Zainna Keisha Nugraha, seorang Mahasiswi kampus ternama di Jakarta harus menerima pernikahannya dengan seorang Profesor yang merupakan salah satu dosennya yang berstatus sebagai duda beranak satu. Inna menerima pernikahan ini karena sudah terlanjur sayang pada Putri kecil yang sangat manis dengan nasib yang sama dengannya yaitu ditinggalkan oleh ibu kandungnya. Namun Inna juga harus menelan pahit bahwa suaminya masih sangat mencintai istri pertamanya dan sangat sulit untuk Inna dapat menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Belas
"Papa...."
Inna berlari menghampiri Randy yang baru keluar dari mobil dan langsung memeluknya.
"Ada apa, Sayang?" tanya Randy yang merasa aneh pada sikap putrinya.
"Kenapa Papa baru pulang? Inna juga telpon Papa, tapi nomer Papa gak aktif. Papa buat Inna takut tahu gak?" Inna mulai menangis dalam pelukan Randy. Ia sangat takut kehilangan satu-satunya harta yang paling berharga, yaitu Papanya. Lelaki yang selalu melimpahkan kasih sayang padanya.
"Papa minta maaf, Sayang. HP Papa mati karena lowbat. Tadi ada urusan mendadak dikantor jadi Papa pulang telat," jelas Randy mengusap kepala putrinya. Ia menyesal sudah membuat anak semata wayangnya khawatir.
"Inna sayang Papa. Inna takut Papa pergi," ucap Inna menenggelamkan wajahnya di dada Randy dan tangisannya pun semakin menjadi.
"Papa tidak akan kemana-mana, Sayang. Papa juga sayang banget sama kamu. Sudah jangan nangis lagi," ucap Randy mencium pucuk kepala Inna. Tangisan Inna pun mulai redam.
"Ya sudah kita masuk, sudah malam gak bagus jika putri Papa terkena angin malam." Randy pun membawa Inna masuk. Inna berjalan sambil terus memeluk Papanya, seakan takut untuk kehilangan.
Randy membawa Inna untuk duduk di ruang tengah. Menghapus jejak air mata di pipi mulus putrinya.
"Kamu sudah makan?"
Inna mengangguk sebagai jawaban, karena ia memang sudah makan di rumah sakit. Inna berbaring dan menjadikan paha Randy sebagai bantal.
"Papa sudah makan?"
"Sudah, Sayang." Randy mengelus rambut Inna. Belaian lembut tangan Randy berhasil menciptakan rasa kantuk. Inna pun perlahan memejamkan matanya.
"Bagaimana kabar Elya?" tanya Randy. Inna kembali membuka matanya.
"Masih belum sadar, Pa. Besok pagi Inna akan ke sana lagi. Lagian kan besok Inna libur," jawab Inna.
"Papa juga ikut, mau melihat calon cucu Papa." Ujar Randy yang berhasil membuat Inna tersenyum. Ada perasaan aneh saat Papanya mengatakan bahwa Elya adalah calon cucunya. Lalu Inna pun kembali mengingat perkataan Samuel saat di jalan tadi.
"Oh iya Pa, tadi Prof. Sam mengatakan bahwa besok malam dia akan ke rumah untuk membahas lamaran dan pernikahan."
"Baiklah, kita akan menyiapkan dan menyambut mereka." Jawab Randy penuh semangat. Dan itu membuat Inna merasa heran. Pasalnya Randy sama sekali tak mengeluarkan penolakan apa pun.
"Kenapa Papa tidak melarang Inna untuk menikah dengan Prof.Sam? Padahal Papa tahu, beliau orangnya seperti apa. Dingin kayak lemari es."
Randy tersenyum lebar mendengar julukan Inna untuk calon menantunya.
"Karena Papa tahu, Samuel adalah orang yang baik, hanya saja masa lalunya yang membuat dia seperti itu. Papa bisa merasakan apa yang dia rasakan. Papa juga sangat yakin, kamu orang yang tepat untuk mencairkan bongkahan es dihatinya. Jadikan lemari es itu menjadi lemari penuh cinta dan kehangatan." Sahut Randy.
Inna tertawa renyah, tak yakin dengan dirinya yang mampu mencairkan bongkahan es seperti yang Randy katakan.
"Pa?"
"Iya, Sayang."
"Inna sayang Papa." ucap Inna yang kemudian memejamkan matanya karena sudah sangat mengantuk.
"Papa sayang kamu lebih dari apapun, Inna. I love you so much my queen." Ucap Randy mengecup kening putrinya yang sudah masuk ke alam mimpi.
***
Rumah sakit
Pagi hari, Samuel masih tertidur pulas di kursi yang bersebelahan dengan brankar.
Elya sedikit menggerakkan tangannya, dan matanya mulai terbuka perlahan.
"Papa." Panggil Elya begitu pelan. Tatapannya langsung tertuju pada Samuel yang masih terlelap.
