NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:56.4k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 29

Selamat membaca ♥️

...----------------...

"Kenapa tidak ada satu orang-pun! yang memberikan kabar, kepadaku...?"

Satriyo bertanya sembari melangkah memasuki ruang rawat kakaknya. Membawa seikat mawar merah segar, bunga kesukaan Maysarah.

"Tuan, muda." Sapa Esti menundukkan sedikit kepalanya, tanda memberikan hormat.

Dania hanya menjadi penonton, tak berniat menyapa apalagi beramah tamah. Baginya segala hal yang menyangkut tentang Rahardian sangatlah memuakkan.

Begitu sampai pada pinggiran ranjang pasien, Riyo mengecup puncak kepala kakak kandungnya yang tampak sedang tertidur pulas.

"Esti, kamu berhutang penjelasan kepadaku!" Matanya menajam menatap bodyguard sang kakak.

"Maaf, Tuan. Mengabari Anda, bukanlah tugas saya. Prioritas saya hanya menjaga dan melindungi Nona Maysarah saja." Sanggah Esti dengan berani, dirinya juga menatap tegas raut kesal pemuda dihadapannya itu.

"Ck... setidaknya kamu tetap berusaha untuk kasih kabar tentang kak May." Riyo berdecak tak senang.

"Maaf ya... anak bungsunya Rahardian, di rumahmu itu banyak penghuni makhluk hidupnya, kan? seharusnya dirimu protes sama mereka, bukan ke Esti yang tugasnya hanya seputar Maysarah!" Sela Dania, dia tidak terima Esti disalahkan.

Riyo mendengus. Mau protes juga tak mampu, karena apa yang dikatakan teman kakaknya yang tidak dia kenal itu, benar adanya. Tidak ada yang sudi memberinya kabar, kalau ia tidak menelepon ke rumah tadi pagi, pasti sampai sekarang dirinya gak bakal tahu apa yang telah terjadi.

"Bagaimana keadaan kak May sekarang?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan, mengelus penuh kasih pucuk kepala sang kakak yang tertutup hijab.

"Kata Dokter, beberapa hari lagi Nona sudah diperbolehkan pulang, Tuan." Beritahunya secara lugas, tatapannya mengamati raut sendu Riyo yang tengah mengelus kening Maysarah menggunakan ibu jarinya.

"Kak... maaf, karena sudah memusuhi-mu! Meninggalkan dirimu disaat butuh sandaran." Gumamnya lirih, dikecupnya lagi kening sang kakak yang masih senantiasa memejamkan mata. Dirinya benar-benar menyesal memilih tinggal didalam asrama, daripada serumah bersama Maysarah.

Hampir setahun belakangan ini hubungan Riyo dan Maysarah memburuk. Pemuda rupawan itu sangat menentang keras keputusan sang kakak yang mau saja hamil anak orang lain, walaupun itu benih kakaknya yang lain. Riyo kecewa dengan langkah yang diambil May, berakhir dirinya memilih tinggal dalam kawasan asrama sekolah, sudah dua bulan lamanya Satriyo belum ada pulang ke rumah utama, jadi Dia sama sekali tidak mengetahui apa saja yang telah terjadi.

                ***

Di sebuah gedung pencakar langit, seorang pria dewasa duduk di kursi singgasananya. Membaca setiap email yang masuk dari salah satu orang kepercayaannya, yang ia berikan tugas untuk melakukan suatu hal penting bersifat pribadi. Raut tegas dan dingin menghiasi wajahnya, tidak ada sedikitpun jejak tertinggal, jika dulu Dia adalah seorang laki-laki berkepribadian hangat.

Semuanya berubah dalam sekejap mata, setelah kepercayaannya hanya dianggap mainan belaka, kesungguhan serta kebaikannya dimanfaatkan dengan begitu mudah, dan harga dirinya diinjak-injak sedemikian rupa. Muntaz Abraham bukan lagi seseorang yang bisa diajak bernegosiasi apalagi basa-basi. Setiap keinginannya harus terwujud, peraturannya wajib dipatuhi dan keputusan yang terlontar dari lisannya adalah hal mutlak.

