Harus menyalahkan siapa keadaan Zahira saat ini yang divonis tidak akan pernah bisa melahirkan seorang anak bagi suami tercinta.
Apa yang akan dilakukan Zahira setelah mendapatkan vonis tersebut? Apa juga yang akan dilakukan suaminya serta mertuanya yang ikut tinggal bersama Zahira?.
"Zahira si wanita mandul"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Marhaban ya Ramadhan, mohon maaf lahir bathin 🙏
.....
Hati hancur berkeping-keping sedang dirasakan Zahira saat ini. Berusaha tegar dalam perjalanan bersama sang Ibunda. Menguatkan hati yang begitu lemah tak berdaya. Menampilkan senyum yang terasa perih menyayat hati.
Berada dalam pelukan sang Ibunda membuat Zahira memiliki sedikit kekuatan untuk bisa menghadapi kekacauan dalam rumah tangganya.
Perayaan sang Ibunda pun harus terhenti karena Zahira tidak tahu harus berpegangan pada siapa dikala hatinya merasa teramat sakit.
Meninggalkan Mas Bilal bersama keluarganya yang lain, Zahira dan Ibu bisa pergi dengan alasan mengunjungi teman Ibu yang akan dilanjutkan menjenguk Mama mertua di rumah sakit yang nanti akan disusul oleh Mas Bilal setelah selesai urusan pekerjaannya bersama Jeremy.
Tiba di kota Bandung dengan alamat yang dituju sekitar pukul lima sore, sebuah tempat makan privat yang telah dipilih untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Assalamualaikum, mbak Alisha."
Deg
Alisha tidak percaya jika yang datang menemuinya adalah Zahira. Wajah kaget dan sangat bersalah menghinggapi Alisha, apa yang harus dilakukannya sekarang. Apa Alisha bisa mundur lagi atau memberitahukan semuanya pada Zahira.
Pesannya pada Mas Bilal bagaimana? Kenapa ada Zahira di sini?. Apa Alisha?.
Perasaan berbeda dirasakan Zahira pada hatinya, Zahira melihat Alisha yang dandan tidak seperti biasa pertemuan mereka sebelumnya. Alisha telah mempersiapkan semuanya untuk Mas Bilal.
"Assalamualaikum, mbak Alisha." Ucap Zahira lagi karena Alisha masih dalam pikirannya.
"Wa...waalaikumsalam, mbak Zahira."
Tanpa ada yang memerintah Ibu, Zahira dan Alisha mengambil posisi duduk ternyaman bagi mereka sebelum apa yang mereka bicarakan akan membuat mereka tidak nyaman lagi.
"Sebelumnya saya minta maaf karena menggunakan hape Mas Bilal untuk bisa bertemu dengan mbak Alisha di tempat ini." Zahira terlihat pandai mengontrol gejolak hatinya padahal sejatinya tidak. Istri mana yang bisa berada dalam situasi seperti ini.
Alisha mengangguk lemah sambil memaksakan seyum pada bibirnya. Alisha begitu terpukul dengan sikap tenang dan sopan Zahira. Mungkin Alisha sendiri tidak akan pernah bisa menghadapi keadaan yang menyulitkan ini.
"Tolong bicara jujur pada saya, ada hubungan apa mbak Alisha dan Mas Bilal dari dulu sampai sekarang?." Lanjut Zahira bertanya dengan menampilkan wajah tenang. Namun tanganya sudah berkeringat dingin dibarengi jantung yang bekerja lebih di atas normal.
Dengan perasaan yang tidak dapat digambarkan dengan apapun saat ini, Zahira mendengarkan setiap pengakuan seorang Alisha mengenai hubungannya bersama pria yang berstatus suami tercintanya.
Pria yang sering mengucapkan kalimat cinta, pemujaan dan ketidakadaan Mas Bilal karena dirinya. Namun nyatanya sanggup menanamkan benihnya pada wanita lain selain dirinya. Walau ada dalam pengaruh obat seperti yang dikatakan Alisha, namun nyatanya Mas Bilal tetap sanggup melakukannya.
Ibunda tercinta menguatkan hati sang putri dengan meletakkan tangannya di atas tangan Zahira. Kekuatan terbesar ada padanya saat ini.
Alisha pun meteskan air mata diakhir ceritanya. Rasa cinta yang dimilikinya pada Mas Bilal tidak ada apa-apa bila dibandingkan dengan posisi Zahira dalam hidup Mas Bilal. Wanita itu sungguh baik dan sangat baik.
"Saya bisa menggugurkan janin ini kalau Mas Bilal tidak menginginkannya." Entah dengan cara apa Alisha bisa menujukkan rasa sesalnya telah menyakiti Zahira.
