"Kenapa hidupku harus semenyedihkan ini? Aku bukan hanya kehilangan suamiku, tapi aku juga harus memupus harapanku untuk menjadi seorang ibu karena aku mandul. Apa aku tidak pantas bahagia?"
Maharani adalah seorang wanita yang menjadi istri dari seorang pria yang bernama Rendy Wijaya. Awal pernikahan mereka terjalin dengan begitu bahagia dan penuh keromantisan. Namun, setelah 5 tahun menikah dan selama itu juga mereka masih belum juga dikaruniai seorang pun anak, perlahan sikap Rendy mulai berangsur berubah hingga akhirnya ia menghadirkan Celine dalam pernikahan mereka dan mengakibat pernikahannya harus berujung dengan perceraian.
Bagaimana kisah Maharani dalam menjalani kehidupan keduanya dan menyembuhkan luka di hatinya atas pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya? Apakah Maharani akan memperoleh kebahagiaan yang begitu diimpikan? Lantas bagaimana dengan kemandulannya, akankah ada mukjizat yang Tuhan akan berikan untuknya atau selamanya harapan untuk dapat menggend
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bimbang
Like setiap episodenya ya sahabat semua!
Selamat membaca!
Keesokan paginya, saat jarum jam dinding menunjukkan pukul 06.30, Maharani mulai terjaga dari tidurnya karena sentuhan tangan seseorang mengguncangkan punggungnya dengan perlahan.
"Rani, bangun yuk. Kenapa kamu tidur di sajadah, Nak?" tanya Vania yang tengah membangunkan Maharani yang tanpa di sengaja ketiduran setelah menyelesaikan salat subuhnya.
Saat mata Maharani sudah terbuka dengan sempurna, kedua bola matanya yang berwarna cokelat itu pun langsung menatap lekat wajah Vania yang terasa begitu teduh, hingga seulas senyuman mulai terbit menghiasi wajahnya yang sendu, tapi tetap terlihat cantik.
"Rani, kenapa kamu sampai ketiduran di sajadah?" tanya Vania seraya menarik kedua tangan Maharani yang menjulur minta dibangunkan.
"Aku enggak sengaja ketiduran setelah salat subuh tadi, Mah. Oh ya Mah, boleh enggak kalau nanti malam, Mama tidur denganku di kamar? Aku kangen ingin dipeluk Mama saat aku tidur." Maharani menjawabnya dengan nada manja sambil mendekap erat tubuh sang ibu.
"Iya sayang, nanti malam Mama akan temani kamu tidur di sini ya, tapi Mama ingin bertanya satu hal dulu. Kemana Rendy, kenapa dia membiarkan kamu datang ke rumah ini seorang diri padahal semalam itu sudah sangat malam sekali?" tanya Vania yang sejak semalaman memang ingin menanyakan hal ini kepada Maharani karena ia merasa ada sesuatu yang telah terjadi dengan Maharani.
Maharani pun segera melepas dekapannya yang semula memeluk tubuh Vania. Saat ini wanita berparas cantik itu, langsung menyunggingkan seulas senyuman untuk mengurai rasa cemas Vania yang tampak jelas dari raut wajahnya.
"Mah, Mas Rendy itu lagi sibuk kerja, dia lagi ada proyek di luar kota selama beberapa Minggu ke depan karena Rani bosan bila harus menunggu Mas Rendy selama itu hanya dengan berdiam diri di rumah sendirian, jadi aku memutuskan untuk datang ke rumah Mama. Aku boleh 'kan Mah, menginap di sini sampai beberapa Minggu ke depan?" Wanita itu sengaja berbohong karena tidak ingin membuat Vania terkejut atas kabar perpisahan dirinya dengan Rendy. Mengingat Vania memiliki riwayat penyakit jantung, jadi Maharani harus menutupi kabar buruk apapun yang dapat membuat sang ibu tertekan.
"Kamu serius? Kamu tidak sedang membohongi Mama 'kan, sayang? Dan kenapa saat kamu datang ke rumah ini mata kamu terlihat sembab sekali? Bahkan sampai sepagi ini mata kamu semakin membengkak, itu artinya 'kan semalaman tadi kamu menghabiskan waktu malammu dengan menangis. Sebenarnya apa sih yang membuat kamu begitu sedih? Tolong jawab pertanyaan Mama dengan jujur, Rani!"
Maharani tampak gugup saat Vania mengajukan pertanyaan seperti itu padanya. Ia sampai bingung untuk memilih jawaban karena wanita itu kebingungan harus menjawab apa, agar tak membuat sang ibu mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada rumah tangganya.
"Mah, aku minta maaf, tapi aku tidak ingin membahas soal apapun dengan Mama saat ini. Biarkan aku yang menyelesaikan masalahku sendirian, Mah." Maharani meminta dengan suaranya yang serak, hingga membuat Vania semakin yakin bahwa putrinya saat ini tidak dalam keadaan yang baik-baik saja.
Vania pun segera menangkup kedua sisi wajah putrinya yang saat ini terasa dingin dan terlihat pucat, tidak seperti biasanya yang kelihatan selalu berseri. "Jangan tutupi masalah kamu dari Mama, Nak! Karena apapun masalah kamu, Mama akan siap mendengarkannya dan Insya Allah Mama bisa mencarikan solusi yang terbaik dari masalah yang kamu hadapi bersama Rendy. Jujur sama Mama, sebenarnya masalah apa yang terjadi antara kamu dan Rendy?" tanya wanita paruh baya itu dengan penuh kelembutan, agar tak membuat Maharani ragu untuk menceritakan masalahnya.
Tanpa dapat ditahan, bulir kesedihan mulai menganak di kedua pelupuk mata Maharani yang sudah terasa sangat panas. Bibirnya tampak bergetar karena tidak sanggup menceritakan masalahnya pada Vania.
"Maharani, jawab pertanyaan Mama ya! Kamu itu kenapa Ran? Kenapa kamu sedih sekali seperti ini?" Vania kembali mengulangi pertanyaannya karena sudah tidak sabar mendengar penjelasan dari sang putri yang membuatnya cemas sejak semalaman.
"Ya Allah, apa aku harus menceritakan semuanya pada Mama? Tapi, apakah Mama akan kuat mendengar cerita tentang masalah yang aku hadapi ini dan kalau aku harus berbohong, sampai kapan aku dapat menutupi semuanya dari Mama?" tanya Maharani di dalam hatinya yang terasa begitu bimbang untuk mengambil keputusan yang tepat.
...🌺🌺🌺...
Bersambung✍️
👉 Menurut kalian apa Maharani harus menceritakan semua masalahnya kepada sang Ibu?
📢 Yuk penuhi kolom komentar.
Berikan gift kalian juga ya.
Terima kasih banyak atas dukungannya.
makasih ya Thor ceritanya bagus 👍