Novel pertama. Mohon saran dan kritikannya..
''Nona kenapa? Astaga, tunggu Bibi akan panggil Dokter dulu'' kata Bibi Yun sambil berlari kearah pintu.
"Huff ternyata aku terlahir kembali dalam tubuh gadis lemah ini. Dan wanita tadi itu pengasuhnya Bibi Yun'' gumam Vio pada dirinya sendiri sambil memijit pelipisnya yang masi terasa pusing dan mengingat kembali kejadian kekerasan yang masi terlintas di kepalanya.
'' Brengsek kalian semua'' ucapnya dengan dingin dengan mata yang tajam. Tenang saja Viona, aku Viora berjanji akan membalas semua yang mereka lakukan padamu, karena jiwaku berada dalam tubuhmu, maka mulai saat ini tubuhmu menjadi milikku, Hee tunggu pembalasanku.
"Aku Viona Lili Jacklin akan membalas semua kejahatan kalian."
Apakah Viona berhasil membalaskan dendamnya? Yukk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriani Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Dibegal
Saat ini Viona berada Diatas pohon yang ada di pinggir danau didekat taman, dia menyuruh Kakaknya untuk pulang terlebih dahulu dengan alasan dia ingin jalan jalan sebentar.
Cukup lama berdiam juga mebuatnya bosan, tiba-tiba Viona mendengar suara seseorang pemudah yang lagi mencurahkan isi hatinya.
Pemuda itu bersandar di bawah batang pohon di mana Viona berada di atasnya. ''Aku harus lebih menghemat lagi untuk dapat membeli obat buat Ibu, maafkan aku Bu, aku belum bisa membawa Ibu ke Rumah Sakit, aku hanya mampu membelikan Ibu obat.''
''Hasil dari memulung menjual kayu bakar dan jadi tukang Kuli hasilnya tidak seberapa, karena banyaknya pesaing. Tapi syukur masih bisa buat makan sehari hari.''
''Demi dapat membeli obat Ibu aku harus menahan lapar, apa boleh buat jika tidak seperti itu Ibu tidak akan bisa sembuh.''
''Aku harus mencari pekerjaan tambahan, tapi apa.? Mencari pekerjaan sekarang sangat susah dan hanya bermodal Ijazah SMA. Malah cuman di hina, dicaci maki, diusir, kenapa? Apa salahnya jika seorang pemulung melamar kerja! Hufff.''
Pemuda itu hanya mencurahkan semuanya dalam hati sembari bersandar dan menutup matanya, takut jika ada orang lewat dan mendengarnya. Tapi dia tidak tau jika Viona mendengar semua itu.
Viona terdiam mendengar semua curahan hati pemuda itu. ''Aku harus lebih banyak lagi bersyukur.'' gumamnya pelan sembari menoleh kebawah.
Viona terkejut, pemuda itu sudah tidak ada lagi di bawah pohon. ''Kemana perginya pemuda itu,? Hmm sudahlah, jika rejekinya pasti akan bertemu lagi.
Di saat perjalanan pulang Viona merasakan ada yang mengikutinya sedari tadi, saat melihat di kaca spion dugaannya benar, ada dua motor dan saling berboncengan.
Viona sengaja mencari tempat yang sepi agar orang sekitar tidak ada melihatnya. Ternyata Viona menuju kearah jalan masuk hutan. Viona berhenti dan menyapa orang yang mengikutinya itu.
Viona hanya memasang wajahnya dengan santai tanpa ada rasa takut sedikit pun melihat empat orang preman itu. ''Hanya tikus got'' gumamnya pelan.
Melihat wajah Viona yang sangat santai membuat empat preman itu sangat geram, karena ini pertama kalinya melihat orang tidak takut dengan mereka yang berwajah sangar itu dengan tato memenuhi badannya.
Viona ingin tertawa tapi berusaha menahannya, sangar dari mananya, ''Apa kalian kurang kerjaan sampai harus mengikutiku.?'' tanya Viona yang hanya terdiam dari tadi.
Preman yang gendut maju kedepan dan berkata. ''Ya nona cantik kami sangat kurang kerjaan sehingga membututimu.'' ucapnya dengan nada megejek.
Viona tidak ingin basa basi terlalu lama. ''Katakan siapa yang menyuru kalian dan apa tujuannya?'' tanya Viona tegas dengan mata tajamnya.
Preman melihat itu berpikir jika nona di depannya itu memiliki dua kepribadian. ''Hee nona tidak ada yang menyuruh kami dan masalah tujuan tentu untuk mengambil semua barang berharga milikmu.''
''Jika kalian bisa mengambilnya akan aku berikan dengan percuma.'' ucap Viona beranjak dari motornya.
Merasa terhina preman itu menjadi emosi. ''Jangan meremehkan kami nona, kami harap anda tidak menangis.'' balas preman yang lain.
