Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.
"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.
"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"
Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.
"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.
David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.
"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
17
Arda mengangguk setuju dalam hati. Dia terlampau akrab dengan kelakuan Tia yang datang dan pergi sesuka hati, persis seperti jailangkung. Sambil menyadari kebodohan ucapannya tadi, Arda reflek menggaruk keningnya yang sama sekali tidak gatal.
"Aku sering lupa, dia itu licin dan berbahaya seperti belut listrik, David!"
"Ayolah, kau tahu sendiri bagaimana Tia. Tidak ada gunanya memikirkannya, karena dia akan tetap melakukan apa pun yang diinginkannya. Bukannya aku tidak peduli, tapi memang tidak ada yang bisa kita lakukan selain mengawasinya dari jauh. Hanya buang-buang waktu jika kita mencoba mengatur si gadis jailangkung itu, Arda!" balas David.
Arda menghela napas panjang. Tia memang seorang gadis yang luar biasa kuat dan cerdas. Mewarisi hampir semua karakter dari Bibi. Soal kecantikannya, tak perlu diragukan lagi. Kalau saja Tia bukan sepupunya, sudah pasti Arda akan mengejarnya dan menjadikannya kekasih. Sayangnya, niat itu tak mungkin terwujud karena mereka terikat hubungan darah.
"Aku tahu, kau pasti sedang menyesali nasibmu karena terlahir sebagai sepupu dari aku dan Tia, kan?" sindir David, geli dengan isi kepala Arda.
Arda tertawa terbahak-bahak. Ia sudah terbiasa dengan keahlian David menebak pikiran orang lain secepat kilat. Arda tak menyangka David punya kemampuan seperti itu. Selama ini, ia dan sepupu-sepupu lainnya hanya menganggap itu sebagai salah satu keunikan si pria dingin dan kaku ini.
"Oh ya, David, Tia sudah tahu belum soal dimana Sea?" tanya Arda sambil melirik gadis kecil yang tertidur pulas.
Menggemaskan. Hanya itu yang bisa Arda pikirkan saat ini.
"Arda, jangan berani menatap Sea lebih dari sedetik, atau kucungkil matamu saat ini juga!" ancam David dengan nada geram, menyadari sepupunya terus memandangi Sea.
"Astaga, David, kau ini posesif sekali. Anak sekecil itu pasti merasa terkekang berada di dekatmu!" protes Arda sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kau salah, Arda. Sea tidak pernah sekalipun menolak apa pun yang kulakukan padanya. Dia bahkan tidak pernah bertanya mengapa aku mengurungnya di rumah!" jawab David dengan bangga akan kepatuhan gadis kecil itu.
"Apa?! Jadi, Sea selama ini berada di rumah mu?Kenapa kau tega mengurung gadis selucu itu di istanamu, David?" tanya Arda dengan nada terkejut.
"Ini bukan paksaan, tapi lebih karena keadaan yang mendukung. Alasan aku mengurungnya adalah karena aku tidak rela jika ada pria lain yang menikmati kecantikan Sea. Kau lihat sendiri betapa menggemaskannya dia? Aku sudah memutuskan hanya mataku saja yang boleh melihatnya. Hanya David Radeya yang berhak memiliki apa pun yang melekat di tubuh Sea!" jawab David tanpa ragu.
Mulut Arda terbuka lebar. Ia tidak menyangka David ternyata memiliki sikap posesif yang begitu mengerikan.
"David, kau gila!"
"Aku tahu. Tapi sayangnya aku hanya tergila-gila pada satu wanita, tidak seperti dirimu yang selalu menggila di hadapan puluhan wanita berdada besar!" sahut David dengan nada mengejek.
"Itu tandanya aku masih normal. Hey...memangnya aku tidak tahu apa yang paling kau sukai pada tubuh Sea, hah?! Kau juga menyukai dadanya yang sintal itu kan?! Sialan kau!" umpat Arda kesal.
*****
Sore harinya
"Selamat datang kembali, Nona Muda!" sapa Yudi sambil membungkuk hormat pada Tia yang baru keluar dari mobil.
Tia mengangguk singkat, menyerahkan kunci mobil pada penjaga.
"Bagaimana harimu, Yud? Apa pria menyebalkan itu membuatmu repot?" tanya Tia sambil melangkah masuk ke rumah.
Yudi menggeleng, mengikuti langkah Nona Mudanya dari belakang.
"Saya baik-baik saja, Nona Muda, terima kasih. Tuan Muda tidak pernah merepotkan kami."
