He Is Mine

Baru jam 3 sore Abel sudah sibuk memilih dress untuk acara makan malam bersama keluarga Victor. Dia sangat antusias. Sepertinya Tuhan mendengar doanya waktu itu.

"Kalau memang jodoh, pasti akan dipertemukan lagi!" gumam Abel lengkap dengan senyum lima jari.

"Terimakasih, Tuhan.." Abel menyempatkan untuk menyatukan kedua tangannya di tengah-tengah aktivitas memilih dress nya.

"Andai sejak dulu aku bertemu dengan keluarga Kak Victor, pasti lebih gampang untuk mendekatinya," gumamnya lagi.

Sedetik kemudian dia malah mengingat adik Victor yang dia ancam-ancam. Kalau ingat, Abel merasa malu dengan gadis SMA itu. Semoga saja dia tidak menceritakan kejadian memalukan itu pada kedua orang tuanya, batin Abel.

"Abel!" Pintu kamar di ketuk dengan brutal dan muncullah Mom Velyn dengan handuk di kepalanya.

"Ya Tuhan, Abellll!!!" Tiada hari tanpa teriakan mommy, itulah kata Abel.

"Kau baru kesurupan atau bagaimana?! Kenapa bisa berantakan begini, ABELL!" Mom Velyn berteriak diakhir kalimatnya.

"Aduh mommy!! Bisa jangan teriak-teriak? Telingaku sakit!" kesal Abel, bibirnya juga cemberut. Entah bagaimana sejarahnya Dad Liam bisa menikahi Mom Velyn, Abel pun heran kenapa bisa daddy nya betah dengan mommy nya.

"Bagaimana tidak teriak-teriak? Lihat kamar mu! Seperti sarang burung saja!" omel mommy pula. Dia masuk lebih dalam dan melihat gaun-gaun mahal milik Abel yang di letakkan di atas ranjang.

"Mau ke mana?" tanya Mom Velyn.

Raut wajah Abel berubah seketika. Tadinya cemberut sekarang langsung sumringah.

"Biasa, anak muda!" jawab Abel cengengesan.

Mom Velyn menoyor pelipis Abel. "Anak muda anak muda, jawab yang benar!"

Abel berdecak sambil mengusap pelipisnya. "Mommy seperti tidak pernah muda saja," katanya.

"Aku akan makan malam bersama keluarga kekasihku," lanjut Abel pula, dia tersenyum malu-malu.

"Kekasih? Sejak kapan kau memiliki kekasih?"

"Sejak hari ini," jawab Abel acuh.

"Sudah sana. Mommy mengganggu ku. Aku sedang memilih dress untuk nanti malam," lanjut Abel mengusir sang mommy.

Bibir Mom Velyn tersenyum mengejek. "Yakin bisa? Tidak ingin meminta bantuan mommy?" tawarnya.

"Aku tidak yakin dengan selera mommy," cibir Abel. Dia pun menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang tak terdapat dress.

"Kau meragukan mommy ya? Lihat, setelah ini, kau akan berterimakasih kepada mommy!"

"Ya ya ya..." Abel menguap lebar.

Mom Velyn pun memilih-milih dress untuk si bungsu. Sedangkan Abel hanya memperhatikan. Jangan sampai mommynya itu memilihkan dress yang tak cocok dengan tema malam ini. Maksudnya tema makan malam.

"Nah, ini cantik!" Mom Velyn mengangkat dress berwarna nude yang begitu cocok untuk Abel. Warnanya kalem tidak mencolok dan enak dipandang.

Abel mengambil dress itu. Memang lebih cocok dari dress yang lainnya sih.

"Jangan memikirkan apapun! Cepat rapikan baju-baju ini! Mommy memanggilmu karena ingin menyuruhmu datang ke kantor untuk mengantar makan siang kakakmu. Dia belum makan siang karena terlalu sibuk katanya," ucap mommy.

"Kenapa harus aku? Pelayan kan ada! Lagi pula dekat sana kan ada restoran, kenapa tidak beli saja?" sahut Abel.

"Kau ini, disuruh mengantar makanan saja banyak protes! Seharian ini memangnya kau melakukan hal seberat apa, hah?" sindir mommy.

