NovelToon NovelToon
Sang Pewaris Tersembunyi

Sang Pewaris Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Identitas Tersembunyi / Elf
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Momoy Dandelion

Dalam bayang-bayang dendam, kebenaran menanti untuk diungkap.
Acalopsia—negeri para elf yang dulu damai—kini gemetar di ambang kehancuran. Serangan kaum orc tak hanya membakar ladang, tapi juga merobek sejarah, menghapus jejak-jejak darah kerajaan yang sah.
Revalant, satu-satunya keturunan Raja R’hu yang selamat dari pembantaian, tumbuh dalam penyamaran sebagai Sion—penjaga sunyi di perkebunan anggur Tallava. Ia menyembunyikan identitasnya, menunggu waktu, menahan dendam.
Hingga suatu hari, ia bertemu Pangeran Nieville—simbol harapan baru bagi Acalopsia. Melihat mahkota yang seharusnya menjadi miliknya, bara dendam Revalant menyala. Untuk merebut kembali tahta dan membuktikan kebenaran masa lalu, ia membutuhkan lebih dari sekadar nama. Ia membutuhkan kekuatan.
Dilatih oleh Krov, mantan prajurit istana, dan didorong tekad yang membara, Revalant menempuh jalan sunyi di bawah air terjun Lyinn—dan membangunkan Apalla, naga bersayap yang lama tertidur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Cahaya Tersembunyi

Mentari menggantung tinggi di langit Acalopsia, tak pernah menyengat, tapi cukup untuk membuat dahi para pemetik berkeringat. Angin dari arah lembah membawa harum tanah basah yang bercampur manisnya buah anggur yang baru dipetik. Di sisi utara perkebunan, tak jauh dari gudang penyimpanan hasil panen, sebuah bangunan kecil dari batu tua berdiri bersahaja, dindingnya dilapisi lumut hijau dan atapnya beratap kayu tua.

Di belakang bangunan itu, di balik semak yang tumbuh lebat, Sion duduk bersandar pada batang pohon tua. Napasnya teratur, meski keringat masih mengalir perlahan di pelipisnya. Di depannya, sebuah botol tanah liat kecil telah dibuka—di dalamnya cairan pekat berwarna kehijauan memantulkan kilau samar. Ramuan itu beraroma tajam, seperti akar tumbuhan dan embun yang difermentasi oleh waktu.

Dengan gerakan pelan dan penuh perhitungan, Sion mencelupkan dua jarinya, lalu mengoleskan cairan itu ke leher, pundak, hingga dada. Ramuan ini bukan sekadar penawar lelah. Ini adalah penutup tirai—penghalang bagi aura elf suci yang hidup dalam tubuhnya. Aura yang jika terpancar, bisa mematahkan penyamarannya dalam sekejap.

Aroma tubuhnya yang biasa menyejukkan hati dan menenangkan hewan-hewan pun diredam hingga tak tersisa. Ia hidup dalam kulit palsu. Dalam penyamaran yang ia bangun dari kebohongan demi kelangsungan nyawanya.

Tak ada suara, selain desir dedaunan dan langkah-langkah kecil burung-burung yang berloncatan di ranting pepohonan.

Tapi tiba-tiba, Uta—kuda putih bercula milik pangeran—yang biasanya tenang, meringik pelan. Dari balik semak, suara derap kaki terdengar mendekat, tidak tergesa, tapi penuh arah. Sion langsung meraih kain lusuh dan menutup botol ramuan, menyembunyikannya ke dalam tanah yang sudah ia gali sedalam telapak tangan.

Tak lama kemudian, suara itu menjelma menjadi sosok.

Pangeran Nieville.

Ia berdiri tak jauh dari tempat Sion duduk. Matanya tajam, tidak memancarkan kecurigaan, tapi ada rasa ingin tahu yang tampak jelas. Di belakangnya, kuda Uta masih sesekali meringik, tak tenang, seperti mencium sesuatu yang tidak seharusnya.

Sion bangkit perlahan, menunduk sopan. Gerakannya tetap tenang, tapi setiap otot di tubuhnya menegang.