Tia mendengus sinis. Beruntung sekali saudara kembarnya memiliki bawahan setia seperti Vino dan Yudi. Keduanya selalu kompak menutupi semua kesalahan yang dibuat oleh saudara kembarnya itu.
Langkah Tia terhenti saat mendengar suara pecahan dari arah dapur. Ia pun bergegas menghampiri.
"Siapa anak kecil ini?" gumamnya dalam hati.
Alis Tia berkerut mendapati seorang gadis kecil tengah sibuk memunguti pecahan mangkuk di lantai. Senyum kecil tak bisa dicegahnya melihat betapa menggemaskannya gadis itu dengan apron merah muda kebesaran yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.
"Aduh... Bos pasti marah besar kalau tahu aku memecahkan mangkuk di rumahnya. Bagaimana ini!" keluh Sea merutuki kecerobohannya.
Merasa gemas dengan tingkah polos gadis kecil itu, Tia mendekat.
"Hai, manis. Siapa namamu?"
Seseorang di sampingnya hampir terjatuh ke belakang karena kaget. Matanya berkedip-kedip ketika melihat seorang wanita menawan tersenyum padanya.
"Wah, cantiknya," bisik Sea tanpa sadar.
Tia tertawa pelan, langsung menyukai gadis kecil itu.
"Ayo bangun. Biarkan para pelayan yang membereskan kekacauan ini," ujar Tia sambil mengulurkan tangan.
Sea dengan cepat menerima bantuan itu. Ia mengikuti Tia keluar dari dapur dan duduk bersama di ruang tengah.
"Nona cantik, apakah kamu penghuni kamar baru disini?" tanya Sea setelah mereka duduk berdampingan.
"Penghuni kamar? Apa maksudmu?"
"Betul sekali! Aku juga salah satu penyewa di rumah ini!" jawab Sea dengan polos.
Tia mulai paham sekarang. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh kembarannya di balik semua ini.
"Dimana letak kamarmu?" tanya Tia, penasaran.
"Di lantai paling atas, Nona cantik. Aku menyewa kamar yang paling besar di rumah ini!" jawab Sea sambil menunjuk ke lantai atas.
Hening.
Kamar di lantai atas adalah ruangan yang paling sakral di rumah itu karena kamar itu di huni oleh sesosok makhluk dingin dan kaku bernama David Radeya, yang tak lain adalah saudara kembarnya sendiri. Selama Tia menjadi adiknya David, dia tidak pernah sekalipun melihat ada orang lain yang di izinkan masuk ke kamar itu. Bahkan pelayan yang bertugas membersihkan kamar itupun harus melewati seleksi yang sangat ketat dari Yudi. Ya, saudara kembarnya itu menderita OCD akut seperti ibunya. Dia sangat tidak suka barang-barangnya di sentuh oleh orang lain. Tapi baru saja gadis kecil itu bilang kalau dia tinggal di ruangan sakral itu. Mungkinkah Tia telah melewatkan sesuatu yang sangat penting tentang saudara kembarnya?.
"Jadi David..."
"Nona Muda!" panggil Yudi memotong ucapan Tia.
Tia menoleh ke arah Yudi dengan kening berkerut.
"Ada apa, Yud?" tanyanya.
"Nona Muda, bisakah kita bicara sebentar?" pinta Yudi.
"Katakan saja disini!" jawab Tia santai.
Yudi menggelengkan kepala.
"Ini pesan penting dari Tuan Muda. Saya tidak bisa sembarangan mengatakannya, Nona Muda!"
Tia mendengus sebal. Ia kemudian tersenyum pada gadis kecil itu sebelum mengikuti Yudi.
"Tunggu sebentar disini. Jangan pergi kemana-mana!"
Sea mengangguk patuh.
"Dia sangat menawan. Wajahnya juga sangat mirip dengan bos David!" bisik Sea pelan.
Setelah tiba di ruang tamu, Tia menatap Yudi dengan penuh rasa ingin tahu. Ia berniat menggali informasi lebih dalam.
"Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang penting tentang David dan gadis kecil ini, Yud. Bisakah kau beritahu aku sekarang?" tanya Tia sambil mengangkat alis.
Yudi memandang wajah Nona Muda dengan cermat. Perasaannya tidak nyaman.
"Nona Muda, Nona Sea belum tahu siapa pemilik rumah ini. Dan tadi hampir saja Anda menyebutkan nama Tuan Muda di depan Nona Sea!" jawab Yudi dengan suara pelan.
Mata Tia membelalak kaget.
"Jadi gadis kecil itu tidak tahu siapa sebenarnya pemilik rumah ini?" tanyanya dengan nada terkejut.
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak