NovelToon NovelToon
Batas Waktu Bersamamu

Batas Waktu Bersamamu

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Meyliana

Rayyan mendadak menceraikan Ayu begitu saja sepulangnya dari tempat pekerjaannya sambil membawa Wanita yang sedang hamil. Akankah Ayu bertahan dengan pernikahannya yang sudah berjalan selama 16 tahun itu, atau lebih memilih untuk berpisah ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14. Sahabat Ayu

Setelah Mira memasuki kamarnya, dia segera menuju tempat pembaringannya. Sebelum menutup matanya, memikirkan kembali rencana yang di katakan Bu Lastri terhadap Rayyan dan Intan, mengingatnya membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Entah apa yang dipikirkan oleh Ibunya itu, tidak bisakah untuk kali ini saja tidak memikirkan uang pemberian dari Rayyan dulu, bukankah dia beserta Kakaknya juga sama sama selalu memberikan jatah uang bulanan untuk Ibunya itu ?

Mungkin, besok dia akan memberi tahukan masalah ini pada Yudi sehingga mereka bisa mendapatkan rencana yang lebih baik dari pada rencana Bu Lastri. Setelah beberapa saat, akhirnya Mira pun terlelap.

Rumah Rayyan di bangun berdampingan dengan rumah Bu Lastri, hanya berjarak beberapa meter saja. Atas saran dari Yudi, masing masing dari mereka saudara dari Rayyan juga kedua orang tuanya dibuatkan kamarnya sendiri. Sehingga memudahkan mereka jika suatu saat akan menginap di rumah Rayyan. Sementara untuk keluarga dari Ayu ada satu kamar tamu yang bisa digunakan.

Mira, setelah menikah dia mengikuti suaminya tinggal di Kampung sebelah tak jauh dari kediaman Rayyan. Sementara Yudi, rumahnya masih berdekatan dengan rumah Bu Lastri hanya terhalang beberapa rumah tetangganya.

* * *

Di lain tempat, setelah Ayu beserta kedua anaknya makan malam bersama dengan kedua orangtuanya dia memutuskan untuk beristirahat di dalam kamar miliknya semenjak sebelum dia menikah dengan Rayyan. Sementara kedua anaknya tidur di kamar yang terpisah dengannya.

Memindai sekeliling, kamarnya masih terlihat sama seperti dulu. Bahkan terkesan rapi dan bersih menandakan Ibunya selalu merawatnya dengan baik. Melihatnya, Ayu tersenyum.

Setelah beberapa saat Ayu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Hari ini membuatnya benar benar kelelahan, lelah hati dan pikirannya. Namun, Ayu tetap bersyukur kedua orang tuanya menyambutnya dengan tangan terbuka.

Perlahan Ayu pun memejamkan matanya, namun sebelum benar benar terlelap bunyi ponsel miliknya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Ayu yang merasa terusik membuka matanya kemudian dengan terpaksa bangkit mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas nakas di samping tempat tidurnya. Nama Marni terlihat di layar ponselnya, Ayu pun segera mengusap tombol hijau di layar ponselnya itu.

"Ayu, aku merindukanmu ! Aku tahu, kamu pasti belum tidur kan ?" mendengar suara teriakan di sebrang sana Ayu sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya. Apa apaan Marni itu, kenapa dari dulu hingga sekarang dia tidak berubah sama sekali suaranya terdengar sangat memekakkan telinganya ?

"Ayu, halo. Kamu masih disana kan ?" sekali lagi terdengar suara dari Marni. Setelah beberapa saat, Ayu pun menjawab.

"Iya, Marni aku disini. Kamu ini apa apaan sih, ganggu orang mau tidur saja. Kalau telpon tuh ucap salam atau tanya kabar kek, lah ini malah teriak teriak nanyain udah tidur apa belum. Asal kamu tahu aja ya, tadinya aku tuh mau memasuki alam impian yang mungkin saja indah. Lah, keburu kamu nya ganggu." terdengar suara cekikikan di sebrang sana.

"Iya, tahu. Aku gak akan minta maaf loh ya. Tapi, kamu seharusnya beruntung karena aku yang membangunkan dirimu dari mimpi buruk mu itu. Iya, kan ?" mendengar ucapannya Ayu malah tersenyum, ada ada saja dengan pemikiran sahabatnya itu. Ya, Marni adalah sahabat Ayu, mereka bersahabat sejak lama.

"Kamu ini. Ada apa, tumben telpon aku ? padahal malam ini aku belum mimpi apa apa loh, orang kamu perusak mimpinya." keduanya tertawa bersamaan.

"Sayang sekali ya, ha ha. Yu, kamu pulang kampung ya, tadi aku sempet lihat kamu dan kedua anakmu loh ketika kamu turun dari mobil ? Sayangnya, aku lagi sibuk menyuapi kedua bocil kembarku, makanya gak bisa nyamperin kamu deh"

"Iya nih akhirnya aku ngerasain juga pulang kampung, meskipun saat ini dengan situasi yang berbeda. Tapi, kamu jangan minta oleh oleh ya. Aku tidak membelinya sama sekali, yang ku bawa hanya kedua anakku saja."

"Sayang sekali ya, padahal tadinya aku mau minta oleh oleh loh. Eh, tapi apanya yang berbeda, apa karena kali ini Rayyan tidak ikut serta?" mendengar ucapannya, Ayu menghela nafasnya. Marni memang belum mengetahui tentang perpisahannya dengan Rayyan, sehingga tidak heran jika dia berkata begitu.

