Hi Kak .... Aku hadir lagi nih, jangan bosan ya untuk selalu ikuti cerita aku🥰🥰🥰🥰
Kehamilan di usia lanjut membuat Sonia harus angkat kaki dari rumah suaminya. 20 tahun dirinya mengarungi bahtera rumah tangga bersama Dion Wiratama akhirnya harus berujung pahit, gara-gara suatu malam yang Sonia pun tidak tahu menahu dan tidak ingat sama sekali, kapan dia berhubungan dengan seorang pria, sedangkan Dion sendiri sudah di vonis impoten karena sebuah kecelakaan tiga tahun yang lalu.
Apakah Sonia mampu membawa kehamilannya ini sendiri ataukah ada pengeran berkuda putih yang nantinya akan menerima Sonia??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Cleo
Pagi mulai menyambut dengan suara adzan yang terdengar jelas di telinga, di pagi buta ini dua pria beda generasi mulai melaksanakan ibadah wajibnya yang dua rakaat di mushola yang masih berada di lingkup rumah sakit, setelah menjalankan ibadah wajibnya, pria itu mulai berpamitan untuk pulang dan akan membawa kabar bahagia ini kepada sang anak yang sedang ada di rumah.
Saat ini Juna sudah berada di kamar rawat inap Sonia, wanita cantik itu mulai membuka matanya dengan kondisi yang sudah membaik meskipun masih lemas, senyum hangat mengembang di wajah pria berparas rupawan itu, tatkala melihat wanita dihadapannya itu mulai tersadar kembali.
"Son, aku pamit dulu ya," ucap Juna.
"Kok, buru-buru Jun," cegah Sonia yang membuat jantung Juna sedikit bergetar.
"Iya Son, aku mau menemui Cleo, pasti dia akan marah kalau tahu kamu sudah melahirkan adiknya," ucap Juna, yang membuat kedua orang tua Sonia itu saling pandang.
"Iya, aku juga merasa bersalah, padahal itu anak yang sangat kekeh ingin menemaniku bersalin," timpal Sonia.
"Nah itu makanya, aku harus pulang sekarang, biar bisa menjelaskan kepada dia," ungkap Juna.
"Iya Jun, dan terima kasih banyak, sampaikan salamku kepada pangeran kecilku itu," ujar Sonia dengan nada yang masih lemas tapi penuh semangat.
"Iya, akan aku sampaikan, tapi kau juga harus sembuh ya, karena saat ini bukan hanya Cleo saja yang butuh kamu, tapi putri kecil itu juga membutuhkan dirimu," timpal Juna.
"Iya, aku tahu doakan ya semoga kondisiku semakin membaik," ucap Sonia yang diangguki oleh Juna.
"Om, Tante, aku pamit dulu ya," ujar Juna, yang mengalihkan pandangannya itu kepada pasangan sepuh.
"Hati-hati di jalan Nak Juna, dan jangan lupa ajak pangeran kecil mu itu, Tante penasaran," sahut Wanda.
"Benar banget Om, juga penasaran," timpal Nehru.
"Aduh, sudah deh Om, Tante, jangan penasaran dia itu super nyebelin," sahut Juna lalu mulai beranjak pergi.
Setelah keluar dari kamar inap Sonia, pria itu tidak langsung pulang begitu saja dia pun langsung menyempatkan diri untuk menengok mahkluk kecil itu di ruangan bayi meskipun hanya bisa melihatnya lewat kaca pembatas itupun sudah membuatnya senang.
"Sayang, Om datang lagi, sehat-sehat ya Nak, Om tidak sabar ingin menunjukkan padamu bagaimana indahnya dunia," ucap Juna seakan ingin memiliki bayi itu.
*******
Langkah kaki pria itu sudah mulai meninggalkan rumah sakit, entah kenapa bayangan wajah cantik dan mungil itu tidak bisa lepas dari otaknya, rasanya Juna begitu menikmati rasa sayangnya itu terhadap seorang bayi yang baru di lahirkan itu.
Mobil pun terus melaju, dan berhenti tepat di halaman rumahnya yang begitu luas, pukul setengah enam pagi Juna sudah mulai sampai di rumahnya rasanya begitu lega bisa menolong Sonia ternyata di balik kejadian itu ada hikma yang dia ambil, yaitu rasa sayang yang begitu besar terhadap bayi Sonia.
"Cleo, apa yang kau katakan waktu itu benar juga, kau menyuruh Papa menemani Tante Sonia melahirkan, dan atas ijin Allah semuanya terjadi begitu saja, keinginanmu sudah terpenuhi Nak," gumam Juna.
Setengah jam kemudian Cleo sudah terbangun dan saat ini bocah kecil itu sudah rapih dan wangi, karena sang pembantu, Bik Nima selalu mengutamakan kebutuhan Cleo di saat masuk sekolah seperti ini.
"Bi, kira-kira Papa sudah keluar kamar belum?" tanya anak itu.
"Sudah Den, kayaknya Papa Aden, sudah berada di ruang keluarga, dan kebetulan tadi Bibi melihatnya," ujar Nima.
"Oh begitu, baiklah kalau begitu aku susul Papa dulu ya," ujar Cleo.
