dosa”

Ucapan kyai Idris seakan menampar wajah keduanya yang kini sudah berwarna merah padam menahan malu.

“Sebenarnya kami sudah merencanakan hal tersebut pak Kyai, hanya menunggu waktu saja”

Jawaban Lucas membuat kyai Idris kembali menghela nafas berat. “Hal baik sudah sepantasnya disegerakan”.

Lucas yang setuju dengan ucapan kyai Idris pun segera menjelaskan situasi sulit yang sedang dia alami saat ini, mengenai kondisi kesehatan Gisel serta kematian sang istri yang belum mencapai empat puluh harinya, membuat Lucaspun menunda waktu untuk melaksanakan niat baik itu.

“Kalian nikah siri saja dulu, setidaknya hubungan kalian telah sah dihadapan Tuhan dan tidak membawa bala bagi desa ini. Mengenai kapan kalian akan akan melaporkan pernikahan ini ke KUA dan menyelenggarakan resepsi, itu bisa kalian pikirkan nanti ”

Apa yang kyai Idris ucapkan seakan membawa angin segar bagi Gisel yang memang ingin secepatnya menjadi istri Lucaspun langsung merespon sara tersebut dengan cepat. “Jika ingin menikah secara agama, apa saja yang harus kita persiapkan pak Kyai?”, tanyanya bersemangat.

“Tak terlalu rumit hanya tanda pengenal, mahar semampunya, wali nikah dan saksi maka pernikahan sudah bisa dilangsungkan”, jawab kyai Idris dengan nada tenang.

Karena Gisel telah yatim piatu, maka wali nikahnya adalah hakim. Sementara untuk Lucas, sebagai mempelai lelaki, tanpa kehadiran kedua orang tuanya, itu tak menjadi masalah.

Setelah berkonsultasi dengan kyai Idris dan juragan Eko, pada akhirnya diputuskan pernikahan siri antara Lucas dan Gisel dilaksanakan malam ini juga.

Dengan bantuan beberapa warga desa, Lucas memborong mie ayam dan bakso sebagai hidangan untuk acara nikah dadakannya ini pun sekarang tengah mempersiapkan  apa saja yang diperlukan dalam prosesi akad nikah malam ini, termasuk mengundang para warga untuk datang sebagai saksi, termasuk pak kepala desa dan perangkatnya serta memanggil perias yang ada didesa untuk merias wajah Gisel.

Karena serba mendadak, maka Gisel hanya memakai kebaya yang dimilikinya, meski tak berwarna putih seperti pengantin pada umunya, setidaknya sepasang dengan kemeja lengan panjang yang akan dipakai Lucas dalam acara akad nikah malam ini.

Meski tak sesuai ekpetasi, Gisel yang sebentar lagi akan sah menjadi istri Lucas pun merasa senang.

Setidaknya dia telah membuat satu langkah besar dalam hidupnya demi mewujudkan semua hal yang dia cita-citakan.

Jika nanti dia hamil anak Lucas, maka tak akan ada lagi yang bisa Linda lakukan untuk menolaknya menjadi menantunya.

“Akhirnya, impian yang selama ini aku inginkan perlahan mulai terwujud. Meski tak mendapatkan harta Nayla, setidaknya harta milik keluarga Wibisono juga tak terlalu buruk”, batinnya penuh ambisi.

Sambil di rias, Gisel terus membayangkan apa saja yang akan dia dapatkan setelah sah menjadi istri Lucas.

Jantung Nayla telah dia dapatkan, dan tak akan ada lagi orang yang bisa merebut kebahagiaannya.

Ruang tamu yang semula hanya kosong melompong dengan karpet bulu yang terpasang di tengah ruangan, kini tampak sedikit berwarna dengan hiasan bunga hidup dan kain jarik yang membuat penampilan ruangan polos tersebut sedikit berwarna.

Ditengah ruangan ada meja yang akan digunakan oleh mempelai untuk mengucapkan ijab qobul, menjadi sepasang suami istri yang sah secara agama sehingga hal-hal yang menjurus kearah zina bisa dihindari.

Hari ini, selain mengadakan akad nikah untuk Lucas dan Gisel, warga kampung juga melakukan ritual tolak bala yang akan dilakukan setelah acara ijab qobul selesai.

Bagi warga desa yang percaya jika tindakan buruk yang dilakukan dikampung mereka akan mendatangkan bala(petaka) yang berimbas pada gagalnya panen serta penyakit menular tentu tak ingin hal itu menimpah desa mereka setelah tahu jika ternyata Lucas dan Gisel bukan pasangan sah seperti anggapan mereka pada awal kedatangan keduanya setelah membeli salah satu rumah yang ada didesa tersebut.

Dilain tempat, tiba-tiba detak jantung Nayla berdegub kencang dan firasat buruk pun mulai datang menghampiri.

Drrrtt...

Getaran ponsel diatas ranjangnya, mengalihkan fokus Nayla yang dengan cepat membaca pesan yang dikirimkan oleh mata-mata yang dia tempatkan didesa Sudimampir, untuk mengawasi pergerakan Lucas dan Gisel disana.

“Jadi mereka keciduk warga dan dinikahkan secara siri”, gumannya sinis melihat video ijab qobul antara suami dan wanita yang dulu dia anggap sebagai kakaknya.

Nayla menyeringai licik, sambil menatap foto pernikahan Lucas dan Gisel. "Kurasa aku harus memberikan kado pernikahan yang cantik untuk mereka", ujarnya dengan sorot mata penuh kekejaman.