“Barang siapa melancarkan rezeki orang lain, rezekinya juga akan dilancarkan. Dan barang siapa menghambat rezeki orang lain, rezekinya pun juga akan dihambat sampai tujuh turunan.”
***
Rahayu Tejo, mandor proyek perempuan telah menandatangani kontrak kerja untuk tugas melanjutkan suatu proyek perumahan yang telah mangkrak selama bertahun tahun.
Rahayu Tejo tidak tahu jika ternyata proyek perumahan itu telah memakan banyak korban pekerja proyek. Maka akhirnya proyek itu mangkrak karena orang orang tidak mau bekerja di proyek itu.
Ada misteri apa di proyek itu, hingga telah memakan banyak korban? Apa karena ada satu pohon yang konon ceritanya sangat angker di lokasi proyek itu atau ada hal lain?
Apa Rahayu Tejo mampu melanjutkan proyek yang telah memakan banyak korban dan banyak dihuni hantu itu? Atau dia justru menjadi korban?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5.
“Kenapa tidak boleh Pak?” tanya Respati sambil melangkah keluar dari rumah.
“Pohon duwet itu sudah mengganggu orang lewat. Orang jalan dan naik motor saja terganggu apalagi mobil mobil yang akan datang membawa material jika proyek ini sudah dimulai lagi.” Ucap Respati lagi.
“Pokoknya jangan ya Pak.” Ucap Pak Kadus.
Pak Kadus melangkah mengikuti Respati tidak lupa menoleh sekilas untuk melihat wajah cantik Yayuk. Yayuk yang juga penasaran kenapa pohon duwet itu tidak boleh dipangkas oleh suaminya ikut melangkah dan berdiri di teras rumah itu.
“Harus ada alasannya Pak. Apa sampeyan yang menghendaki pohon itu di situ biar proyek ini tidak berlanjut dan sam...” ucap Respati tidak berlanjut .
Respati melonjak kaget karena pundaknya ditepuk sangat keras oleh Pak Kadus..
“Pak, bukan begitu Pak. Saya tidak mau mengatakan penyebabnya karena saya khawatir sampeyan dan istri sampeyan takut.” Ucap Pak Kadus agak keras lalu menoleh ke arah Yayuk yang masih berdiri.
“Katakan saja Pak.” Saut Yayuk.
“Iya Bu Yayuk, akan saya katakan. Saya juga tidak mau kalau dikira saya menghalangi proyek ini untuk dilanjutkan lagi. Nanti dikira saya ingin memiliki mobil dan motor Pak Duta.” Ucap Pak Kadus yang kini menatap tajam ke arah Respati yang sudah berdiri di dekat motor.
“Pohon duwet itu ada penunggunya, penunggu yang tidak sembarang orang bisa melihatnya.” Ucap Pak Kadus selanjutnya.
Respati yang penakut mengusap tengkuknya yang tiba tiba mulai meremang.
“Dan orang orang yang memangkas ranting atau dahan pohon duwet menjadi sakit. Boleh percaya boleh tidak. Terserah sampeyan Pak. Bahkan ada yang sampai meninggal dunia.” Ucap Pak Kadus dengan nada serius.
Pak Kadus menatap Respati dan menoleh ke arah Yayuk. Lalu dia menatap Mbah Seno yang sedang merumput dan sejenak berhenti turut mendengarkan ucapan Pak Kadus. Dari pandangan Pak Kadus ke Mbah Seno tampaknya tersirat suatu pesan. Kepala Pak Kadus pun mengangguk ke arah Mbah Seno.
“Ayo sekarang antar saya Pak, keburu siang. Saya ada rapat di balai desa pagi ini.” Ucap Pak Kadus selanjutnya.
Respati yang masih meremang bulu kuduknya dan berdebar debar jantungnya, mulai naik ke atas motor dan menyalakan mesin motornya. Dia tidak berani bertanya penunggunya apa, karena takut terbayang bayang. Dan terbawa mimpi di tidurnya.
Sedangkan Yayuk yang masih berdiri di teras rumah itu, menoleh menatap Mbah Seno yang sudah mulai lagi merumput.
“Benar Mbah yang dikatakan Pak Kadus tadi?” tanya Yayuk.
Mbah Seno kembali berhenti menyabit rumput dan menoleh ke arah Yayuk.
“Benar Bu Yayuk. Ada penunggunya. Dan orang orang yang memotong ranting atau dahan pohon itu menjadi sakit. Dan ada yang meninggal seperti yang dikatakan Pak Kadus tadi.” Ucap Mbah Seno dengan serius.
“Saya sendiri pernah mengalami Bu. Untung masih bisa tertolong.. siang saya memangkas ranting ranting pohon itu. Pulang tidak masalah apa apa. Tapi malam hari, tubuh saya meriang. Sekujur tubuh sakit semua. Kulit jadi warna biru ungu, macam orang habis diantemi Bu. Dan saya tidak bisa tidur karena mimpi buruk terus .. hiiii... ” ucap Mbah Seno lagi.