Tiga minggu telah berlalu, sejak terakhir kali Dia ikut memakamkan jenazah putri kecilnya. Sampai sekarang belum ada lagi Duda tampan nan mapan itu menginjakkan kakinya di hunian Sagara Rahardian, tetapi dirinya mengetahui secara rinci apa saja yang tengah terjadi di rumah mantan mertuanya itu. Begitupun tentang Maysarah yang sudah berada di rumah setelah seminggu menjadi penghuni rumah sakit. Lamunannya buyar saat mendengar seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.

Dodi sang asisten pribadi Muntaz Abraham, memasuki ruang kerja mewah nan elegan itu. Perpaduan warna coklat batang kayu dan hijau dedaunan mendominasi ruangan sang tuan. Setelah sampai di hadapan si Bos, lantas pemuda berkaca mata itu bertanya sopan.

"Maaf, Tuan. Apa yang bisa saya bantu atau tugas apa yang harus saya kerjakan?" Tanyanya sambil menunduk, tidak berani menatap wajah Muntaz. Hatinya sangat tidak nyaman, jika berdekatan dengan Bos-nya. Belakangan ini dirinya merasa sang Tuan berubah, tidak sehangat dan seramah dulu. Lebih banyak menatap tajam dirinya, mengawasi setiap gerak-geriknya.

Dodi berusaha mencari penyebab perubahan majikannya itu, lalu menelisik dirinya sendiri. Sekeras apapun dirinya berusaha, tetap saja pertanyaan tanpa jawaban yang ia dapatkan. Dodi sama sekali merasa tidak berbuat salah, apalagi mencari masalah. Entah perasaannya sendiri atau memang sang Bos yang lagi didera masalah rumit. Sehingga sifatnya yang dulu hangat, ramah dan asik di ajak berdiskusi, berubah menjadi pribadi yang begitu dingin dan arogan.

"Bacalah ini, lalu segeralah dirimu melaksanakan tugas dan tanggung jawabmu!" Ucap Muntaz seraya menyodorkan sebuah map berisi belasan lembar kertas.

Dodi-pun membuka berkas sedikit tebal itu, raut wajahnya begitu terkejut, keningnya mengerut, pikirannya menjadi tak karuan.

"Maksud, Tuan. Saya harus pergi langsung menangani proyek pembukaan lahan terbarunya?" Tanyanya ragu, menatap heran wajah si Bos.

"Apa kurang jelas! tulisan dalam kertas itu? dimana perginya otak cerdas mu? mengapa begitu lamban menangkap hal yang begitu mudah untuk dipahami anak sekolah dasar!" Sarkas-nya tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Saya mengerti, Tuan. Lebih tepatnya kapan saya harus berangkat?"

"Lebih cepat, maka lebih baik. Semua kebutuhanmu serta akomodasi selama di kepulauan Riau sudah tersedia. Saya memberikan dirimu waktu selama satu tahun di sana. Pergunakanlah dengan baik! satu hal yang tidak ingin Saya dengar, yaitu kegagalan!" Ucapnya tegas, setajam tatapan mata yang ia layangkan ke Dodi.

"Baik, kalau begitu saya undur diri, Tuan. Dalam waktu tiga hari, saya pastikan sudah berada di Riau." Ujar Dodi yakin, sambil sedikit membungkukkan badannya, lalu berjalan keluar dari ruangan sang Bos.

"Hmm," hanya deheman sebagai tanggapan.

Sesampainya di luar ruangan Muntaz, Dodi menyandarkan dirinya pada dinding tembok. Berusaha memahami pekerjaan baru yang diberikan kepadanya.

"Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk membuka lahan kebun sawit dan karet di tanah gambut dan tandus. Apa aku sanggup?" gumamnya lirih penuh keraguan.

