Light Merlin ditakdirkan sebagai seorang titisan March, dewa yang telah tersegel ribuan tahun. Dirinya yang dibebankan misi untuk membebaskan sang dewa justru harus menelan kekalahan pahit. Ia terdampar ke sebuah negeri bernama Jinxing dan mengembara sebagai pendekar pedang bergelar "Malaikat Maut Yiyue".
Misinya kali ini sederhana. Menaklukkan semua dewa dan mengalahkan musuh yang membuatnya sengsara. Namun, ternyata konspirasi di balik misi tersebut tidaklah sesederhana itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUKE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan
"Ah, lama sekali!" gerutu Quincy sambil berkecak pingging di depan meja kasir. Ia tampak mengenakan kemeja lengan pendek yang cuma dikancing setengah.
Clara tak kuasa melepaskan pandangan dari orang eksentrik itu. Selagi menggigit roti lapis, matanya terus terkunci pada Quincy. Curi-curi pandang, gadis itu sebenarnya tidak sadar kalau ujung mata Quincy juga sedang mengawasinya.
Keadaan restoran tempat mereka makan hari ini sangat ramai. Rombongan orang keluar-masuk dengan meriah. Terkadang, keributan tawa dan obrolan mereka benar-benar membumbung tinggi, mengalahkan suara-suara lain.
Clara tidak sudi terlena dengan sekian banyak gangguan tersebut. Bahkan cangkir kopinya masih penuh, saking fokusnya gadis itu mengawasi. Abraham yang mau tambah kopi malah kebingungan. Ia sempat mengira kalau gadis di depannya ini alergi kopi.
"Kau membuang uangku kalau tidak minum kopinya," tegur Abraham, membuyarkan fokus Clara.
"Diamlah. A-aku akan minum nanti."
"Nanti kapan?" Abraham mengernyit. "Kau tidak lihat kopimu itu? Mengenaskan sekali. Membiarkan kopi sampai dingin itu adalah tindakan kriminal, tahu!"
Clara yang tak tahan diceramahi akhirnya menjumput cangkir dan menyesap kopinya sampai habis. "Puas?!" katanya sambil memelototi Abraham.
Abraham tersenyum menang. "Aku suka gadis yang penurut."
"Bodoh!" timpal Clara jengkel, lalu kembali mengawasi Quincy yang sudah tak ada di tempatnya. "Ah, sialan!"
Clara cepat-cepat hengkang dari tempat makan. Tanpa memerdulikan Abraham yang kebingungan, ia langsung tancap gas meninggalkan restoran. Untungnya tidak banyak orang aneh yang rela mengecat rambutnya dengan warna jingga, apalagi sampai menguncirnya dua. Jadi, Clara masih bisa mengenali Quincy dari jarak yang cukup jauh. Ia memutuskan untuk mengikuti lelaki itu.
Distrik 19 adalah distrik yang super sibuk. Banyak orang yang berlalu-lalang, sebanding dengan aktivitas yang tiada habis-habisnya. Berulang kali Clara nyaris kehilangan jejak. Badan Quincy yang agak pendek membuatnya tertutupi oleh rombongan orang dengan mudah.
Itulah sebabnya, Clara harus ekstra fokus. Ia tak mau sampai kehilangan kesempatan untuk meringkus orang yang punya barang berharga milik ayahnya.
Meski terkenal sebagai distrik kumuh, pemerintah Mars setidaknya telah memberikan wilayah tersebut satu penghargaan untuk dibanggakan. Orang-orang menyebutnya monumen Keruntuhan Masqurade, dibangun untuk memperingati keberhasilan otoritas Mars dalam melumpuhkan kelompok separatis yang dulu pernah berbuat makar. Distrik 19 adalah medan tempur yang melibatkan perseteruan pihak militer dengan kelompok pemberontak.
Sekarang, monumen itu sudah tua dan lapuk. Pemimpin distrik 19 sepakat untuk melakukan pemugaran, tetapi masih terhalang dana. Alhasil, lokasi monumen Keruntuhan Masqurade jadi terabaikan dan hanya diisi pancang-pancang besi berkarat. Ke sanalah Quincy masuk, menurut pengelihatan Clara yang membuntutinya.
"Buat apa dia ke sana?" pikir Clara.
