elara adalah seorang "pengganggu" yang tiba-tiba terlempar ke dalam dunia novel fantasi dan dipaksa oleh sebuah entitas kejam bernama Sistem 'Eros' untuk menyelesaikan Misi Utama: Merebut hati Pangeran Rayden, Pemeran Utama Pria yang terkenal dingin dan misterius. Kegagalan berarti kehancuran total.
Berbekal panduan misi yang kaku dan serangkaian taktik romantis klise, Elara memulai penyerbuannya. Namun, sejak pertemuan pertama, System 'Eros' mengalami bug besar: Pangeran Rayden kini dapat mendengar setiap pikiran, komentar sinis, rencana kotor, dan bahkan sumpah serapah Elara yang tersembunyi jauh di dalam hatinya.
Tiba-tiba, setiap pujian yang Elara lontarkan terdengar palsu karena Rayden mendengarnya menambahkan, "Semoga dia tersedak tehnya," dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Malam Tanpa Tidur dan Titik Lemah Plot
Suasana di ruang kerja Rayden berubah drastis. Bebek emas di meja Rayden terasa ironis di tengah gulungan peta militer, bagan formasi pasukan, dan dokumen intelijen yang berserakan. Setelah mendapat peringatan mental dari Elara tentang majunya jadwal kudeta menjadi sepuluh hari, Rayden langsung bertindak.
Elara dan Rayden begadang, ditemani secangkir kopi kuat dari biji istana yang langka.
[Poin Cinta: 77%. Status: Mendesak. Tugas: Ungkapkan 'Titik Lemah Plot' dan detail penting lainnya. Kehidupan PUP bergantung pada ini.]
"Baiklah, Elara. Sepuluh hari. Ini hampir mustahil, tetapi kita tidak punya pilihan. Kita harus mengamankan area di bawah kastil—tempat 'Kristal Ilusi' itu berada. Pikirkanlah, aku harus tahu apa kelemahan kristal itu," Rayden memerintahkan, matanya tajam dan fokus pada peta.
Elara memaksakan otaknya bekerja keras, mencari detail spesifik dari ratusan halaman novel yang pernah ia baca sekilas. "Kelemahan kristal... kelemahan... Ya! Kristal ilusi Duke Veridian tidak dapat bekerja maksimal di bawah gelombang suara yang sangat tinggi dan tidak stabil. Ada mantra 'Echoing Silence' dari klan kuno yang bisa melumpuhkannya, tapi mantra itu hampir punah!"
Rayden menoleh ke Elara, senyum kecil—senyum kekaguman—melintas di wajahnya. "Mantra 'Echoing Silence.' Itu mantra Kuno dari Klan Utara. Hampir mustahil. Tapi setidaknya kita punya nama. Aku akan mengerahkan semua Magister untuk mencari gulungan kuno itu."
"Dan tentara ilusi," tambah Elara, memfokuskan pikirannya. "Ingat, Rayden, tentara ilusi hanya terlihat nyata, tetapi tidak dapat menyentuh. Tentara ilusi Duke Veridian akan maju sebagai barisan depan untuk menakut-nakuti para penjaga. Tentara aslinya akan menyusul dari sisi barat di mana penjaga kita paling sedikit. Jangan fokus pada gerbang depan!"
Rayden mencoret tanda di gerbang depan pada peta, dan menggambar lingkaran di sisi barat. "Serangan utama di Barat. Ini bertentangan dengan semua taktik militer yang biasa. Tapi aku harus memercayaimu. Aku akan memindahkan unit Kavaleri Berat ke sektor Barat segera."
Selama berjam-jam, mereka bekerja dalam diam, hanya diselingi bisikan Rayden yang mengonfirmasi pikiran Elara. Elara mengungkapkan detail tentang pola pikir Duke Veridian, siapa mata-mata di dalam kastil (seorang pelayan tinggi di dapur), dan rute pelarian darurat yang direncanakan Duke.
[Poin Cinta: +13%. Total: 90%. Aliansi, kepercayaan, dan kerja sama di bawah tekanan memicu peningkatan yang sangat signifikan. PUP merasa sangat terikat secara emosional.]