Dia mengangkat kedua pundaknya sambil geleng geleng kepala dengan cepat. Bergidik ngeri membayangkan mimpi buruknya.
“Saya kapok Bu.” Ucap Mbah Seno lalu dia kembali menyabit rumput.
“Penunggunya apa Mbah? Dan sampeyan sembuh diobati apa?” tanya Yayuk yang masih penasaran .
“Wah penunggunya macam macam Bu. Kata orang orang ada banaspati, ada putih putih. Ada grendowo yang hitam besar berbulu itu.. Di dalam mimpi buruk saya, ya saya melihat gendruwo itu Bu.. saya mau dicekik tangannya besar besar hitam dan berbulu ..”
“Saya sembuhnya yang diobati macam macam Bu.. Isteri saya itu yang pontang panting cari obat dan syarat.. Wis Bu, tidak cucuk dengan ongkos yang saya terima.. keluar banyak uang untuk cari obat dan syarat. Mana badan saya sakit semua.. “
“Mbah Seno diobati di mana? Dicarikan syarat di mana? Ada orang pinter di sini Mbah?” tanya Yayuk yang masih penasaran.
Mbah Seno kembali berhenti menyabit rumputnya dan kembali menatap Yayuk. Ekspresi wajahnya terlihat sangat serius.
“Ke mana mana Bu. Ke puskesmas, ke rumah sakit, ke pak ustad, ke orang orang pinter. Isteri saya sampai ke Klaten mencari orang pinter yang katanya sakti. Tapi juga tidak sembuh.. Sembuhnya saya dibawa ke Mbah Arjo..”
Yayuk mendengarkan ucapan Mbah Seno dengan serius. Di hatinya ada secercah harapan karena terbukti Mbah Seno bisa sembuh.
“Rumah Mbah Arjo di mana Mbah? Apa orang orang tidak berobat ke sana Mbah?” tanya Yayuk lagi.
“Mbah Arjo orang sini saja Bu. Rumahnya di atas bukit. Tapi orangnya sudah meninggal. Dan yang saya alami itu sudah lama Bu.. Sebelum kejadian itu..” ucap Mbah Seno tidak berlanjut dia kembali menyabit rumput rumput. Ekspresi wajahnya tampak takut bercampur sedih.
“Kejadian apa Mbah?” tanya Yayuk yang semakin penasaran dan kecewa karena ternyata Mbah Arjo sudah meninggal.
Mbah Seno tidak menjawab, bibirnya tertutup rapat. Dia mempercepat kerjanya menyabit rumput rumput. Rasa rasanya Mbah Seno ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan cepat cepat pulang.
“Mbah kejadian apa? Tolong katakan Mbah. Saya sekarang yang tinggal di sini. Saya orang baru dan pendatang Mbah. Tolong beri kami informasi yang lengkap. Pak Duta orang Jakarta tidak tahu menahu masalah di sini kalau tidak mendapatkan laporan dari orang yang ada di sini.” Ucap Yayuk dengan suara agak keras.
Yayuk juga teringat akan ucapan Pak Sopir yang tidak berlanjut saat akan menceritakan suatu kejadian. Seperti mereka berdua takut untuk mengucapkan.
Mbah Seno kembali menoleh ke arah Yayuk.
“Bu Yayuk jangan bilang ke Pak Kadus atau Bu Kadus ya.. kalau saya yang cerita. Saya sudah dipesan agar tidak bicara hal ini, katanya agar Bu Yayuk tidak takut.”
“Iya Mbah, saya tidak akan bilang ke Pak Kadus atau Bu Kadus.” Ucap Yayuk yang sudah tidak sabar menunggu cerita dari Mbah Seno. Ada kejadian apa di dalam lokasi proyek itu.
“Sejak Yatmi mati gantung diri di pohon duwet itu..” ucap Mbah Seno lirih agak takut takut..
Yayuk yang mendengar tampak kaget. Tidak menyangka pohon duwet di dalam lokasi proyek itu pernah dipakai untuk orang gantung diri.
“Yatmi itu siapa Mbah? Dan kapan gantung dirinya? Sebelum tanah ini dibeli Pak Duta atau kapan?” tanya Yayuk semakin penasaran.
Di saat Mbah Seno akan menjawab , tiba tiba saja angin berembus sangat kencang. Rumput rumput yang sudah disabit oleh Mbah Seno sampai berhamburan..
Daun daun pohon duwet pun beterbangan..
Yayuk dan Mbah Seno terlonjak kaget saat kedua telinganya mendengar suara keras..
ini yayuk is the best yaaa
lanjt yuk biar semua terungkap
dann ohhh whattr.. blnjane jlimiet
wissss jannn tliti amat apa sih yg mau di jlimetin palg harga cabe naik lagi g jd harga tomat melambung g jadi
harga kacang panjang melambung ambil lain lagi 🤣🤣🤣🤣🤦