Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saksi Kebahagiaan
Beberapa minggu kemudian, keluarga berkumpul di galeri rumah tua untuk membahas masa depan Cinta. Adi berkata: "Kita akan membantu kamu membayar sekolah SMA jurusan seni. Kamu adalah pewaris warisan seni keluarga kita, dan kita bangga padamu." Rina menambahkan: "Aku akan mengajar kamu cara menulis buku yang bagus, agar nanti kamu bisa menerbitkan cerita mu sendiri."
Pada saat yang sama, galeri rumah tua mendapatkan kabar besar—lembaga budaya nasional ingin mengadakan acara "Hari Simbol Budaya" di galeri, karena jendela asli telah menjadi simbol kebersamaan dan harapan yang dikenal di seluruh daerah. Semua keluarga senang banget dan mulai mempersiapkan acara itu.
Persiapan acara berlangsung selama sebulan. Ayu merancang tari kolaboratif dengan anak-anak dari sekitar daerah, dengan tema "Jendela Budaya". Lila membuat lukisan besar yang menggambarkan jendela asli sebagai jembatan antar budaya. Arif membuat aplikasi untuk mempromosikan acara dan mengelola tamu. Rafi dan Luna membantu membuat hiasan dari kertas, dan Mimpi—yang sudah berusia 2 bulan—akan menjadi "simbol harapan baru" yang dibawa ke panggung.
Hari acara tiba. Ribuan tamu datang—pejabat dari lembaga budaya, seniman, penulis, siswa, dan masyarakat umum. Galeri dipenuhi dengan karya seni keluarga dan karya anak-anak. Acara dimulai dengan pidato dari pejabat lembaga budaya: "Jendela asli ini bukan hanya simbol keluarga—itu simbol budaya yang menunjukkan bahwa kebersamaan dan harapan bisa melewati batasan apa pun. Ini adalah contoh yang bagus untuk seluruh negeri!"
Kemudian, tari Ayu dimulai—semua anak-anak menari dengan penuh semangat, dan Mimpi dibawa ke panggung oleh Cinta. Semua tamu terpesona. Setelah itu, Cinta membacakan cerita "Jendela Mimpi Ku" yang membuat dia menang juara, dan semua orang terharu. Akhirnya, semua keluarga berkumpul di panggung, di depan jendela asli, dan menyanyi lagu bersama tentang harapan dan kebersamaan.
Malam itu, semua orang berkumpul di halaman galeri, di depan jendela asli yang terbuka lebar. Cahaya bulan menyinari mereka, dan bintang-bintang bersinar terang. Rina berdiri dan berkata: "Hari ini adalah hari keajaiban. Kita tidak pernah menyangka bahwa jendela yang dulu lupa ditutup akan menjadi simbol budaya yang dikenal banyak orang. Semua ini karena kita selalu membuka jendela hati kita untuk satu sama lain."
Adi memegang tangan Rina: "Kita sudah menyaksikan banyak keajaiban—anak-anak kita tumbuh, cucu kita lahir, cerita kita menginspirasi orang lain. Dan keajaiban itu akan terus berlanjut, karena jendela ini selalu terbuka."
Cinta membawa buku catatan dia dan menulis kalimat baru di depan jendela: "Jendela asli ini adalah tempat di mana keajaiban terjadi setiap hari. Aku akan selalu merawat mimpi ku dan merawat jendela ini, agar keajaiban itu terus berlanjut untuk generasi depan."
Rafi berlari ke depan jendela dengan mainan Mimpi: "Aku akan mengajar Adik Mimpi pemrograman, agar dia bisa membuat keajaiban dengan teknologi!"
Luna mencium Mimpi dan berkata: "Adik, kita akan menari bersama di depan jendela ini!"
Angin segar bertiup melalui jendela asli, menyebarkan bau bunga melati dan kebahagiaan yang tak akan pernah hilang. Semua orang menggenggam tangan satu sama lain, menyaksikan matahari terbenam dan bulan yang terang. Jendela itu tetap terbuka—seperti janji yang abadi, menyaksikan semua keajaiban keluarga, dan membawa harapan untuk masa depan yang lebih indah lagi.
Setelah 6 bulan acara nasional di galeri, keluarga mereka sibuk dengan hal-hal baru. Cinta sudah berusia 15 tahun, akan lulus SMP, dan menunggu hasil penerimaan SMA jurusan seni yang dia impikan. Dia mengerjakan tugas akhir tentang "Jendela Asli Sebagai Simbol Keberhasilan", dan semuanya tahu dia akan lulus dengan nilai baik. Mimpi sudah berusia 8 bulan, mulai merangkak, dan suka merangkak ke arah jendela asli di galeri.
Satu hari, surat penerimaan SMA tiba. Cinta mengambil surat dengan tangan gemetar, membukanya sambil keluarga semua menunggu dengan napas menahan. Setelah membaca, dia menangis senang dan berteriak: "Aku diterima! Aku diterima di SMA jurusan seni impianku!"