Samuel pun tersentak dari tidurnya. "Kamu sudah bangun sayang?" tanya Samuel saat melihat Elya sudah sadar. Elya mengangguk sambil tersenyum.
Samuel merasa bersyukur masih dapat melihat senyuman manis putrinya.
"Elya haus, Pa."
Samuel langsung mengambil air di atas nakas dan membantu Elya untuk minum.
"Sudah, Pa." Elya pun mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan, mencari sosok yang amat ia rindukan. "Mama mana, Pa?"
Samuel tidak langsung menjawab pertanyaan putrinya. Kepalanya terasa sakit karena kurang tidur.
"Elya mau Mama, Pa?" rangek Elya.
"Iya sayang, sebentar lagi Mama kamu ke sini. Sekarang Elya makan, kamu lapar kan? Papa yang suapin ya?" Samuel mengambil bubur yang ada dia nakas.
"Elya mau Mama... mau Mama yang suapin, Pa." rengek Elya lagi. Membuat kepala Samuel semakin pusing.
Kemdudian tak berapa lama seorang wanita berpakain seksi masuk tanpa permisi. "Ya ampun, ada apa ini pagi-pagi sudah ribut? Elya kenapa, Sayang?"
Samuel memejamkan matanya, meski ia tak dapat melihat orang itu karena posisnya membelakangi pintu. Tetapi ia tahu siapa wanita itu.
"Rayya, mau apa kamu kesini?" tanya Samuel dingin.
Wanita itu tersenyum dan duduk di bibir ranjang. Dengan sengaja ia mendekatkan pahanya yang mulus pada Samuel. Membuat lelaki itu semakin jijik.
"Jenguk ponakan aku dong, El. Kamu lupa ya?"
Rayya melihat mangkung yang ada di tangan Samuel. Lalu mengambilnya tanpa izin. "Sini biar Tante yang suapin. Buka dong mulut kamu, Sayang." ucap Rayya menyodorkan sendok bubur ke mulut Elya.
Tanpa di duga, Elya langsung menepis sendok itu hingga terjatuh ke lantai. Rayya tersentak kaget, tetapi tidak untuk Samuel. Bahkan ia merasa senang Elya menolak kehadiran wanita itu.
"Gak mau, Elya maunya di suapin sama Mama." Seru Elya dengan suara serak. Kemudian ia juga menepis mangkung yang ada di tangan Rayya. Alhasil bubur itu tumpah mengenai pakaianya Rayya. Bahkan mangkuk tak berdosa itu sudah menjadi pecahan tak berharga di lantai.
Rayya mulai kesal dengan sikap Elya, ia bangun dari posisisnya dan hendak memarahi Elya. Belum sempat mulutnya terbuka, seseorang behasil mengejutkan dirinya.
"Ada apa ini?" tanya Inna yang baru saja masuk dan melihat kondisi ruangan yang berantakan.
Rayya menoleh dan betapa kagetnya ia saat melihat Inna.
"Elo! Ngapain Lo di sini?" Hardik Rayya yang sama sekali tak dihiraukan oleh Inna. Karena gadis itu memilih untuk langsung mendekati Elya. Meletakkan barang bawaannya di atas nakas. Ia terlalu senang karena Elya sudah sadar. Tanpa benyak berpikir, Inna memeluk putri kecilnya dengan penuh kasih sayang.
"Mama." Elya juga terlihat bahagia.
Sontak Rayya terkejut saat mendengar panggilan Elya untuk Inna.
Mama? Apa-apaan ini?
"Mama senang kamu sudah sadar," ucap Inna mencium pucuk kepala Elya bertubi-tubi.
"El, apa maksud dari semua ini?" tanya Rayya pada Samuel. Ia juga semakin geram melihat kedekatan Inna dengan keponakannya.
"Dia calon istriku." Jawab Samuel yang kemudian beranjak mendekati Inna. Tanpa ragu, Samuel merangkul pinggang Inna. Membuat sang empu terlonjak kaget. Bahkan lelaki itu memberikan kecupan hangat di kening calon istrinya.
Jantung Inna berdegup kencang, ia juga merasakan desiran hangat dalam tubuhnya. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Dia yang akan menggantikan Mayya." Lanjut Samuel memberikan tatapan dingin pada Rayya. Membuat wanita itu marah bukan main.
"El, kamu bercanda kan? Kamu mau menikah sama perempuan kampung ini? Apa bagusnya sih dia dibanding aku El?" Cerca Rayya mulai memanas. Ia juga memberikan tatapan jijik pada Inna.
"Tentu dia jauh lebih baik dari pada kamu. Dia tidak pernah menjajakan tubuhnya untuk sembarangan lelaki. Aku menyukainya, begitu pun dengan Elya. Jadi aku memutuskan untuk menjadikannya istriku." Jelas Samuel menatap Rayya tajam. Namun, wanita itu tidak akan pernah takut dengan tatapan Samuel.
