Gwen si buruk rupa merasa putus asa dengan jalan hidupnya saat dia ingin mengakhiri semuanya justru Gwen dipertemukan dengan boss mafia.
Gwen menjadi gadis buruk rupa kesayangan boss mafia dan berusaha menuntut balas pada orang yang menindasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Pertama Berhasil
"Akses berhasil!"
Gwen bernafas lega saat pintu berhasil terbuka, tangannya masih memegang bola mata dan dia segera menuju brankas utama.
Sebuah brankas besi besar dengan keamanan tinggi ada di sana. Sebelum melangkah, Ruby menahan langkah Gwen.
"Jangan lengah!" ucap Ruby dengan melemparkan bubuk untuk mendeteksi sinar laser dan benar saja saat bubuk itu Ruby lempar, sinar laser berwarna merah tepat berada di hadapan Gwen.
"Hampir saja," gumam Gwen yang bergeming dari tempatnya.
Ruby merenggangkan otot lehernya kemudian memperlihatkan keahliannya pada Gwen. Dia begitu lihai dan cepat melewati sinar laser itu, kemudian saat berhasil Ruby dengan cepat mematikan alarm yang otomatis sinar laser itu mati.
"Cantik saja tidak cukup!" cibir Ruby dengan menepuk kedua tangannya.
"Terserah apa katamu! Kita harus cepat karena waktu semakin menipis!" ketus Gwen sambil berjalan mendekati brankas.
Tanpa ba bi bu lagi, Gwen membuka brankas itu dengan bola mata yang ada di tangannya, akses retina mata itu mulai membaca dan terdengar bunyi sebagai pertanda brankas itu sudah tidak terkunci lagi.
Gwen dan Ruby bersama-sama berusaha memutar pintu brankas sampai mereka berhasil membukanya.
"Woah!" pekik Gwen yang melihat banyaknya tumpukan uang berada di dalam sana.
"Kami berhasil, cepat kemari! Kita harus membawa uang-uang ini," seru Ruby yang melapor pada Neil dan Zack.
Tak lama Neil dan Zack datang bersama anggota lainnya dengan membawa tas besar dan mereka semua buru-buru memasukkan uang-uang yang ada dalam tas.
"Waktu kita hanya sisa 5 menit lagi!" Dozer kembali mengingatkan agar mereka semua bergerak cepat supaya aksi mereka tidak tercium oleh polisi.
Di dalam brankas semua masih tampak sibuk memasukkan uang saat Dozer memberi peringatan mereka saling bertatapan satu sama lain.
"Trevor hanya menyuruh merampok bank, 'kan? Dia tidak menyebutkan jumlah yang harus kita bawa jadi aku rasa kita tidak perlu membawa semua uangnya," ucap Gwen mulai berasumsi dengan pikirannya sendiri.
"Anggap kita penjahat yang masih punya hati karena tidak mengambil semua uang rampokan," tambahnya.
"Kalau kau punya hati, kau tidak akan mencongkel mata tua bangka itu," ketus Ruby.
"Justru aku melakukan itu karena hatiku seputih malaikat, hidup om-om itu sudah terlalu lama!" jawab Gwen tidak mau kalah.
"Jadi kalian berdua akan terus berdebat atau cepat pergi dari sini?" Neil yang gusar akhirnya bersuara.
"Semua tas sudah penuh lebih baik kita cepat pergi!"
*****
Trevor yang sudah kembali ke markas utama mendapat laporan jika Gwen berhasil melakukan misi pertamanya dan sekarang dalam perjalanan menuju markas.
"Dia pasti akan menagih janji," gumam Trevor yang sudah bersiap.
Lelaki itu hanya memakai handuk kimono dan duduk santai sambil menyesap rokoknya. Dia tahu Gwen pasti akan ke kamarnya dalam keadaan emosi.
Dan benar saja selang beberapa menit berlalu pintu kamar Trevor terbuka tanpa diketuk dahulu. Gwen yang baru saja kembali, mengambil satu tas berisi tumpukan uang dan membawanya ke kamar Trevor.
Dia masih tidak terima Trevor mencekik dirinya sebelumnya padahal jelas-jelas lelaki itu yang memintanya untuk menggoda direktur Bank.
Bug!
Gwen melempar tas penuh uang itu tepat ditubuh Trevor yang tampak santai melihat kedatangannya.
"Aku berhasil!" seru Gwen sambil melipat kedua tangannya di dadanya. "Aku bisa berguna dan menambah kekayaanmu bukan!"
"Seharusnya kau senang, kenapa malah marah-marah begitu, hem?" Trevor masih bersikap santai yang membuat Gwen semakin merasa emosi karena lelaki itu seakan-akan tidak bersalah padanya.
"Oh jadi aku harus senang saat aku hampir mati karena melakukan perintah dari orang yang hampir membunuhku," sindir Gwen begitu menohok.
Trevor terkekeh geli, dia menepuk sisi tempat duduknya yang masih kosong. "Duduk dulu, kita bicarakan dengan kepala dingin!"
"Tidak ada dingin-dingin! Aku sedang panas!" Gwen tidak mau patuh.
"Sama, aku juga panas!" Trevor yang sengaja memakai handuk kimono itu membuka tali handuknya.
"A--apa yang kau lakukan, Trey. Jangan pernah membukanya di depanku!"
"Makanya duduk di sampingku atau kau akan melihat batang panjang yang tumpul!"