My Secret Agent

Senja menyapa saat mereka semua sampai di Bandara Militer. Rombongan itu kemudian di angkut menggunakan sebuah truk menuju ke tempat Camp.

Misi mereka kali ini adalah meluluh lantakkan Desa Mafia senjata yang terdeteksi berada di tengah hutan. Tak hanya Mafia Senjata, mereka juga membuat peledak dalam jumlah yang cukup banyak.

Feylin sendiri tak menyangka, jika di wilayah terpelosok seperti itu, ada Desa Mafia yang selama ini hanya di ketahui oleh penduduk lokal saja.

Setelah bertahun - tahun lamanya, akhirnya keberadaan mereka pun terendus oleh Pemerintah yang langsung menggerakkan Militernya untuk membersihkan sarang mafia itu.

Butuh waktu selama empat jam perjalanan dari Bandara Militer dengan medan ekstrim untuk mereka sampai di Camp darurat yang sudah di siapkan oleh Anggota Militer yang bertugas di wilayah tersebut.

Tentu saja, mereka berada jauh dari Desa Mafia dan Desa Sipil untuk memudahkan rencana. Karena warga sipil yang mendapat ancaman, mau tak mau mereka akan memberikan informasi jika ada sesuatu yang mencurigakan.

Enam Anggota Agen Rahasia di tempatkan di barak yang sama dengan Anggota Militer lain. Seperti biasa, hanya Fey yang memiliki tempat 'spesial' di sana sebagai satu - satunya wanita.

Setelah makan malam, ketujuh anggota Agen Rahasia berkumpul bersama tiga komandan pasukan untuk mengatur strategi. Mereka yang berada di Desa itu, tentulah bukan orang - orang sembarangan mengingat mereka adalah mafia senjata api dan juga perakit bom.

Kesepuluh orang itu mengatur strategi sebaik dan seaman mungkin. Tak hanya misi yang harus mereka selesaikan. Namun, keselamatan mereka juga adalah hal yang sangat penting.

Setelah berjam - jam mengatur strategi dengan beberapa kali perubahan, mereka akhirnya bisa beristirahat saat dini hari setelah strategi mereka berhasil di buat.

Di pagi hari, semua Anggota Pasukan di kumpulkan untuk mendengarkan pengarahan. Mereka dengan serius memperhatikan setiap arahan yang di sampaikan oleh Komandan mereka. Anggota Agen Rahasia hanya mendampingi tanpa ikut campur memberikan arahan.

Mereka berencana berangkat menuju ke Desa Mafia saat hari mulai gelap. Estimasi waktu yang di tempuh untuk sampai di sana dari tempat Camp adalah lima jam berjalan kaki. Mereka memprediksi akan tiba di sekitar Desa pada tengah malam.

"Peralatan aman?" Tanya Axcel pada rekan - rekannya yang sedang berkumpul.

"Aman, Kak." Jawab mereka hampir bersamaan.

"Mana Eiodi (AoD)?" Axcel tampak celingukan mencari keberadaan Fey.

Eiodi (AoD) adalah sebuah julukan yang di sematkan oleh para Anggota Militer yang mengenal Fey. Eiodi (AoD) sendiri adalah singkatan dari Angel of Death.

Salah satu Anggota Militer Senior dari Jerman yang memberi julukan itu pada Fey saat mereka bekerja dalam misi yang sama.

Hingga saat ini, julukan itu pun melekat pada Fey dan rekan - rekannya banyak yang memanggilnya dengan julukan itu.

"Disini." Jawab Fey yang nampak berpeluh saat masuk ke dalam barak.

"Lah, abis ngapain, Lo? Keringetan sampe kayak gitu. Lo abis lomba lari sama Harimau?" Tanya El.

"Enggak, abis bantuin Kancil kabur dari Harimau." Sahut Fey yang membuat rekan - rekannya tertawa.

Wanita cantik itu kemudian ikut bergabung untuk memeriksa peralatan miliknya. Fey mulai memeriksa dengan teliti senapan kesayangannya.

Ia juga memeriksa Earpice yang di gunakan untuk ketujuh Anggota Agen Rahasia berkomunikasi dan berkoordinasi.

"Lo gak takut, Kak?" Tanya Yuan pada Fey. Yuan adalah anggota yang baru bergabung dan ini adalah pengalaman pertamanya menjalankan misi khusus.