"Sudah sana, cepat beres-beres dan turun ke bawah. Makanannya sudah mommy siapkan," lanjut Mom Velyn. Tanpa menunggu jawaban dari si bungsu, dia pun keluar dari sana.

Mau tidak mau Abel harus melakukannya.

****

Abel sudah siap dengan memakai dress pilihan mommy nya. Tak lupa dia juga memoles wajahnya dengan make up tipis agar tidak kelihatan pucat.

Abel sampai betah menatap penampilannya di depan cermin full body miliknya. Jarang-jarang dia berdandan cantik seperti ini.

"Perfect!" gumamnya.

"Harusnya Kak Victor bersyukur karena aku menyukainya," lanjut Abel masih sambil menatap penampilannya di cermin.

Mom Laura telah mengirim seorang bodyguard untuk menjemput Abel. Bagaimana Abel tidak merasa senang saat ini? Mom Laura memperlakukannya dengan sepesial, padahal mereka belum lama kenal.

Ceklek

Abel terkejut dan berbalik menatap siapa gerangan yang lancang membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk lebih dulu.

"Kak Zayn?"

Zayn berjalan mendekati adiknya. "Mau kemana?" tanyanya.

"Acara makan malam saja," jawab Abel.

"Di luar ada mobil yang sepertinya sedang menunggumu," kata Zayn. Matanya menatap datar ke arah adiknya. Penampilan Abel malam ini membuatnya merasa aneh. Jarang-jarang adiknya ini berdandan.

"Oh ya? Baiklah kalau begitu," jawab Abel. Dia berbalik untuk menyemprot parfum ke badannya setelah itu mengambil tas kecil dan ponselnya.

"Aku pergi dulu, kak. Bye!" ucap Abel sambil tersenyum manis.

Zayn mengangguk dan mengikuti langkah adiknya. Abel lebih dulu berpamitan pada yang lain. Setelahnya dia segera keluar dan Zayn masih mengikuti langkah Abel. Dia mengawasi Abel dari teras sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya.

Abel melambaikan tangannya pada Zayn lewat kaca mobil yang terbuka. Dan Zayn pun mengangguk singkat.

Sedangkan di dalam mobil Abel deg-degan karena ini baru pertama kali dia berkunjung ke kediaman Victor, bukan lagi di club seperti waktu itu.

Beberapa menit kemudian, mobil itu memasuki halaman yang luas. Sebuah mansion mewah yang di sekelilingnya terdapat banyak penjaga. Halamannya luas dan asri, ketika malam, semua lampu menyala membuat mansion itu semakin bersinar. Tak henti-hentinya Abel berdecak kagum.

Abel makin yakin jika Victor bekerja sebagai pelayan hanya karena gabut.

"Silakan nona," ucap pria yang tadi mengantar Abel. Dia sampai repot-repot membukakan pintu untuk Abel.

Gadis cantik itu berjalan mengikuti langkah si penjaga. Sampai di pintu utama, Abel diarahkan oleh pelayan menuju ruang makan.

Semakin gugup saja rasanya.

"Hai, sayang.." Mom Laura datang menyapa, dia pun menyuruh pelayan pergi.

"Ayo, kita langsung makan malam saja ya," lanjutnya lagi.

Abel pun hanya mengangguk patuh dan berusaha terbiasa saat Mom Laura merangkul lengannya.

"Malam ini kau sangat cantik sekali!" puji Mom Laura, terbukti tatapan wanita paruh baya itu begitu berbinar saat menatap Abel.

"Terimakasih. Mommy juga cantik," ucap Abel ikut memuji.

Mom Laura terkekeh kecil. Mereka pun sampai di ruang makan. Di sana ada Dad Sam dan Grace yang sudah menunggu. Entah ke mana perginya Victor.

"Mommy panggilkan Victor dulu, ya," ucap Mom Laura setelah itu dia pergi menuju kamar si sulung.

"Apa kabar, Abel?" tanya Dad Sam dengan ramah.

"Selalu baik, dad. Daddy bagaimana kabarnya?"

Mereka terus berbincang santai sedangkan Grace hanya diam sambil memainkan ponselnya. Dia masih sebal dengan kejadian waktu itu. Pertemuannya dengan gadis bernama Abel ini sudah buruk sejak awal, jadi agak sulit untuk akrab kembali.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa😘😘

Dress yang dipakai Abel

*sumber foto from google