Semua orang melompat-lompat senang, memeluk Cinta. Lila menangis: "Kita bangga banget padamu, sayang! Semua usaha mu terbayarkan!" Doni menambahkan: "Kamu akan jadi seniman dan penulis yang hebat, pasti!" Adi mengambil piala yang Cinta dapatkan di lomba seni dan penulisan, dan berkata: "Ini hanya awal dari banyak keberhasilan yang akan kamu dapatkan. Jendela asli ini akan selalu menyaksikannya."
Sementara itu, hari ulang tahun Mimpi yang ke-1 akan jatuh pada hari yang sama dengan hari penerimaan Cinta di SMA. Keluarga memutuskan untuk merayakan keduanya di galeri rumah tua, tepat di depan jendela asli. Ayu merancang dekorasi dengan tema "Keberhasilan dan Harapan", menggunakan bunga melati dan warna-warni yang ceria. Lila membuat kue dua tingkat—satu bagian dengan gambar jendela asli untuk Cinta, dan satu bagian dengan gambar mimpi untuk Mimpi. Arif membuat aplikasi untuk mengirim undangan dan memungkinkan tamu mengirim pesan ucapan secara online.
Hari merayakan tiba. Langit cerah, udara segar, dan galeri dipenuhi tamu—teman Cinta dari SMP, guru-gurunya, tetangga, dan orang yang pernah datang ke acara sebelumnya. Mimpi mengenakan baju ulang tahun yang bergambar jendela, dan dia merangkak ke depan jendela asli sambil ketawa. Cinta mengenakan seragam SMA baru yang dia dapatkan, terlihat bangga dan ceria.
Acara dimulai dengan Cinta membaca pidato terima kasih: "Terima kasih pada keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungku. Aku tidak akan sampai sini tanpa jendela asli yang selalu memberiku harapan. SMA ini adalah langkah pertama menuju mimpi ku, dan aku akan bekerja keras!"
Kemudian, semua orang menyanyi "Selamat Ulang Tahun" untuk Mimpi. Dia memukul lilin di kue dengan bantuan Rafi dan Luna, dan semua orang berdoa agar dia tumbuh sehat dan bahagia. Setelah itu, Ayu dan anak-anak menari tari yang diajarkan, dengan Mimpi merangkak di tengah panggung sambil mengikuti irama.
Pada saat yang sama, pejabat dari lembaga budaya nasional datang dengan sesuatu yang spesial—mereka memberikan penghargaan "Simbol Budaya Nasional" kepada galeri rumah tua dan jendela asli. Pejabat berkata: "Jendela ini telah menunjukkan bahwa cerita keluarga bisa menjadi cerita bangsa. Dia adalah simbol kebersamaan, harapan, dan keberhasilan yang harus kita jaga untuk generasi depan."
Adi menerima penghargaan dengan tangan gemetar, memegang tangan Rina: "Ini untuk semua anggota keluarga, yang telah bekerja sama untuk membuat ini terjadi. Jendela yang dulu lupa ditutup sekarang menjadi kebanggaan nasional!"
Semua orang menangis senang terharu. Cinta mengambil lukisannya yang baru selesai—gambar semua keluarga berkumpul di depan jendela asli, dengan penghargaan di tengah dan Mimpi merangkak di depan. Dia menuliskan di bawahnya: "Jendela ini adalah tempat di mana keberhasilan dan harapan bertemu. Kita bangga padamu!"
Malam itu, semua orang berkumpul di halaman galeri, di depan jendela asli yang terbuka lebar. Cahaya bulan menyinari mereka, dan bintang-bintang bersinar terang. Rina berdiri dan berkata: "Hari ini adalah hari yang paling bangga dalam hidup kita. Kita melihat Cinta mendapatkan keberhasilan, Mimpi merayakan ulang tahun pertama, dan jendela ini mendapatkan penghargaan nasional. Semua ini adalah bukti bahwa cinta dan kerja sama keluarga bisa melakukan hal-hal hebat."
Adi memegang tangan Rina: "Kita sudah hidup banyak tahun, Bu. Dan kita lihat bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil bersama, setiap kesalahan yang kita perbaiki, setiap mimpi yang kita jaga—semuanya berbuah keberhasilan. Jendela ini adalah saksi semua itu."
Cinta membawa buku catatan dia dan menulis kalimat baru: "Aku akan membawa cerita jendela ini ke SMA dan ke masa depan. Aku akan membuatnya dikenal oleh lebih banyak orang, agar mereka juga bisa menemukan harapan di dalam hati mereka."
Rafi membawa mainan robotnya dan berkata: "Saat aku besar, aku akan membuat teknologi yang membantu melestarikan jendela ini dan cerita keluarga!"
Luna mencium Mimpi dan berkata: "Adik, kita akan selalu bermain di depan jendela ini, ya!"
Angin segar bertiup melalui jendela asli, menyebarkan bau bunga melati dan kebahagiaan yang tak akan pernah hilang. Semua orang menggenggam tangan satu sama lain, menyaksikan matahari terbenam dan bulan yang terang. Jendela itu tetap terbuka—seperti janji yang abadi, menyaksikan semua kebanggaan keluarga, dan membawa harapan untuk masa depan yang lebih hebat lagi.