"Kalau ada waktu, kita bertemu ya. Ada banyak sekali yang ingin aku katakan padamu, Marni."

"Tentu saja kita harus bertemu, aku kangen banget sama kamu, Yu. Aku juga sama, banyak sekali yang ingin disampaikan kepadamu. Eh, tadinya sehabis Maghrib aku mau nyamperin kamu loh, tapi Mas Rahman malah melarang ku. Katanya, aku harus paham kalau saat ini pasti kamu kelelahan. Makanya, sekarang aku ngabarin kamu."

"Iya, tidak apa-apa. Maaf ya, saat ini aku belum bisa bicara banyak dengan kamu, Marni."

"Gak apa apa Yu, aku ngerti kok. Ya sudah aku tutup dulu telpon nya, jangan kapok aku yang selalu ganggu tidur kamu ya." sebelum panggilan berakhir terdengar suara cekikikan di sebrang sana. Mendengarnya Ayu menggelengkan kepalanya, bersama Marni sifat dan sikapnya seolah berubah menjadi kekanakan, tapi itulah yang membuat mereka bersahabat sampai sekarang.

Marni adalah teman sekaligus sahabat dari semasa kecil Ayu. Rumahnya yang berdampingan dengan rumah orang tuanya Ayu menjadikan mereka selalu dekat dan bersama dari sewaktu keduanya sekolah SD sampai SMA. Setelah lulus SMA, mereka sempat terpisah beberapa tahun. Marni yang ikut merantau ke luar negeri bersama dengan saudara sepupunya, sedangkan Ayu menikah dengan Rayyan.

Ketika usia pernikahan Ayu menginjak tahun ke lima, barulah Marni pulang ke kampung halamannya. Tidak lama setelah itu, Marni pun menikah. Karena Ayahnya sudah lama meninggal, dengan alasan Ibunya hidup seorang diri setelah menikah Marni bersama suaminya tinggal di rumah Ibunya. Rahman, suaminya seorang petani. Pekerjaan sehari-harinya bekerja di sawah ataupun ladang milik Ibunya Marni. Mereka di karuniai dua anak kembar yang saat ini berusia empat tahun.

Tok tok tok . . .

Ketukan di pintu kamarnya membuyarkan lamunan Ayu. Menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka, terlihat Bu Ratna masuk berjalan kearahnya kemudian duduk disampingnya.

"Kenapa berisik sekali, ada apa ?" mendengar ucapannya, Ayu tersenyum kemudian berkata,

"Ibu terganggu, maafkan Ayu ya ?" Bu Ratna menggelengkan kepalanya kemudian berkata,

"Kamu ini. Ditanya kok malah balik bertanya sih, membuat Ibu tambah khawatir saja. Sebenarnya ada apa ?"

"Itu barusan Marni yang menelpon Bu. "

"Oh dia, pantas saja kamu terdengar heboh banget tadi. Mungkin Marni merindukanmu, kalian sudah lama kan tidak saling bertemu ?" Ayu menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan Bu Ratna sambil tersenyum kemudian berkata,

"Ibu benar. Mungkin sudah satu tahun lebih kami tidak bertemu. Hari Raya idul Fitri kemarin, Ayu kesini tapi Marni merayakannya di kampung suaminya." mendengar ucapannya Bu Ratna tersenyum. Sambil mengusap kepala Ayu kemudian berkata,

"Sekarang kamu sudah disini, itu artinya kalian memiliki banyak waktu." mendengar ucapannya Ayu tersenyum kemudian memeluk Bu Ratna dengan erat.

"Termasuk waktuku bersama dengan Ayah dan Ibu."

"Tentu saja. Kita harus menggunakan waktu dengan sebaik baiknya, mumpung masih di berikan kesempatan untuk bersama." mendengar ucapannya, Ayu melepaskan pelukannya. Menatap ke arah Bu Ratna kemudian berkata,

"Kenapa Ibu berbicara seperti itu ?"

"Hei, Nak. Ibu sama sekali tidak ada maksud apa apa. Dengarkan Ibu, kami sebagai orang tuamu sudah sadar berapa usia kami. Mungkin tidak lama lagi, masing masing dari kami akan segera kembali pada-Nya. Untuk itu, sekarang yang terpenting bagi kami adalah kebersamaan dengan kalian orang orang yang kami sayangi. Kamu pasti mengerti kan dengan maksud Ibu ?" mendengar ucapannya, Ayu menganggukkan kepalanya. Melihatnya Bu Ratna melanjutkan ucapannya,

"Sudahlah jangan terlalu banyak yang dipikirkan. Ini sudah larut, sebaiknya kamu segera tidur. Ibu juga akan kembali ke kamar Ibu, kalau Ibu terlalu lama disini nanti Ayahmu pasti ngamuk lagi." setelah mengatakannya Bu Ratna bangkit kemudian berlalu pergi dari kamar Ayu.

1
Rafkalia28
Jelasin semua dengan detail
Godoy Angie
Saya merasa seperti berada di dalam cerita itu sendiri. 🤯
Meyliana Firdaus: Terimakasih Kak, semoga suka.
Maaf apabila ada kata/kalimat yang kurang pas, sy masih amatiran 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!