Daripada harus kehilangan kesempatan emas, gadis berambut pendek itu terpaksa ikut masuk ke lokasi pembangunan monumen demi bisa menemui Quincy. Ketika sampai di sana, Clara spontan kehilangan jejak. Ia hanya mendapati terpal-terpal berdebu dan tembok dari bata tua.
Posisi monumen yang jauh dari keramaian membuat suasana jadi semakin intens. Jantung Clara berdebar kencang setiap kali ia mengambil langkah lebih jauh. Kepalanya menengok ke sana-kemari, berusaha mengendus keberadaan Quincy yang lesap secepat kilat.
Sinar mentari tiba-tiba redup, membuat keadaan di sekitar gadis itu meremang. Cahaya hanya masuk dari bolongan terpal di atas kepalanya.
Tekad Clara mulai goyah. Ini jelas bukan keputusan bagus, pikirnya. Apa saja bisa terjadi di tempat sunyi nan gelap ini. Atau bahkan, Quincy telah pergi jauh meninggalkannya.
Clara harus mengakui aksinya kali ini gagal. Ia hendak kembali, menyusun rencana ulang untuk menjebak Quincy. Namun, baru balik badan, sebilah pisau sudah menempel di lehernya.
Cahaya yang menerobos lobang terpal menerpa setengah wajah Quincy yang tersenyum saat menodong Clara dengan pisau. Omong-omong soal jebak-menjebak, justru sekarang Clara yang jatuh ke jebakan orang yang ingin dijebaknya.
"Surprise," ucap Quincy, lalu menyedot milkshake di tangan satunya.
o0o
Light tidak tahu bagaimana dirinya bisa sampai di klinik. Ketika membuka mata, ia sudah terbaring di kasur, dirawat oleh sejumlah dokter dan robot sihir. Hal terakhir yang diingatnya adalah suara wanita itu. Wanita yang sangat dibenci oleh Light.
"Mengapa dia tidak membiarkanku mati saja," lirihnya lesu.
Tepat setelah mendengus berat, wanita yang dipikirkan Light datang ke klinik. Alih-alih disebut wanita, sejujurnya orang ini lebih cocok dipanggil gadis. Usianya tidak terpaut jauh dari Light, hanya empat tahun.
Akan tetapi, status gadis ini jauh lebih tinggi dari gadis-gadis seusianya. Ia adalah seorang ratu. Raja Vince memperistrinya selepas ibu Light meninggal. Ratu Anasthasia, demikian rakyat Mars memanggilnya.
Sang Ratu menghampiri Light dengan cemas. Mata beriris hijaunya sayup, sarat akan ketakutan. Sebuah tatapan tulus bagi sebagian orang, tetapi Light lebih suka mengabaikannya. Bukan karena Light benci ibu tiri. Hanya saja, ia merasa kalau Ratu Anastashia ini bukan sosok yang tepat untuk mendampingi ayahnya. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Light.
"Tuan muda, akhirnya kau sadar. A-aku sangat mengkhawatirkanmu. Ketika menemukanmu tergeletak di ruang hukuman, aku segera meminta para pengawal membawamu ke sini. Syukurlah kami tidak terlambat," terangnya sembari duduk di sisi Light.
Kendati sudah sebegitu niatnya bercerita, sang anak tiri justru buang muka. Light hanya menutup matanya, berharap ocehan gadis yang menyebalkan (menurutnya) itu segera berakhir. Ratu Anasthasia langsung paham. Ia diam. Jelas sekali raut kecewa yang terpatri di paras manis berambut hitam itu.
Tak lama sehabis aksi diam-diaman mereka, seseorang akhirnya datang ke klinik. Bukan Raja Vince, tetapi sudah cukup untuk membuat Light tersenyum girang. Sosok idola sekaligus kakak tirinya, Jenderal Blake, datang berkunjung.
"Apa saya mengganggu?" ujarnya ramah.
Ratu Anasthasia lantas menggeleng. "Tidak. Tidak sama sekali. Justru kau datang di waktu yang tepat."
Jendral Blake kemudian dipersilakan duduk di sisi Light. Melihat mata heterokrom itu, Light seakan dipertontonkan sosok pemimpin hebat. Salah satu alasannya rela berjuang demi diterima menjadi kadet Merlin adalah rasa kagum pada Jenderal Blake. Selain Jenderal yang jempolan, Blake Merlin juga seorang kakak yang menginspirasi.