Pangeran memiringkan kepala. “Kuda ini ... Biasanya tenang pada siapa pun. Tapi padamu, ia gelisah.” Suaranya datar, tapi tak kasar. Ada logika yang bekerja dalam ucapannya, dan ketelitian seorang bangsawan terlatih.

Sion menjawab tanpa mengangkat pandangan. “Mungkin keringat saya membuatnya tak nyaman, Yang Mulia.”

Pangeran tersenyum tipis. “Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Siapa namamu?”

“Sion,” jawabnya pelan.

“Kau bekerja di sini?”

Sebelum Sion sempat menjawab, langkah kaki lain datang dari arah gudang. Lincah dan ringan, suara itu mendekat di antara suara daun-daun yang terinjak lembut.

“Natu,” gumam Sion dalam hati, dan ia benar.

Natu Tallava, putri pertama bangsawan Roman, muncul dengan keranjang kecil berisi buah anggur yang tampak baru dipetik. Rambutnya pirang pucat, bergelombang lemas dan diikat sebagian ke belakang dengan pita berwarna perak. Ia memiliki kecantikan khas keluarga bangsawan: tidak mencolok, tapi anggun dan menghanyutkan. Setiap langkahnya seperti telah diatur agar terdengar sesempurna irama musik istana.

“Oh, Yang Mulia, Anda ada di sini rupanya,” ucap Natu, tersenyum, lalu memandang Sion sekilas. “Sion sudah bekerja di sini sejak lama. Ia anak dari Barja, penjaga gudang kami. Lelaki paling setia di seluruh perkebunan Tallava.”

Pangeran menoleh ke arah Natu dan mengangguk kecil. “Begitu rupanya.”

Sion merasa ketegangan di dadanya sedikit berkurang. Tapi ia tidak bisa mengabaikan nada ringan pada suara Natu yang tiba-tiba berubah begitu berbicara kepada pangeran—seolah angin di sekitarnya menjadi lebih hangat, dan langkahnya menjadi lebih ringan.

Mata itu—mata Natu—saat menatap Nieville, berubah seperti sinar matahari yang menyinari bunga. Lembut, kagum, dan tersimpan keinginan yang tidak disuarakan. Sion memperhatikan dalam diam. Tatapan itu bukan milik seorang bangsawan pada pewaris tahta. Itu adalah tatapan seorang wanita kepada lelaki yang ia dambakan.

Diam-diam, Sion berkata dalam hati, Setiap perempuan di negeri ini pasti bermimpi menjadi permaisuri.

Pangeran menoleh kembali kepada Sion. “Aku rasa kau lebih pantas menjadi seorang prajurit dibandingkan hanya sebatas pekerja perkebunan. Apakah kau berminat mengikuti seleksi prajurit kerajaan?” Tanyanya.

Sion menunduk sedikit lebih dalam. “Belum, Yang Mulia. Saya hanya bekerja untuk ladang ini.”

Pangeran memperhatikan sesaat. “Sayang. Acalopsia butuh lebih banyak lengan yang terlatih.” Ia kemudian berbalik, memanggil Uta dengan siulan lembut. Kuda itu masih sempat memandang ke arah Sion sebelum mendekati tuannya dengan ragu.

Setelah pangeran menjauh beberapa langkah, Natu mendekat pada Sion. Ia tidak berkata apa-apa, hanya menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil—senyum yang bukan untuk Sion, tapi lebih untuk dirinya sendiri.

“Pangeran ... Sangat tampan, bukan?” Bisik Natu, seolah sedang membagi rahasia yang telah lama ia simpan dalam dada.

Sion hanya menanggapi dengan anggukan singkat.

Natu berjalan pergi sambil bersenandung kecil, meninggalkan aroma mawar dan anggur muda di belakangnya.

Sion menatap ke arah tempat pangeran tadi berdiri. Meski Nieville telah pergi, gema suaranya masih tinggal di telinga Sion. Tak ada nada kasar, tak ada penghinaan seperti yang biasa ia terima dari para bangsawan lain. Tapi justru itulah yang membuatnya resah.