Sudah banyak waktu yang terlewat dengan percuma. ''Cukup basa basinya. Kalian bertiga hajar nona itu dan saya akan menggeleda motornya.''
Preman gendut itu yang maju terlebih dahulu. ''Nona jika kamu langsung memberikan barang barangmu kami akan melep..'' belum selesai ucapannya dia sudah terkapar di tanah..
Buugh,. Buugh. krek krekk Bug1h.
Viona terlebih dahulu menghantamnya, menendang dan mematahkan tangannya. ''Ohh sangat lemmaah.'' ucapnya dengan nada mengejek.
Melihat temannya yg sudah babak belur tiga preman lainnya menjadi sangat marah. ''Kurang ajar beraninya kau mematahkan tangan kawan kami?''
Hoho kawan sejati. ''Ck kalian yang memulai, kenapa kalian yang marah, dasar pengecut.'' kata Viona sengaja agar preman itu emosinya terpancing.
Dan benar saja mereka semakin marah dan emosi di katai pungecut oleh seorang wanita, ''Kita kroyok saja dia, baru dia tau rasa.''
Terlihat perkelahian yang tidak memadai di mana tiga preman melawan seorang wanita, Tapi bagi Viona itu hanya olahraga kecil baginya.
Buugh Bugh Bugh
Krekk Krekk Krekk
Seeett Seeett Seeett
Perkelahian yang tidak sebanding itu hanya memakan waktu selama tiga menit, tiga preman itu sudah babak beluar lebih parahnya mereka mendapat sayatan di bagian punggung mereka.
Viona tidak terluka sedikit pun, merasa sudah cukup Viona mendekat. ''Dengar baik baik, sayatan itu tanda pengenalan dariku.'' kata Viona tegas ''Dan ini ambillah untuk mengobati luka kalian.''
''Dan satu lagi saya ingin besok kalian menemuiku di taman tadi. Awas saja jika kalian tidak datang saya yang akan mencari kalian dan memenggal kepala kalian'' gertaknya.
Setelah berkata seperti itu Viona pergi mengendarai motornya bergegas untuk pulang. Viona menggunakan sebuah belati kecil yang dia ambil dari ruang dimensinya.
Viona hanya perlu memejamkan mata dan membayangkan apa yang dia inginkan dari di mensinnya.
Dan Viona meminta bertemu preman itu lagi pasti ada sebab atau sesuatu yang dia inginkan. Dan semua kejadian itu tak luput dari dua pasang mata, yang tak jauh kejadian.
...----------------...
~Flasback On
Setelah mengadakan rapat di salah satu hotel ternama mereka segara ke kantor pusat. ''Rik cari jalan yang lain agar tidak terjebat macet.''
Riki yang sebagai tangan kanannya sekaligus orang kepercayaannya hanya menurut. ''Baik Tuan, tapi kita harus berputar dulu untuk lewat jalan itu.''
''Tak masalah!'' ucap singkat padat dan jelas dengan wajahnya yang datar tidak ada senyum sama sekali.
Riki sudah terbiasa dengan hal itu. Dia tau semua tentang Tuanya itu, yang berwajah datar dingin dan tegas serta tatapan matanya yang tajam. Tapi di balik semua itu dia orang yang sangat penyayang.
Tibalah mereka di jalan yang sepi, di mana hanya terlihat pepohonan dan semak belukar, ''Berhentih!'' perintahnya tegas.
Riki yang mendengar Tuannya tiba-tiba menyuruhnya berhenti dia pun langsung menepi. ''Tuan kenapa kita berhenti disini, apa terjadi sesuatu?''
Dia tidak menjawab pertanyaan Asistennya itu. Dan hanya fokos menatap lurus ke arah samping.
Riki yang tidak menerima jawaban dari Tuannya hanya bisa bersabar, dan dia mengikuti arah pandang tuannya itu. ''Astaga itu pembegalan. Apa saya harus turun membantu gadis itu tuan?''
Masih fokos dengan apa yang dilhatnya. ''Tidak perlu, dia tidak akan terluka'' ucapnya masih dengan wajah dinginnya.
Beberapa menit berlalu, dan ternyata apa yang di katakan Tuannya benar adanya. ''Anda benar tuan gadis itu tidak terluka sama sekali. Wah siapa gadis itu? Dia sangat hebat.''
Setela melihat jika gadis itu baik-baik saja Riki dan Tuannya itu meneruskan perjalanannya. Mereka tidak melihat sampai akhir, dan mereka juga tidak bisa melihat wajah gadis itu karena memakai masker.
Yaa gadis itu adalah Viona di mana dia melawan para preman itu. Viona juga tau kalau ada mengintainya dari jauh. Insting penglihatan dan pendengerannya semakin menajam setelah memakan buah ajaib.