"Kalo gue takut, sekarang gue lagi kelonan sama guling di rumah, Yu!" Jawab Fey.

"Pertanyaan lo aneh, Yu. Setan yang gak kelihatan aja sungkem waktu ketemu sama Kak Fey." Imbuh Andre yang membuat mereka terkekeh.

"Bener - bener gak ada takutnya sih Eiodi kita ini." Sahut Doni.

"Ada satu hal yang paling dia takutin." Kata El yang memancing semua Juniornya untuk melihat ke arahnya.

"Apaan, Kak?"

"Siapa?"

"Serius ada?" Tanya mereka bergantian, namun hampir bersamaan.

"Laki gue!" Sahut Fey sebelum El menjawab pertanyaan rekan - rekannya.

Elno dan Axcel tertawa geli. Namun berbeda halnya dengan kelima Junior mereka yang nampak kebingungan.

"Gue lebih baik di suruh lari di antara peluru yang terbang dari pada harus liat Suami gue marah. Marahnya itu serem banget." Ujar Fey menjelaskan.

Tak ayal, jawaban Fey itu akhirnya membuat mereka tertawa namun cukup penasaran dengan sosok Suami Fey.

Mereka berempat hanya mengetahui bagaimana hubungan Fey dengan Suaminya yang tak baik. Tetapi belum tau seperti apa sosok Suami yang bisa membuat nyali seorang Eiodi ciut.

  "Udah - udah! Hoby banget lo padaan gunjingin rumah tangga gue. Kayak gak punya bahan gunjingan lain aja. Noh, gunjingin si Andre yang baru dapet hadiah dari mantan pacarnya." Cicit Fey yang membuat perhatian rekannya langsung tertuju pada Andre.

"Kok lo bisa tau, Kak?" Tanya Andre dengan wajah tak percaya.

"Taulah. Telinga sama mata gue ada di mana - mana. Jadi jangan macem - macem sama gue." Sahut Fey sambil tertawa.

"Njir! Gak bisa nyimpen aib kalo sama Kak Fey." Kata Yuan.

"Kayaknya kalo sampe kita nyimpen aib, tu aibnya yang bakal cerita sendiri ke Kak Fey." Timpal Doni.

"Apaan, Ndre?" Tanya Elno yang penasaran karena laporan Fey.

"Itu, jadi beberapa waktu lalu, mantan pacar gue datengin gue. Dia bawa anak gue." Jawab Andre yang kemudian menceritakan masalahnya pada rekan - rekannya.

Ya, tak hanya sebagai rekan. Hubungan mereka semua sudah seperti saudara. Sangat dekat, hingga sepertinya tak ada hal yang perlu di tutupi lagi, bahkan aib sekalipun.

Tak perlu khawatir tentang rahasia, tentu kedelapan orang itu akan saling menjaga rahasia rekan mereka.

"Gila lo! Kenapa lo terima gitu aja?"

"Harusnya lo tes DNA dulu sebelumnya, Ogeb!"

"Apa kata keluarga lo?"

Pertanyaan - pertanyaan itu seketika muncul saat Andre selesai membicarakan masalah yang sedang ia hadapi.

"Ya gimana? Gue percaya aja, soalnya emang gue sering ngelakuin itu sama dia." Jawab Andre.

"Terus gimana dong?" Tanya Yuan.

"Ya anak itu bakal gue rawat lah. Lagian juga gue terlanjur sayang. Tiap lihat matanya, hati gue rasanya luluh." Jawab Andre.

"Gak usah khawatir, orang tua dia gak cuma lo. Gue juga gak keberatan kalo misal dia nganggep gue Tantenya." Kata Fey.

"Selama ada Aunty rich Fey ini, idup anak lo dan anak - anak kita pasti aman." Celetuk Elno.

"Hm. Aunty rich gak tuh." Gelak Yuan.

"Berasa kayak Ibu Panti Asuhan, gue" Kekeh Fey.

"Iya, tenang aja! Bilang sama kita - kita kapanpun lo butuh bantuan." Imbuh Axcel yang di jawab anggukan setuju oleh anggota yang lain.

"Thank's ya. Kalian semua yang selalu mengerti tanpa perlu menghakimi." Ujar Andre yang terharu dengan ketulusan rekan - rekannya.