Evan adalah seorang pemuda miskin yang membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Mata api ini memiliki kemampuan yang luar biasa, mampu menembus pandang, kekuatan medis legendaris, ahli beladiri tidak tanding.
Kehidupan Evan juga seketika mulai berubah, dari yang sebelumnya begitu di remehkan, kini orang yang paling di idamkan.
Istri yang dia nikahi secara tiba-tiba, secara perlahan juga jatuh hati kepadanya dan bahkan banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 4 BURUNG PHOENIX API
Lisa mengeluarkan buku nikahnya dan menunjukkannya kepada kakek Darmawan. Kakek Darmawan seketika tampak terkejut melihatnya, mengetahui bahwa Lisa cucu perempuannya telah menikah.
Wajah kakek Darmawan seketika tampak begitu bersemangat, namun kembali berpura-pura lemah agar Lisa tidak curiga.
"Kapan kamu menikah?" tanya kakek Darmawan.
"Tadi sore," jawab Lisa.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu kakek terlebih dahulu?" ujar kakek Darmawan.
"Bukankah kakek yang menginginkan Lisa untuk cepat menikah, kenapa sekarang kakek seperti mempermasalahkannya?" balas Lisa.
"Bukan begitu," ujar kakek Darmawan.
Kakek Darmawan memang sangat senang akhirnya Lisa sudah menikah, tapi tidak menyangka juga akan dalam waktu sesingkat ini.
"Sudahlah, kakek sekarang senang sekali rasanya," sambung Kakek Darmawan.
"Karena Lisa sudah menikah, seharusnya kakek sudah bisa makan dan minum obat lagi demi kesembuhan kakek bukan?" ujar Lisa.
"Tentu saja, kakek harus sehat karena kakek masih ingin melihat cucu Kakek lahir," balas kakek Darmawan.
Terlihat raut wajah sangat senang dan ceria dari kakek Darmawan. Lisa juga dapat merasakan lega melihat kegembiraan kakeknya ini. Lisa berharap dengan dirinya yang sudah menikah bisa membantu proses penyembuhan kakeknya.
"Lisa, sekarang di mana suamimu, kenapa tidak kamu ajak datang kemari?" tanya kakek Darmawan.
"Em... itu... dia sedang sibuk bekerja dalam beberapa hari ini, kami menikah mendadak, sehingga kemungkinan dia belum bisa datang dalam waktu dekat ini," jawab Lisa.
"Tampaknya suamimu adalah seorang pekerja keras, pasti dia adalah seorang pebisnis yang sukses," ujar kakek Darmawan.
"Ya, kebetulan dia memiliki beberapa proyek besar yang harus dia urus," balas Lisa.
Lisa hanya bisa berbohong sementara waktu kepada kakeknya. Lisa tidak mungkin mengatakan bahwa suaminya hanyalah seorang pekerja konstruksi bangunan.
Setelah kondisi kakeknya sembuh, Lisa berencana untuk langsung bercerai dari suaminya.
"Baiklah, kakek mengerti," ujar kakek Darmawan.
Esok harinya, Evan sedang berjalan kaki bersama dengan Juno. Setelah beberapa hari ini mereka mengumpulkan uang, akhirnya berhasil terkumpul 60 juta.
Namun itu masih jauh sekali dari total biaya operasi tumor di kepala ibu Juno yang mencapai 3 milyar.
"Semalam pihak rumah sakit kembali menelpon, jika ibuku tidak segera di operasi, maka semuanya akan terlambat," ujar juno dengan tidak berdaya.
Mereka telah bersusah payah melakukan semua pekerjaan yang dapat menghasilkan uang, menjual semua barang berharga dan bahkan mencari pinjaman, tapi masih belum bisa untuk membayar biaya operasinya.
"Juno, aku yakin bibi pasti bisa sembuh, kita harus berdoa untuknya dan terus berusaha untuk mendapatkan uang sebanyak itu," ujar Evan.
Kemudian mereka berdua melihat sebuah kertas pengumuman di sebuah tembok jalanan. Di kertas pengumuman itu tertulis sedang di butuhkan donor ginjal secepat mungkin.
Bagi siapa yang bersedia memberikan satu ginjalnya, maka akan mendapatkan uang kompensasi sebesar 3 milyar.
Membaca kertas pengumuman itu, Juno seketika tampak diam dengan wajah yang serius. Sesaat kemudian Juno tiba-tiba saja langsung pergi dengan langkah cepat membawa kertas pengumuman tersebut.
Evan juga seketika langsung mengetahui apa yang ada di benak Juno. Juno pasti berencana untuk menjual ginjalnya guna mendapatkan bayaran uang yang banyak. Evan tentu saja tidak bisa membiarkannya dan langsung mengejar Juno untuk menghentikannya.
"Juno berhenti!" ujar Evan meraih pergelangan tangannya.
"Kamu tidak boleh menjual ginjalmu, kondisi kesehatan mu juga tidak baik, jika kamu melakukannya, itu bisa membahayakan nyawamu sendiri," sambung Evan.
Evan tahu bahwa Juno memiliki masalah kesehatan yang serius selama ini. Menjual satu ginjalnya, dapat di pastikan bahwa Juno tidak akan dapat bertahan hidup hanya dengan satu ginjal sisanya.
