menceritakan dua saudara kembar, yang berusaha menyelamatkan kalung peninggalan kakek mereka. kemudian mereka terpisah.
salah satu dari mereka nyasar ke zaman kuno. yang Dimana ia menggantikan posisi putri jendral Ricard.
ia menjalani kehidupan nya, sambil ia mencari jalan keluar dari sana, dan kembali ke dunia modern.
apakah melia dapat kembali menemukan jalan keluar ? apakah ia akan di pertemukan kembali dengan saudaranya ?
simak terus ya geng...🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bagian 14
Setelah kedua pelayan itu memperkenalkan diri mereka pada Jelita, Jelita pun duduk dan menatap ketiga pelayan itu, dan kembali bersuara.
"Baiklah, kalian boleh mengikuti ku. Tapi ingat, saya paling benci dengan penghianat. Dan juga, kalau kalian berani berhianat, berarti kalian tidak menyayangi nyawa kalian. Apakah kalian sudah faham...??" Tekan Jelita dengan suara datar namun penuh dengan wibawa dan tekanan.
"Kami mengerti nona.....!!" Ujar mereka bersamaan.
"Mmmm.... Baiklah, santai saja. Dan, oh ya letak kan saja kotak itu.. tangan kalian pasti capek menentengnya terus" ucap Jelita sambil menggerak-gerakkan telapak tangan nya naik turun.
Yuyu dan lili pun meletakkan kotak itu di atas meja. Dan kembali ke posisi mereka. Berdiri didepan Jelita menunggu perintah lain darinya. Saat ini Jelita sedang memejamkan matanya sejenak dan menyangga kepalanya dengan tangannya. ketiga pelayan itu tidak ada yang berani bersuara. Namun tak Lama Jelita membuka matanya.
"Haik, aku pikir kalian sudah keluar....!" Cicit Jelita.
"Maaf nona, kamikan sudah menjadi pengikut nona. Jadi kami akan melayani nona," ucap Yuyu. Dan dibalas anggukan kepala oleh lili.
"Yayaya..... Baiklah....!!. Kalian berdua boleh keluar kecuali Xixi..!! Keluarlah dan buatkan makanan untukku." Ujar Jelita. Yuyu dan lili pun keluar.
"Kau masih membutuhkan makanan jeje ? kau itu seorang kultivator dengan kolam spiritual tidak terbatas, dan kau masih meminta makanan haih...."ujar alio menggunakan telepatinya.
"Lah.... Memang kenapa ?. Walaupun aku seorang kultivator yang tidak memerlukan makanan. Tetap saja, perutku ingin di isi. Menjadi kultivator kan bukan berarti tidak boleh makan....!! Memangnya ada undang-undang yang mengatakan seorang kultivator tidak boleh makan. Kalau ada, lebih baik tidak menjadi kultivator, karena makanan adalah nomor satu." Jawab Jelita membalas telepati dari alio.
"Huf.... Kau ini nona. Sudahlah, aku mati telak. Kau benar nona. Heh....!!" Keluh alio.
"Hm.... Makanya, jangan berdebat dengan ku... Karena kamu tidak akan sanggup... Hahaha...." Bangga Jelita.
" Nona mulai diam lagi, diamnya seperti Ingin berencana memakan orang saja... Ngeri euy.....!" Batin xixi. Tanpa sengaja alio mendengar isi hati xixi, karena mereka masih bertelepati. Alio pun tertawa terbahak-Bahak.
"Hahaha.....dia benar nona..." Ujar alio di sela tawanya.
"Hais.... Sudah diam, kau membuat ku pusing." Ujar Jelita langsung memutuskan telepatinya. Melihat Jelita masih terdiam, Xixi memberanikan diri bertanya.
"Nona, apa nona baik-baik saja...?" Tanya Xixi dengan cemas-cemas takut
"Oh.... aku baik-baik saja. Oh kemarikan kotak itu" perintah Jelita. Xixi mendekatkan kotak itu, Jelita mengambil kotak itu dan membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya. tak lama, makanan yang Jelita pesan datang.
Skip
Malam harinya Jelita melakukan rencananya yaitu mengunjungi ibu Jelita, Catrine. Xixi diperintahkan untuk tetap tinggal di kediaman dan ia pergi sendiri. Ia berjalan sesuai dengan ingatan yang dilihat dari ingatan Jelita asli. Tak lama iapun sampai disebuah kediaman yang sepi seperti tidak berpenghuni namun terlihat terawat. Jelita pelan-pelan menyelinap kedalam kediaman itu.
Di depan pintu kamar ibunya , ia melihat dua pengawal sedang berjaga di depan pintu dan seorang wanita yang baru saja keluar bersama dengan seorang laki-laki paru baya, ya itu adalah seorang tabib. Ketika mereka keluar, kedua pengawal itu menghampiri tabib dan pelayan wanita itu.
"Bagaimana tabib, apa ada perkembangan pada nyonya ?" Tanya salah satu pengawal itu. Tabib menghela nafasnya.
" Seperti belum ada tanda-tanda nyonya akan pulih, " ujar laki-laki paru baya itu sambil menggelengkan kepalanya.
( Kapan nyonya akan sadar. Ini sudah 6 tahun berlalu. Apa yang harus dilakukan lagi ) batin salah satu pengawal. Mereka yang ada disana menundukkan kepala mereka sedih.
Jelita mendengar isi hati mereka. Ia tersenyum masam dan bergumam dalam hatinya.
"Kasihan sekali, baiklah mari beraksi" ujar Jelita. Jelita menghambur bubuk bius, yang membuat para pengawal dan pelayan itu tertidur.
****bersambung****
Bukannya Biasanya Yg “”PECEL”” Dari Sayur-Sayuran Kan Author..? Lho Nih Kok Dari “Ayam” 😁😁😁