Saat ini bocah kecil itu mulai menuruni anak tangga untuk menyusul ayahnya yang sedang berada di ruang keluarga, sedangkan sekarang Juna sudah berpakaian rapih sepertinya pria itu juga ingin berangkat ke kantor.
"Papa, selamat pagi," sapa anaknya itu dengan sapaan yang begitu ceria.
"Hai Boy, sini mendekatlah," sahut Juna sambil memangku anaknya.
"Papa, ayo sarapan dulu, setelah itu anterin Cleo ke sekolah," pinta anak itu karena akhir-akhir ini dia jarang diantar oleh ayahnya.
"Baiklah, oh ya Papa punya pertanyaan Nih, untuk Cleo, coba tebak apa pertanyaan Papa ini," ucap Juna.
"Hah! pertanyaan, tumben Papa punya pertanyaan untuk Cleo," ujar anaknya itu yang merasa heran.
"Ya sudah, ayo jawab pertanyaan Papa, tebak ya, Papa habis dari mana?" tanya Juna.
"Eeeemb memangnya Papa dari mana, rasa-rasanya kalau dilihat dari wajah Papa saat ini sedang bahagia? Apa Papa habis dapat proyek baru," ucap anaknya itu.
"Aamiin semoga ya! Tapi bukan itu jawaban yang tepat," sahut Juna.
"Lalu apa?" tanya anak kecil itu.
"Papa habis temani Tante Sonia lahiran," ucap Juna yang di sambut dengan keterkejutan anak nya itu.
"Apa! Tante Sonia melahirkan, terus gimana keadaannya, apa dia baik-baik saja?" tanya Cleo.
"Tante Sonia dan dedek bayinya Alhamdulillah baik-baik saja," sahut Juna.
"Kalau begitu anterin aku ke sana sekarang juga," pinta anak itu.
"Gak bisa Sayang, kau harus sekolah dulu," sahut Juna.
"Kenapa Papa tidak memberi tahuku, aku kan ingin juga menemani adik Cleo di lahirkan," protes anak itu.
"Maaf ya, kejadiannya panjang, dan yang penting saat ini, adik Cleo sudah keluar dengan selamat," ujar Juna lalu mulai mengajak anaknya bersarapan.
********
Di gedung yang di dominasi dengan warna putih itu, suster mulai mengantarkan bayi mungil itu kepada ibunya agar di susui, Sonia menyambutnya dengan senang hati, makhluk kecil itu, kini sudah berada di dekapannya, dan mulai mencari-cari sumber makanannya.
Mulut mungil itu mulai menempel di buah dada ibunya, lidahnya mulai menari-nari mencari sumber air kehidupan, seteguk satu demi satu, untuk menelan air kehidupannya dari telaga cinta yang akan terus menemaninya hingga usia dua tahun nanti.
Sonia merasa bersyukur, bisa menyusui bayinya lagi, bahkan dengan kejadian tadi pasca melahirkan dia seperti tidak bisa membayangkan akan diberi kesempatan kedua lagi.
'Ya Allah aku tidak pernah membayangkan akan berhasil melewati masa sulit kemarin, semoga ini menjadi awal dari kebahagiaanku dengan putriku,' batin Sonia.
Bayi itu begitu kuat menyedot puting ibunya sampai Sonia pun meringis karena merasa nyeri di bagian puting, sebagai seorang ibu menyusui, ini memang menjadi hal yang begitu wajar dan Sonia pun mulai menikmati prosesnya menahan rasa sakit agar sang anak bisa menikmati sumber makanannya itu dengan puas.
"Teruslah menyusu Nak, agar badanmu cepat tumbuh besar, dan setelah itu kita akan hidup bahagia tidak akan ada satu orang pun yang akan memisahkan kita, apalagi papamu," janji Sonia.
Suasana rumah sakit begitu hening dan damai dengan warna putihnya, akan tetapi keheningan itu mulai memudar ketika kedatangan seorang anak kecil yang akan membuat suasana hening ini menjadi begitu ramai dengan pertanyaan-pertanyaan polosnya.
"Selamat siang semua," sapa bocah kecil itu dengan ceria.
"Hah! Pangeran Tante datang," ucap Sonia dengan mata yang berbinar.
"Iya dong Tan, aku datang ingin melihat dedek bayi, Tante tahu gak, di sekolah tadi aku kepikiran terus dengan Dedek dan juga Tante," cerita bocah itu yang selalu menggemaskan.
"Sayang, kau Salim dulu sama Nenek dan Kakek," potong Juna.
"Oh ya sempat lupa sangking senangnya," ujar anak itu yang di sambut gelak tawa oleh orang dewasa di ruangan ini.
"Sayang, kau begitu lucu, pantesan Tante Sonia begitu betah di tempat kerjanya ternyata di sana ada kamu sebagai penghiburnya," ujar Wanda.
"He, he, aku juga membutuhkan Tante Sonia sebagai pengganti mamaku yang sudah pergi."
Deg!
Seketika pertanyaan bocah kecil itu membuat suasana antara ayahnya dan Sonia menjadi canggung
Bersambung......