Alisha menggeleng lemah, "Saya juga bukan orang baik atau suci, tapi jangan manambah dosa dengan menggugurkan bayi kalian."
"Mbak Zahira..."
Zahira menggeleng, "Bohong kalau saya baik-baik aja, tapi saya sedang berusaha untuk realistis dalam hubungan kita bertiga. Rawat janin itu dengan baik, beri saya sedikit waktu sebelum Mas Bilal berada di samping kalian."
Tes
Seketika Zahira menunduk, menyembunyikan air matanya yang jatuh mengenai punggung tangan sang Ibunda.
Sejenak kedua mata Zahira terpejam guna menghilangkan sisa air matanya. Kemudian menegakkan lagi wajahnya.
Alisha tidak mampu mengatakan apa-apa lagi terhadap Zahira. Wanita sebaik Zahira bukanlah levelnya, pantas saja Mas Bilal begitu mencintai wanita cantik berhijab itu.
"Terima kasih sudah mau jujur, terima kasih atas waktunya. Sekarang saya dan Ibu saya harus pamit. Jaga kesehatan kalian, sampaikan salam saya pada Taufik dan Niken."
Alisha benar-benar diam, hanya mampu menatap kepergian Zahira bersama Ibu nya. Air matanya tidak terbendung lagi, pecah seketika di tempat itu.
.....
Mas Bilal memiliki pikirannya sendri terhadap Zahira yang tidak ada di rumah sakit atau di rumah Mama nya. Hape nya tidak bisa dihubungi begitu juga hape Ibu mertuanya.
Untuk alasan apa Zahira berbohong padanya?. Kenapa dan ada apa dengan Zahira nya?.
Mas Bilal sedang berdiri di depan ruangan Mama nya, menghirup udara segar yang jarang sekali didapatnya di ibu kota. Pria itu masih menerka-nerka apa yang terjadi dan apa yang dilakukan sang istri di luar sana.
Mas Bilal merogoh hape dari saku celana, nama Alisha tertera di sana. Mas Bilal mengabaikan panggilan masuk tersebut, karena hanya Zahira yang diinginkannya.
Berulang kali panggilan masuk dari Alisha namun belum ada yang digubrisnya hingga kembali mati. Hingga sebuah notifikasi pesan masuk, itu juga dari Alisha yang mengatakan meminta Mas Bilal mengangkat telepon kalau mau tahu dimana Zahira dan Ibunda nya.
"Cepat katakan dimana mereka!!!" Itu kalimat yang langsung keluar dari mulut Mas Bilal. Tidak ada ramah ramah atau basa basi jika itu mengenai Zahira istri tercintanya.
Wajah Mas Bilal menjadi pucat pasi lalu berkata "Itu tidak mungkin, pasti itu salah. Tidak mungkin!!!.
Brak
Hape Mas Bilal jatuh ke lantai hingga retak. Pikirannya linglung, Zahira nya lebih dulu tahu dengan caranya sendiri apa yang telah dilakukannya di Lampung bersama Alisha.
"Zahira...Zahira...Zahira..." sambil mondar mandir Mas Bilal menyebut nama istrinya.
Dunianya menjadi hancur seketika karena perbuatannya sendiri, setelah ini Zahira pasti akan benar-benar memintanya berpisah. Satu hal yang tidak bisa dilakukan Mas Bilal. Menceraikan wanita yang sangat dicintai seumur hidupnya.
Mas Bilal harus segera menemukan Zahira dan berbicara padanya. Mas Bilal akan memohon apapun demi kata maaf dari sang istri yang telah disakitinya.
Sementara itu masih di kota kembang, Zahira menangis di dalam doa-doanya. Banyak permohonan disampaikan Zahira pada sang Kuasa untuk hatinya dan Mas Bilal. Bagaimana pun perceraian sudah ada di depan mata.
"Apa kamu yakin dengan keputusan yang diambil ini?." Setelah Ibu tahu kesehatan rahim Zahira dan tahu ada wanita lain yang bisa memberikan seorang keturunan pada suami putrinya.
"InsyaAllah Zahira yakin, Bu. Tapi Zahira minta tolong, jangan pernah tinggalkan Zahira! Temani Zahira dalam menghadapi apapun. Hanya Ibu yang Zahira miliki saat ini dan sampai kapanpun." Zahira menarik ingusnya yang akan keluar.
Ibu mengangguk lalu mencium kening Zahira untuk beberapa saat.
"Temani Zahira untuk bicara pada Mama, Papa dan Mas Bilal." Zahira memeluk kedua kaki sang ibu. Air matanya tumpah di sana, "Tolong ridhoi jalan Zahira, Bu. Tolong ridhoi kami untuk berpisah."
setiap baca Novel slalu Pelakornya di belain & hidup bahagia 🙄
heran deh... mertua toxickayak gitu entar kena stroke loh