Rayya mendengus sebal dan memberikan tatapan tajam untuk Inna.
"Elo perempuan murahan! Awas aja, gw gak bakalan pernah buat hidup lo bahagia. Ingat itu gadis ingusan!" Hardik Rayya sambil menunjuk Inna. Lalu wanita itu pun langsung beranjak pergi meninggal ruangan.
Samuel langsung melepaskan rangkuhannya dan juga ikut keluar dari ruangan.
Inna yang melihat itu hanya diam mematung. Bingung dengan sikap aneh calon suaminya. Sedetik yang lalu ia berhasil membuat Inna serasa terbang, detik kemudian ia menghempasnya begitu saja. Inna benar-benar tidak habis pikir dengan semua itu.
"Mama." Panggil Elya menarik lengan Inna. Inna terhenyak dan langsung mengalihkan perhatiannya untuk Elya.
"Iya, Sayang?" Inna duduk di sebelah Elya.
"Elya takut." Rengek Elya trauma dengan bentakan Rayya. Inna yang mendengar itu pun langsung memeluk Elya.
"Jangan takut. Mama ada di sini," ucap Inna menenangkan Elya. Lalu gadis kecil itu pun mengangguk.
"Elya lapar Ma, Elya mau disuapin sama Mama." rengek Elya begitu manja. Inna yang mendengar itu pun tertawa ringan.
"Baiklah, kebetulan juga Mama bawakan bubur buat Elya." Inna mengambil rantang karakter berisi bubur yang ia siapkan khusus untuk Elya. Sebelum kerumah sakit, Inna memang sengaja memasak bubur untuk Elya.
Elya pun mengangguk antusias. Ia memang menyukai apa pun yang Inna bawa. Dan itu membuat Inna sangat senang dan langsung membuka rantang karakter doraemon itu dengan hati-hati.
"Ya sudah, buka mulutnya besar-besar. Aaakkk..." Inna memyodorkan sesendok bubur tepat di mulut Elya. Dengan senang hati Elya menerima suapan itu.
"Enak, Ma." ucap Elya menerima suapan kedua.
"Kalau begitu Elya makan yang banyak ya?" Ucap Inna yang di jawab mengangguk penuh semangat oleh Elya.
Kemudian pintu ruangan pun kembali terbuka, menampakkan seorang lelaki paruh baya yang kini tersenyum untuk Inna dan Elya. Randy sempat kaget saat melihat kekacauan di lantai, tetapi langsung mengabaikannya.
"Wah, enak banget ya yang disuapin sama Mama?"
"Kakek." seru Elya saat melihat Randy masuk. Randy pun menghampiri mereka dan duduk di kursi.
"Lihat cucu kakek, sudah sehat setelah makan bubur buatan Mama ya?" Randy mengacak rambut Elya karena gemas. Elya pun terlihat senang.
"Iya Kakek, masakan Mama enak. Elya suka. Setelah Elya pulang dari rumah sakit, Elya akan minta supaya Mama masakin Elya makanan yang enak." Celoteh Elya seakan melupakan rasa sakitnya. Inna dan Randy hanya tertawa saat mendengar ocehan Elya. Gadis kecil itu terus mengoceh seperti burung beo. Membuat Randy tak sanggup menanggapinya.
ceritanya keren,bagus
dan mantap
sukses
semangat
mksh
Ini kata Jidan pada Samuel
"Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"
Tau tidak Jidan itu kekasihnya didi dan di episode 28 dia melamar didi. Ini keistimewaan pebinor di novel2 egois, apapun kelakuannya selalu dibenarkan,
Kenapa novel harus egois dan tidak adil, pelakor dilakanat dibuat hina dan dihancurkan sedangkan pebinor begitu dipuja2, diistimewakan, dispesialkan, apapun salahnya selalu dibenarkan
Simple pertanyaan untuk author
Jika suami atau kekasihmu sangat perhatian dan membela mati matian istri orang lain, dan suami mengatakan seperti Jidan katakan pada samuel, (ini kata Jidan pada samuel "Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"). Apa kau akan bilang suamiku hebat karena perhatian dan mau merebut istri orang dan mencintai istri orang ituu
Ini kata Jidan pada Samuel
"Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"
Tau tidak Jidan itu kekasihnya didi dan di episode 28 dia melamar didi. Ini keistimewaan pebinor di novel2 egois, apapun kelakuannya selalu dibenarkan,
Kenapa novel harus egois dan tidak adil, pelakor dilakanat dibuat hina dan dihancurkan sedangkan pebinor begitu dipuja2, diistimewakan, dispesialkan, apapun salahnya selalu dibenarkan
Simple pertanyaan untuk author
Jika suami atau kekasihmu sangat perhatian dan membela mati matian istri orang lain, dan suami mengatakan seperti Jidan katakan pada samuel, (ini kata Jidan pada samuel "Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"). Apa kau akan bilang suamiku hebat karena perhatian dan mau merebut istri orang dan mencintai istri orang itu