Saat fajar menyingsing, Elara bersandar di kursi, benar-benar kelelahan. Rayden selesai menandatangani perintah terakhir untuk menggerakkan pasukan rahasia.
"Sudah selesai," kata Rayden, merentangkan bahunya yang kaku. Dia terlihat lelah, tetapi ada kilatan kepuasan di matanya. "Kita telah melakukan semua yang kita bisa. Sekarang, kita hanya perlu menunggu."
Rayden kemudian berbalik dan menatap Elara. Keheningan yang terjadi kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Itu adalah keheningan yang intim, lahir dari kerja keras bersama dan pengungkapan rahasia yang mengancam jiwa.
"Kau menyelamatkan kita, Elara," katanya, suaranya pelan dan tulus. "Jika aku hanya mendengarkan intelijen normal, kudeta itu akan berhasil. Selama malam ini, kau telah mengungkapkan lebih banyak kejujuran dan keberanian daripada yang pernah kutemui dalam seluruh hidupku."
"Oh, jangan katakan itu, Rayden. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan untuk bertahan hidup. Tapi... aku tidak menyesal menghabiskan malam ini bersamamu. Kau adalah orang yang baik, meskipun sombong. Dan kau juga tidak terlihat buruk di bawah cahaya lilin."
Rayden tersenyum lembut, senyum yang mampu meluluhkan kelelahan Elara. Dia berjalan ke Elara, mencondongkan tubuhnya ke depan, tangannya diletakkan di sandaran kursi Elara, mengunci tatapan mereka.
"Pikiranmu selalu menjadi hadiah yang unik, Elara," bisik Rayden, wajahnya sangat dekat sehingga Elara bisa merasakan napasnya. "Kau pikir aku sombong, tapi kau juga berpikir aku tampan di bawah cahaya lilin. Aku menghargai keseimbangan yang jujur itu."
Elara merasa jantungnya berdebar kencang. Ia tidak bisa mengaktifkan 'Nasi Hangat'. Ia terlalu terkejut.
"Aku... aku hanya..."
Rayden menyela dengan suara yang lembut dan penuh hasrat, "Shh. Jangan berbicara. Aku bisa mendengarmu. Dan apa yang kudengar sekarang... sangat menyenangkan."
Elara menutup matanya, menyerah pada momen itu. Dia tahu Rayden bisa mendengar setiap detak jantungnya, setiap pikiran panik, dan setiap emosi yang bercampur aduk.
Rayden menciumnya. Ciuman itu tidak tergesa-gesa, melainkan lembut, namun penuh dengan bobot dari semua rahasia, kekacauan, dan kejujuran yang telah mereka bagi. Ciuman itu adalah pengakuan bisu atas ikatan aneh yang mereka miliki.
[Poin Cinta: +10%. TOTAL: 100%. Misi Utama: SELESAI. Selamat, Pengganggu!]
Tepat saat Rayden melepaskan ciumannya, sebuah suara yang sangat keras bergema di kepala Elara, memecahkan keheningan:
[Sistem 'Eros': Kesalahan. Kesalahan Fatal. Misi Selesai, tetapi tidak sesuai Alur Cerita Ideal. MEMPROSES PENGHAPUSAN—]
Elara tersentak. Penghapusan. Bahkan setelah mencapai 100% Poin Cinta, Sistem tetap ingin menghapusnya. Dia telah memenangkan hati Rayden, tetapi dia telah menghancurkan plot.
"Rayden!" seru Elara, wajahnya pucat. "Sistem... dia mencoba menghapusku!"
Rayden menangkap tangannya, matanya melebar karena terkejut. "Aku mendengarnya! Kita tidak punya waktu. Kita harus menonaktifkannya sebelum terlambat! Katakan di mana inti Sistem itu!"
Elara tahu di mana. Di bawah Kastil, di tempat yang sama dengan Kristal Ilusi. Dua masalah, satu lokasi. Elara dan Rayden harus berpacu dengan waktu. Bukan hanya untuk menyelamatkan kerajaan, tetapi untuk menyelamatkan eksistensi Elara sendiri.