Bayu, seorang remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Emosinya yang masih labil, membuat ia mudah tersulut emosi dan juga mudah terhasut.
Suatu malam, Bayu pulang dalam keadaan mabuk. Sang ayah yang kecewa dan marah, tanpa sadar memukulinya.
Termakan hasutan tetangga, Bayu tega melaporkan ayahnya dengan tuduhan kekerasan anak. Hubungan ayah dan anak yang sebelumnya sudah goyah, menjadi semakin buruk. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis sedikit membuka mata hatinya.
Sebuah rahasia besar terungkap ketika ibunya pulang kembali ke kampung halaman setelah dua tahun menjadi TKW di luar negeri.
Apa rahasia besar itu?
Mampukah rahasia itu menyatukan kembali hubungan ayah dan anak yang terlanjur renggang?
Ikuti kisah selengkapnya dalam 👇👇👇
MAAFKAN AKU, AYAH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10. Jadi kuli panggul
.
Akhirnya, hari itu Bayu benar-benar tidak pergi ke sekolah. Perasaan hutang budi pada Pak Hasan, membuatnya melakukan pekerjaan yang selama ini tak pernah ia kerjakan. Ikut pak Hasan menyetorkan gabah.
Awalnya, ia membayangkan pekerjaan itu hanya akan berlangsung sebentar, paling lama satu atau dua jam. Namun, kenyataannya jauh berbeda.
Truk pengangkut gabah milik Pak Hasan ternyata sudah menunggu di pinggir jalan raya. Bayu terkejut melihat tumpukan karung gabah milik para tetangga desa yang menggunung di pinggir jalan dan harus dinaikkan ke atas truk.
"Wah, banyak juga ya, Pak," gumam Bayu dengan nada sedikit khawatir.
"Iya, Yu. Ini lumayan banyak, soalnya panen kali ini hasilnya bagus," jawab Pak Hasan sambil tersenyum lebar. "Tapi tenang saja, nanti ada kuli yang bantu menaikkan gabah. Kamu cukup bantu-bantu saja."
Bayu mengangguk, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia mampu melakukan pekerjaan ini. Namun, begitu ia mulai mengangkat karung gabah pertama, ia langsung merasakan beratnya. Karung itu terasa sangat berat dan sulit untuk diangkat.
"Aduh, berat banget sih," keluh Bayu sambil berusaha menahan beban karung gabah yang hampir membuatnya terjatuh.
"Semangat, Yu! Kamu pasti bisa!" seru Pak Hasan menyemangati, meskipun dalam hatinya ia tertawa melihat Bayu kesulitan.
Bayu terus berusaha mengangkat dan memindahkan karung-karung gabah itu, yang satu karungnya bisa mencapai berat 60kg karena padinya memang berisi.
Tak kuat melakukan seorang diri, ia bergandengan dengan tetangganya yang sudah jadi kuli dengan jam terbang tinggi.
“Kamu ngapain ikutan kerja ginian?” tanya tetangganya itu. "Emangnya kamu gak sekolah?” tanyanya lagi.
"Bayu tadi bangun kesiangan, Paman,” jawab Bayu sambil meringis dan menggaruk tengkuknya.
Pak Diman, tetangganya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat perubahan Bayu yang sekarang. “Kalau ayahmu tahu, dia pasti sedih melihat kamu kerja kayak gini."
Bayu terdiam, hatinya berdenyut saat nama ayahnya disebut. Ada setitik kerinduan berbalut rasa bersalah yang coba ia abaikan.
Tanpa menjawab, Bayu kembali mengajak tetangganya itu untuk melanjutkan pekerjaan meskipun tubuhnya sudah terasa sangat lelah dan berkeringat. Para kuli yang lain bekerja dengan cekatan dan cepat, sementara Bayu tertatih-tatih berusaha mengimbangi mereka.
Waktu terus berjalan, dan pekerjaan manol (kuli panggul) gabah itu tak kunjung selesai, karena selesai mengangkat di tempat itu, ternyata masih ada di tempat lain lagi yang juga harus diangkut dan disetorkan. Matahari semakin meninggi, dan panasnya semakin menyengat kulit. Bayu merasa sangat haus dan lapar.
“Yu, sini! Ayo makan dulu, istirahat dulu!" Suara panggilan dari pak Hasan membuatnya menghela napas lega.
“Pak Hasan benar-benar baik," pikirnya, hanya karena orang itu memberinya nasi bungkus dengan lauk sepotong ayam goreng. Pak Hasan juga membawakan dia es teh dalam cup jumbo. Dinginnya es teh membuat pujian setinggi langit tersimpan dalam benaknya.
*
"Ketika matahari bergeser ke arah barat, pak Hasan kembali berdiri. "Kamu mau ikut lagi atau pulang saja, Yu?” tanya pria itu.
“Memangnya masih ada lagi, Pak? tanya Bayu. Dia kira, setelah menaikkan gabah, setor ke gudang, lalu selesai. Ternyata tidak.