Nieville terlalu baik. Terlalu sempurna. Terlalu bersinar. Itu adalah masalah.

Sion duduk kembali. Tangannya menyentuh tanah tempat ia menyembunyikan botol ramuan. Ia tak tahu berapa lama lagi penyamarannya bisa bertahan. Tapi satu hal ia tahu pasti—mata seekor kuda bisa membaca yang tak terlihat. Saat hewan mulai gelisah, manusia biasanya akan segera menyusul untuk gelisah.

“Apa yang kau lakukan sampai pangeran tertarik mendatangimu?" Suara Barja tiba-tiba saja muncul dari arah belakang.

Elf tua itu memang terkadang terkesal menyebalkan.

“Tidak ada. Aku hanya duduk di sini.” Sion meraih botol minum yang terbuat dari bambu lalu meneguk air di dalamnya.

“Aku rasa Uta mengenaliku,” imbuhnya sembari mengusap sisa air yang menempel di sekitar mulutnya.

Barja menghela napas. Ia berjalan dan duduk tepat di samping Sion. “Bagaimana mungkin kuda itu akan melupakan pangeran kecilnya,” ujarnya.

Masih teringat jelas dalam benak Barja, saat seluruh keluarga elf muda di sampingnya itu masih hidup. Uta – kuda tunggangan pangeran dulunya juga pernah bermain bersama Sion. Ia sendiri yang selalu memandikan dan memberi makan kuda itu.

“Kau harus lebih berhati-hati.”

Nasihat Barja semakin muak didengarkan. Berjuta-juta kali elf tua itu mengucapkannya sejak ia masih kecil. Semakin dilarang, semakin ia ingin memberontak. Ia justru ingin segera menginjakkan kaki di tempat yang disebut istana.

“Kau tidak mendengarkan aku?” Tanya Barja memastikan. Setiap kali pertanyaannya direspon dengan diam, rasa cemas meliputi perasaannya. Semakin dewasa, Sion semakin tak bisa ia arahkan. Apa yang ia lakukan hanya berharap bisa menjaga elf mud aitu tetap hidup.

“Barja, berhentilah mengkhawatirkanku. Aku sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan. Aku tahu apa yang akan aku lakukan,” ucap Sion percaya diri.

1
vj'z tri
ish ish ish rauk kurang jelas brifing nya 🤭🤭🤭 dah tau yang di bawa orc otak nya cuma 1/2 🤣🤣🤣🤣🤣lagian bawa anak orang gak di kasih makan kan jadi lapar 🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
serangan orc tiba tiba ..pasti ada dalang nya ini 😤😡😤😡😤
vj'z tri
kalian salah matahari yang asli masih bersembunyi dia adalah Sion
vj'z tri
pangeran sadar lah akan hati mu sebelum ia pergi dan menghilang 🥹🥹🥹
vj'z tri
semoga Sion di pinjami kitab nya 🤭😁🥳
vj'z tri
naga kah 🤔🤔🤔
vj'z tri
dasar pemuda kurang kerjaan ,😤😤😤😤
vj'z tri
duarrrrr sekarang terbuka sudah biang Lala nya 😱😱😱😤😤😤😤
vj'z tri
pasti ada mata mata 🤔🤔🤔
vj'z tri
iyeee tar lu yang di masak mimbo 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
terpesonaaaaaa aku terpesonaaaaaa memandang memandang wajah mu yang manissss 💃💃💃
vj'z tri
semangat Thor up nya 🥳🥳🥳
vj'z tri
waktu nya belajar pedang semangat Sion 🎉🎉🎉
vj'z tri
ayo Sion beritahu paman mu 😁😁😁
vj'z tri
aura putra mahkota terlihat cuyyyy 🤩🤩🤩🤩 lanjuttt guysss
vj'z tri
pencuri 😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
merindukan paman 😁😁😁
vj'z tri
Sion semoga kau kembali dengan selamat ....petualangan di mulai 🎉🎉🎉
vj'z tri
jangan sampai sissel di tuduh mencuri 🤨🤨🤨🤨🤨
vj'z tri
dukun u gak mempan bro 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 nieville gak tertarik 🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!