"Evan lepaskan aku!" ujar Juno.
"Tentang diriku itu tidaklah penting, kesembuhan ibuku yang paling banyak utama, anggap saja itu adalah rasa terima kasih ku dan baktiku kepadanya karena telah membesarkan ku selama ini," sambung Juno.
Tanpa sadar air mata Evan juga mulai menetes dengan sendirinya. Evan dapat merasakan kesedihan yang sedang di rasakan Juno.
Ibunya adalah satu-satunya keluarganya yang tersisa, mungkin jika dirinya berada di posisi Juno, Evan juga akan melakukan hal tersebut.
Tapi Evan juga tidak mau jika sampai terjadi hal buruk pada diri Juno. Bagaimana pun evan harus dapat menghentikannya.
"Juno, kamu tenang dulu, aku yakin pasti masih ada jalan lain lagi," ujar Evan.
Evan juga melanjutkan perkataannya, jika sampai Juno menjual ginjalnya untuk biaya operasi ibunya, walaupun ibunya sembuh, tapi dia tidak akan bahagia dan justru akan sedih melihat kondisi Juno anaknya.
Seorang ibu tidak akan tega melihat anaknya hidup menderita dan sakit-sakitan hanya dengan satu ginjal yang tersisa.
"Apa kamu tega melihat bibi bersedih melihat putranya sakit-sakitan karena dirinya," ujar Evan.
"Pasti bibi justru akan merasa bersalah sekali," sambung Evan.
Mendengar itu, Juno perlahan juga mulai tenang kembali. Semua yang di katakan oleh Evan memang benar sekali dan masuk akal.
"Juno, kita masih ada sedikit waktu lagi untuk mengumpulkan uang itu, mana tahu besok ada rezeki yang tidak terduga, bukankah ada yang namanya keajaiban di dunia ini?" ujar Evan.
"Untuk sekarang lebih baik kamu pergi untuk melihat kondisi bibi, aku akan coba mencari uang lagi," sambung Evan.
Juno tersentuh sekali dengan perkataan evan, walaupun mereka tidak memiliki hubungan keluarga, tapi persahabatan mereka melebihi keluarga yang memiliki hubungan darah sekalipun.
Malam hari, Evan telah kembali ke rumahnya yang kecil dan sederhana. Setelah kedua orangtuanya meninggalkannya secara tiba-tiba, Evan tinggal sendiri di rumah ini.
Rumah Evan itu tampak kosong karena hampir semua benda berharga yang dia miliki sudah dia jual untuk membantu Juno.
Hanya tinggal kursi kayu yang terdapat di ruang tamunya. Sementara benda-benda elektronik seperti tv, kulkas, kipas angin, sudah di jualnya.
Tiba-tiba saja Evan teringat sebuah benda yang menjadi peninggalan satu-satunya dari kedua orangtuanya.
Benda itu berupa sebuah kotak kayu yang belum pernah sama sekali Evan sentuh. Evan begitu marah karena kedua orangtuanya yang meninggalkan nya begitu saja, sehingga Evan tidak pernah mau menyentuh barang kotak kayu tersebut.
Tapi sekarang Evan penasaran dengan isi di dalam kotak kayu tersebut. Evan mulai mengambil kotak kayu tersebut dan hendak membukanya.
Siapa tahu di dalam kotak kayu itu ada barang berharga yang bisa dia jadikan uang guna membantu Juno.
Evan meletakkan kotak kayu itu di pangkuannya dan mulai mengusapnya dengan tangan guna membersihkan debu di atasnya.
Perlahan Evan membuka kotak kayu tersebut dan terlihat sebuah patung burung yang belum pernah Evan lihat sebelumnya dan selembar kertas.
"Patung burung ini aneh sekali, belum pernah aku melihat bentuk burung seperti ini di dalam dunia nyata," ucap Evan.
Evan mulai merasakan tiba-tiba saja kedua matanya mulai berkedut.
"Kenapa dengan mataku ini?" pikir Evan.
Evan juga mengambil selembar kertas itu dan mulai membacanya. Isi dari selembar kertas itu bahwa orang tua Evan meminta maaf atas perbuatan mereka meninggalkan Evan. Mereka ada alasan tersendiri yang tidak bisa di katakan.
"Saat kamu membuka kotak kayu ini, kamu akan membangkitkan sesuatu yang sangat luar biasa, ingat untuk selalu rendah hati dan gunakan untuk menolong orang," ujar Evan selesai membaca selembar kertas tersebut.
Tiba-tiba saja sesuatu yang di luar akal dan sangat luar biasa mulai terjadi pada patung burung itu.
Patung burung itu tampak retak secara keseluruhan dan dari retakannya itu mulai mengeluarkan cahaya api yang terasa panas.
Evan yang terkejut juga langsung meletakkan kotak kayu berisi patung burung itu ke lantai rumah. Kemudian retakan itu hancur dan muncullah sosok burung phoenix berbentuk api.
Evan kaget bukan main melihatnya, seolah dirinya tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Sosok burung phoenix yang tubuhnya di selimuti api muncul di hadapannya.