“Ada di desa sebelah. Tapi kalau kamu gak ikut juga gak apa-apa kok. Biar kuli yang lain saja yang ikut," ucap pak Hasan. “Bapak juga maklum, ini kan baru pertama kamu ikut ginian. Pasti belum terbiasa."
Benar-benar tetangga yang baik, bukan? Itulah sebabnya Bayu merasa tidak enak hati. Akhirnya ia memutuskan untuk ikut lagi meskipun sebenarnya tubuhnya sudah merasa lelah.
Di pos pengumpulan gabah berikutnya, Bayu sudah merasa badannya tak sanggup lagi. Tapi ia merasa tak enak hati dengan kuli lain yang tetap bekerja.
“Kapan selesainya sih ini?" gumam Bayu dalam hati sambil mengusap keringat yang membasahi wajahnya.
.
Akhirnya, setelah bekerja selama hampir seharian penuh, pekerjaan menurunkan gabah itu selesai juga. Bayu merasa sangat lega, namun juga sangat lelah dan sakit di seluruh tubuhnya.
Bagaimana tidak, menaikan gabah ke atas truk, ikut naik ke atas truk untuk disetorkan, lalu setelah sampai di tempat pengeringan gabah kembali menurunkan gabah dari truk untuk dimasukkan ke dalam mesin pengering gabah. Tubuhnya terasa remuk.
"Wah, hebat kamu, Yu! Ternyata kamu kuat juga ya," puji Pak Hasan sambil menepuk bahu Bayu. "Ini upah buat kamu. Lumayan buat jajan."
Pak Hasan memberikan dua lembar uang kepada Bayu.
Dengan rasa tak percaya, Bayu menerima uang itu. "Wah, banyak sekali, Pak." Wajah Bayu tampak berbinar. “Eh… Tapi tadi kan bapak sudah ngasih uang sama saya? Kok sekarang dikasih lagi?” ucapnya tak enak hati.
“Ya beda. Yang tadi itu kan aku ngasih kamu. Kalo yang ini upah kamu karena sudah kerja keras," jawab Pak Hasan. "Sudah, gak usah kebanyakan mikir. Nih terima saja. Lumayan kan kamu bisa beli minuman? Kamu itu anak muda, harus punya pergaulan yang luas.”
Bayu benar-benar merasa senang. Akhirnya ia bisa puas nongkrong sama teman-temannya tanpa mendengar omelan ayahnya. Berbagai rencana segera tersusun dalam otak. Pak Hasan benar-benar pengertian, ia masih muda, harus bisa menikmati waktu.
“
Dengan tubuh lelah, Bayu mengendarai motornya pulang ke rumah. Motor yang sebelumnya ia titipkan ke rumah seseorang karena dirinya ikut naik ke mobil pak Hasan. Tubuhnya terasa sangat lelah dan sakit, perutnya keroncongan. Ia mampir ke warung untuk membeli nasi pecel daripada sampai rumah bingung mau makan apa.
Sesampainya di rumah, Bayu langsung merebahkan tubuhnya di atas kursi panjang yang ada di ruang tamu. Matanya menatap ke arah langit-langit ruangan hingga semakin lama semakin redup dan akhirnya terpejam sempurna. Remaja yang tertidur sebelum sempat mandi.
*
Matahari baru saja menampakkan semburatnya ketika Bayu terbangun oleh kantung kemihnya yang terasa penuh karena ia tertidur sejak sore. Dengan tubuh yang masih terasa sakit dan lelah ia berjalan menuju kamar mandi. Mendengus kesal karena melihat seragamnya masih teronggok di keranjang pakaian kotor.
“Ayah benar-benar merepotkan. Kenapa juga dia harus KDRT lalu masuk penjara!" Anak yang kemudian mencuci baju alakadarnya, tidak tahu entah bersih entah tidak. Tak cukup sampai di situ. Ketika sedang menjemur pakaian di halaman belakang, suara berisik di kandang ayam, membuatnya teringat akan ayam-ayam yang ada di kandang. Mendengus kesal, namun, ia pergi ke kandang untuk memberi makan ayam-ayam itu.
Setelah semua pekerjaan selesai,.ia melihat ke arah jam dinding, waktu menunjukkan pukul 06.00. Ia segera mandi untuk pergi ke sekolah. Tidak ada sarapan, tapi kali ini ia tidak bingung. Ia punya uang untuk beli makanan di kantin nanti. Ia tak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya. Apalagi jika bukan tak ingin ketinggalan berita nongkrong bareng.
Rokok, minuman, peduli apa? Toh ia tidak minta uang pada ayahnya. Uang 400 ribu dari pak Hasan kemarin, baru dia pake lima belas ribu untuk beli nasi pecel, segelas kopi dan dua batang rokok. Masih cukup untuk beli minuman tanpa harus patungan seperti sebelumnya.
Selamat bermalam di hotel prodeo pak Hadan...👊👊👊👊👊👊
Mo kabur...????? oooo..tidak bisa.....
kalian sdh dibawah pengawasan....🤭🤭🤭🤭