Dodi merogoh saku celananya, mengambil benda pipih, dibukanya aplikasi chat. Masih seperti sebelumnya, pesan yang dia kirim tiga minggu lalu untuk May, masih belum ada balasan, bahkan beberapa pesan terbarunya hanya centang satu.

"May, kamu dimana sebenarnya? dirimu baik-baik saja kan May?" tanyanya kalut sembari menatap foto wanita kesayangannya itu. Hatinya bertambah tidak tenang, belum hilang kegalauannya karena tidak mendapat kabar dari wanita yang dicintainya dengan segenap jiwa raga itu, kini ditambah pekerjaan baru yang menurutnya tidak masuk akal.

'Kenapa harus, Aku? mana sebentar lagi Maysarah akan pulang dari lomba melukisnya!' batinnya bertanya-tanya.

sesuai perkataan May tempo dulu, Dodi menghitung waktu, setidaknya dua sampai tiga bulan lagi wanita yang sudah dilamarnya itu akan kembali ketanah air.

Muntaz memandangi jalanan ibukota lewat kaca jendela besar ruangan kantornya. Sebelah tangannya berada dalam saku, satu tangannya lagi, tengah memegang ponsel.ia sedang melakukan penggilan telepon. Setelah tersambung...

"Lakukan pekerjaanmu dengan baik dan benar! buat Dia sesibuk mungkin! jangan lengah apalagi kecolongan. Bila perlu, celakai dirinya...!"

~Bersambung ~

Update di jam-jam mata sepet ngantuk 😁 Tolong berikan semangat-nya Kak... kirimkan Like, permintaan update dan jika gak keberatan berikan gift... Terimakasih banyak ♥️

1
Retno Harningsih
lanjut
GRL VJAESUKE
up lagi dong
anjurna
May, kamu ingin melakukan apalagi May?😔😔😔
anjurna
Hira memang wajib di waspadai. Karena mulut Hira itu seperti senjata mematikan, Senja.
anjurna
Gini, nih. Gimana mau akurnya, kalau mulut mu nggak bisa di jaga.
anjurna
Kenapa marah, Hira? Kamu aja selalu cari perkara kalau ketemu May. Gimana mau akurnya😑😑😑
anjurna
May, kamu bisa aja ya😅😅😅
anjurna
Esti selalu siap sedia untuk diandalkan😁
Tanz>⁠.⁠<
tolong hidup lah sesuai keinginan mu may, jangan mau terus terusan nurutin keinginan gila nya si Hira.
Tanz>⁠.⁠<
Kegilaan apa lagi yang kau inginkan dari may, Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
aduh senja, soal begini saja kamu gak tau, masa kepribadian anak sendiri aja gak tau. dari sifat Hira aja, udah keliatan aura jahat nya. mau mereka serahim kek Se pabrik ke, Se apa lah itu. kalo jahat ya jahat. emosi pulak aku sama kau senja 😤
Tanz>⁠.⁠<
hadeh si Munmun mana sih, nih binik nya bakal di apain nih sama sih Hira tulul ini 😮‍💨
Tanz>⁠.⁠<
iri iri aja Hira, astaga segala mau bicara 4 mata, Sono bicara Ama mata kucing aja /Facepalm/
Tanz>⁠.⁠<
nyolot banget sih, ku cubit ginjal mu, nangis /Smug/
Tanz>⁠.⁠<
bisa bisa nya may masih anggap mereka keluarga /Facepalm/
Tanz>⁠.⁠<
sangat sangat tau taz, udah mending kamu urusin mantan istri mu itu, yang akan membuat mau makin depresi /Sob/
Tanz>⁠.⁠<: may maksud nya 😭
total 1 replies
Tanz>⁠.⁠<
⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡
Tanz>⁠.⁠<
gimana ekspresi mu taz? /Chuckle/
Tanz>⁠.⁠<
jadi ibu lah, dari pada kamu jadi janda /Tongue/
Tanz>⁠.⁠<
iya iya, si paling rajin deh /Chuckle/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!