Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Sedekah
Akhirnya hari itu Doni bolos kerja. Ia lebih memilih jalan untuk menghabiskan waktunya dengan Siska. Dari pagi hingga malam.
Tak lupa mereka kembali membahas rencana pernikahan mereka, ketika Doni mengajak Siska mampir ke rumahnya.
Tepat pada hari Minggu, pesta itu akan diadakan.
Siska memilih MUA yang terkenal, agar kecantikannya semakin bersinar.
Doni ingin menyewa jasa wedding organizer yang terkenal, agar hari pernikahannya akan di kenang sepanjang masa oleh seluruh tetangganya.
Dan bu Mirna juga ingin menyewa jasa catering terbaik di kotanya. Agar semua tetangganya tahu jenis makanan yang enak, yang cocok disuguhkan pada tamu undangan. Ia sangat bosan ketika menghadiri acara hajatan ditempat tetangganya, menunya selalu itu-itu saja.
Senyum mengembang di wajah ketiganya saat membayangkan hari itu tiba.
Setelah semua persiapan pernikahan deal, Doni berpamitan untuk mengantar Siska pulang.
**
Hari berikutnya, Doni masih bolos kerja. Ia sengaja untuk datang ke rumah Mala. Untuk membahas soal pengalihan kekuasaan perusahaan, seperti yang dijanjikan Mala tempo hari.
Dengan berpakaian rapi dan tak lupa menyemprotkan parfum ke segala penjuru ketiaknya.
Dan setelah berpamitan pada ibunya, ia melajukan mobilnya menuju rumah mewah Mala. Sepanjang perjalanan ia terus bersiul sambil memperhatikan kiri dan kanan jalan dengan santai.
Satpam rumah yang sudah hafal betul dengan mobil milik bosnya segera membukakan pintu untuk Doni.
"Enak benar hidup jadi orang kaya. Pintu dibukakan, makan disiapkan, kerjaan cuma duduk-duduk santai di kursi empuk, uang masuk ke rekening bagai air mengalir. Hem, aku harus cepat-cepat ambil alih seluruh kekuasaan istri pertama. Dan akan aku nikmati bersama istri kedua. Siska seorang." gumam Doni dengan senyum sinisnya.
Ia memarkirkan mobilnya di depan teras, lalu membuka pintu jati dengan penuh ukiran tanpa permisi.
"Astaghfirullah, mas Doni." ucap bibi tersentak kaget, ketika Doni melenggang masuk, dan melewati bibi yang tengah mengelap meja.
"Memang bibi pikir aku siapa? Masa masuk ke rumah sendiri harus pakai acara ketok pintu segala." ucap Doni tanpa memiliki sopan santun sedikit pun.
Ia berjalan menaiki tangga menuju kamar Mala. Sedangkan bibi yang melihat kelakuan Doni, justru geleng-geleng kepala.
Mala dan kedua orang tuanya, meskipun orang kaya, tidak pernah berbuat seenaknya, dan selalu sopan pada para asisten rumah tangganya. Mereka selalu menyapa saat pulang dari suatu acara. Jauh berbeda dengan Doni.
Bibi tak menyangka, jika suami majikannya kini berubah secepat itu. Dulu ketika masih ada kedua orang tua Mala, sikap Doni sangat baik pada para asisten rumah tangga di tempat itu.
"Mala." seru Doni sambil membuka pintu kamar istrinya. Terlihat wanita itu tengah membaca buku untuk menghilangkan kebosanannya.
"Mas Doni." ucap Mala dengan seulas senyum.
Walaupun hati Doni merasa jijik ketika bertemu dengan istri sahnya itu, ia tetap menyunggingkan senyum pada Mala. Demi melancarkan tujuannya, menguasai seluruh kekayaan wanita buruk rupa yang ada dihadapannya.
"Iya sayang." balas Doni sambil menghampiri Mala.
"Mawar merah untuk istri ku yang cantik jelita." ucap Doni, sambil melingkarkan tangannya ke bahu Mala, dan mengecup pelan kening istrinya dengan perasaan jijik yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Berbeda halnya dengan Mala yang sangat meresapi ketika Doni mengecup keningnya.
Ia sangat bersyukur, di balik musibah yang ia terima, ternyata ada orang yang dengan tulus menyayangi dan menerimanya dengan setulus hati atas segala kekurangannya.
"Terima kasih mas. Bunganya sangat harum dan cantik." ucap Mala sambil menghirup dalam-dalam aroma bunga mawar itu.
"Mawar itu seperti kamu sayang. Cantik dan harum." dusta Doni.
Laki-laki tak bermodal itu sengaja memetik bunga mawar dari pekarangan rumah Mala, dan dipersembahkan untuk istri buruk rupanya.
"Oh iya sayang, katanya kamu mau segera mengurus segala hal yang berhubungan dengan pengalihan kekuasaan perusahaan untukku. Sudah belum?"
Alih-alih ia menanyakan keadaan istrinya, ia justru bertanya hal itu dengan tidak sabaran.
"Nanti sore katanya mau di urus oleh bu Ningrum, asisten papa. Soalnya ku pikir kamu datangnya kesini sore sehabis pulang kerja." tutur Mala, dan Doni menghirup nafas panjang.
"Ya sudah tidak apa-apa sayang."
"Oh iya mas, kenapa kamu hari ini tidak masuk kerja?”
"Aku sengaja minta ijin untuk menemani istri ku seharian ini di rumah. Melayani dengan sepenuh hati bak ratu dalam hidupku." Doni menaik turunkan kedua alisnya, membuat Mala terkekeh. Namun setelah itu ia kembali memeluk suaminya dengan penuh perasaan cinta.
'Enak saja, memangnya aku pembantu yang harus melayani wanita cacat seperti dia. Duh, sepertinya keluarga Mala kebanyakan dosa, makanya di hukum sama Tuhan dengan kecelakaan sampai meninggal dan kaki anaknya cacat. Mungkin mereka kurang sedekah. Maka dari itu Mala, supaya dosa keluarga mu berkurang, seluruh harta mu mending disedekahkan ke aku saja. Pasti deh, nanti kaki mu langsung sembuh.' batin Doni sok bijak.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