"Kudengar Raja memberimu hukuman yang terlalu keras," kata Jenderal Blake. "Apa itu yang membuat Light Merlin sampai jatuh cinta dan mencium lantai?"
Light sontak tertawa. "Mungkin lantainya terlalu cantik. Atau ... hanya aku yang terlalu lemah dan mudah jatuh cinta."
"Jangan khawatir, Tuan Muda. Selama kau masih bisa tertawa, kurasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tentang hasil pelatihanmu kemarin, kita masih bisa perbaiki di pelatihan selanjutnya. Jika kau terus berusaha, cepat atau lambat Raja pasti akan bangga padamu." Jenderal Blake menyemangati.
"Kapan dia akan bangga padaku?" Light mengulang poin yang membuat hatinya nyeri. "Selama ini aku selalu memberikan usaha terbaikku. Aku bahkan mengorbankan masa kecilku demi memenuhi ekspektasinya. Tapi, aku di matanya hanyalah sebuah kegagalan."
Jenderal Blake tiba-tiba berdiri. Ia mengambil langkah menuju jendela yang tak jauh dari ranjang Light. Sembari menatap keluar, ia tersenyum tipis.
"Sejak kecil, aku dirawat oleh ayah dan ibumu, Tuan Muda. Mereka memperlakukanku seperti anak sendiri. Ketika kau masih belia, aku juga berjuang keras untuk masuk ke kesatuan Merlin. Setelah proses yang berat nan panjang, aku akhirnya bisa menjadi seorang Jenderal. Kupikir itulah puncak reputasiku. Ternyata aku salah."
"Jenderal Blake...." Ratu Anasthasia memanggil sang Jenderal, berharap ia menghentikan kisahnya.
"Tak apa. Aku yakin Tuan Muda bisa belajar dari pengalamanku. Kau tahu, Tuan Muda? Aku sangat bersemangat ketika memimpin penyerbuan perdana ke Alter Mars. Misi kami sederhana. Hancurkan pertahanan luar musuh, dapatkan sebagian kecil wilayahnya. Tak kusangka itu akan jadi mimpi buruk terbesarku sampai hari ini.
"Begitu banyak prajurit yang mati, termasuk para petinggi militer. Aku pulang dengan kegagalan dan dihinakan oleh rakyat Mars. Jadi, Tuan Muda, masihkah kau bersedih setelah tahu bahwa seorang Jenderal pun juga takkan dihargai meski telah mengerahkan seratus persen usahanya?"
Light sempat geming. Ia terpaku pada sepenggal pengalaman Jenderal Blake yang entah bagaimana serasa memantik semangatnya. Bara api di hati Light mulai membara. Lesunya berganti tekad, "aku menyerah"-nya berubah menjadi "aku siap berjuang".
"Suatu saat, aku akan jadi Jenderal ... sama sepertimu!" sahut Light yakin.
"Jangan." Jenderal Blake tertawa pahit. "Jadilah Jenderal yang jauh melampauiku. Seorang Merlin tidak pantas dan tidak berhak berada di bawah orang lain. Kau pasti bisa lebih baik dariku, Light. Apa aku salah?"
"Tidak, Pak!" timpal Light sigap, kembali menjadi sosok calon kadet yang baik. "Kau benar. Aku akan berjuang lebih keras agar bisa membuat ayahku--tidak! Bukan hanya ayah, tapi seluruh rakyat Mars bangga padaku."
"Bagus. Masih ada kesempatan untukmu. Kesempatan terakhir. Pada pelatihan ketiga minggu depan, buatlah sejarah terbaik. Sebab, pihak militer Merlin telah sepakat untuk pertama kalinya dalam sejarah. Kami akan menggelar pelatihan laut dalam. Semoga kau beruntung, Tuan Muda."
(Bersambung)
Mungkinkah beneran 😱😱
Meskipun ini pasti nadanya emosi tapi aku yang lagi nyari referensi kalimat makian buat tokohku malah demen wak 🤣
Semoga aja dia bisa mengemban itu
Aku suka aku suka
Aku ampe bingung mo dukung siapa karena awalnya mereka saklek semua 😅
Sekarang mungkin aku sudah menentukan pilihan
Dewa egois katanya
Tapi.... pasti ada plot twist nanti