My Love Perfect Lecturer

"Jelaskan? Apa maksud wanita kemarin tentang kehamilan Lo?" Todong Julian saat Almira sudah bersama mereka. Julian sudah memberi tahu Kiara soal berita ini, dan saat ini mereka ingin mendengar penjelasan dari Almira.

Almira gugup hendak bicara apa, ia menatap Julian dan Kiara secara bergantian.

"Al? Lo hamil?" Apa benar yang di dengar Julian? dan sama siapa?" Sambung Kiara yang juga penasaran. Awalnya ia tidak mempercayai Julian, ia pikir Julian hanyalah salah mendengar. Tapi tidak ada salahnya jika ia juga bertanya tentang kebenarannya.

Almira memejamkan mata serta menarik nafas. Ia tidak bisa lagi untuk berbohong. Lebih baik menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya, namun ia bingung harus memulainya drai mana.

"Jawab Al" Tegas Kiara.

Almira terpaksa memberi tahu jika ia sudah menikah, dan menepis tuduhan kehamilannya.

Kiara dan Julian terpaku mendengar pengakuan Almira, mereka tidak percaya hingga akhirnya Almira menjelaskan bagaimana ia bisa terjerat dalam pernikahan ini. Ia menceritakan kejadian sebenarnya tanpa ada satu katapun yang ia tambahi atau kurangi.

"Kok lo gak cerita sama kita? lo udah gak nganggap persahabatan kita?" Ucap Kiara dengan suara tinggi. Ia merasa kecewa Almira membohonginya dan tida jujur.

"Sorry Ki, Jul. Bukannya gue gak mau kasih tahu kalian, tapi aku belum siap saja. Apalagi ini hanya pernikahan pura-pura yang mungkin sebentar lagi akan berakhir, jadi gue menyembunyikannya." Jelas Almira panjang lebar.

"Tapi tetap saja Lo salah, bukankah kita sudah berjanji jika tidak akan ada yang disembunyikan antara kita?" Timpal Kiara yang masih merasa kesal.

"Sorry" Sambung Almira merasa bersalah. Ia menundukkan wajahnya serta menggigit bibir bawahnya.

"Sudahlah, kita lupakan saja semua ini." Timpal Julian menepis rasa dingin diantara mereka.

Di rumah.

Seperti saat tadi pagi, Almira memandangi Irfan yang berkutat di dapur. Matanya berbinar melihat Irfan Yangs sedang memasak. Baginya Irfan terlihat sangat sexi saat memasak.

"Kenapa jadi kebalik gini? Besok kamu harus belajar masak, saya tidak mau tahu." Ucap Irfan datar smabil menata makanan yang baru selesai ia masak.

Perutnya sudah keroncongan menunggu Almira memasak dan ternyata Almira hanya berdiri mematung sambil menatap bahan masakan. Almira tidak tahu mau memasak apa, sebab ia memang tidak pernah memasak. Sejak kecil ia hanya makan dengan membeli nasi bungkus. Atau jika ia memasak palingan hanya makanan instan cepat saji.

"Baiklah, aku akan semangat belajar masaknya." Sahut Almira tersenyum lebar. Mata nya berbinar melihat makanan dari hasil masakan Irfan. Rasanya juga sangat enak.

"Apa bapak yang akan mengajari ku?" Tanya almira berharap jika Irfan yang akan mengajarinya. Entah kenapa ia jadi suka saat dekat bersama Irfan.

"Saya tidak ada waktu untuk mengajarimu. Akan ada guru yang mengajarimu nanti." Sahut Irfan sambil mengunyah makanannya.

Almira hanya mengangguk setuju meski ada rasa kecewa. Ia benar-benar berharap jika Irfan kah yang akan mengajarinya memasak. Pasti sangat menyenangkan pikir nya.

Mereka makan dengan tenang tanpa ada pembicaraan lagi, Saat suapan terakhir, Irfan meletakkan sendok nya kemudian meneguk air minum yang tak lepas dari pandangan Almira. Almira menggeleng menepis semua pikiran kotor yang terlintas di otaknya.

"Giliran kamu membersihkan semuanya." Ucap Irfan kemudian bangkit dari duduknya dan meninggalkan Almira yang masih betah dnegan makanannya.

Selesai makan, Almira membersihkan semua piring kotor bekas masak juga bekas makan mereka. Setelah selesai ia kembali ke kamarnya.

Dikamar ia duduk bersandar di headboard tempat tidurnya. Hendak belajar namun ia sangat malas.

Ia mengambil ponselnya nya melihat ada banyak notif dari grup chat trio friends yang anggotanya hanyalah ia, Kiara dan Julian.

"Almira mana nih gak nongol?" (Julian)

"Ngeloni laki nya paling. Lo kan tahu secara pengantin baru." (Kiara)

"Wah, bentar lagi kita bakal dapat ponakan ni." (Julian)

Kiara membalas dengan emot tertawa juga jempol.

Almira tersenyum geli membaca chat kedua sahabatnya itu, kemudian ia membalas. "Bukan gue ngeloni pak Irfan, tapi pak Irfan yang melayani gue." balas Almira. hanya beberapa detik ponselnya berubah menjadi panggilan grup. Kiara dan Julian yang kepo langsung bertanya pada almira.

Almira tertawa terbahak saat wajah kedua sahabatnya tampil di layar ponselnya. "Kenapa? kepo banget sih kalian!" ucap Almira tertawa.

"Ceritakan, apa yang dilakukan pak irfan?" Tanya Kiara penasaran. Julian hanya sebagai pendengar.

Almira pun menceritakan kejadian saat ia memasak sarapan pagi tadi yang gagal dan digantikan Irfan. Juga Irfan memasak makan malam untuk mereka berdua.

"Astaga, Lo serius Al? sumpah perfect banget deh tu cowok. Cari dimana yang kek gitu ya." Ucap Kiara men_drama membuat Julian memutar bola mata nya malas.

"Menurut gue sebaiknya Lo pertahankan deh pernikahan kalian, langkah banget ketemu laki-laki semacam laki lo tau gak." Saran Kiara dan langsung membuat Almira tertawa.

"Lo pikir dia hewan langkah." Sahutnya tertawa.

Disela obrolan mereka terdengar ketukan pintu, tanpa mematikan sambungan teleponnya Almira berjalan membuka pintu kamarnya.

"Pak?" Kaget Almira Irfan mengetuk pintunya.

"Saya mau kerumah sakit bentar, apa kamu mau titip sesuatu?" Tanya Irfan.

"Em.. makasih pak, kayaknya gak ada deh pak." Sahut Almira tersenyum. Kemudian Irfan pun pergi dan Almira masuk kembali ke kamarnya.

"Uh.. so sweet banget deh pak Irfan pake tanya mau sesuatu gak." Ucap Kiara menangkup pipinya dengan kedua tangannya.

"Lebay amat sih Lo." Timpal Julian jengah melihat Kiara lebay.

"Yah, si jomblo sewot." Sahut Kiara lalu tertawa. Almira pun juga ikut tertawa.

Cukup lama mereka bercerita, kemudian Almira mematikan sambungan panggilannya lalu menyimpan ponselnya di atas nakas. Ia melihat jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Apa pak Irfan sudah pulang ya." Gumamnya sambil melihat ke arah pintu.

Merasa malas memikirkan nya ia pun menarik selimut menutupi tubuhnya kemudian memejamkan matanya.

.

.

Bersambung.