Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan meragukanku!
Pemandangan pertama yang Asyh lihat adalah Arlen sedang berbaring di ranjang dan ditutupi selimut hingga lehernya.
"Darling, kau datang?" Arlen bertanya dengan suara dibuat selemah mungkin.
Asyh hanya berdiri di dekat pintu kamar dan melipat tangannya di dada.
"Darling, kemarilah!" Arlen meminta dengan suara yang masih dibuat lemah.
"Tidak perlu bersandiwara! Baru tadi kau baik-baik saja, atau kau memang ingin benar-benar sakit?" Asyh dengan suara kesal.
Ia tahu Arlen hanya bersandiwara saja.
Arlen menjadi kesal dan membuka selimutnya dengan kasar.
"Cih..psikopat seperti dirimu bisa juga memakai cara rendahan untuk merayu gadis lemah seperti diriku." Asyh meremehkan Arlen.
Arlen turun dari ranjang dan dengan langkah lebar ia menghampiri Asyh.
Kedua mata hitam Arlen berubah menjadi sangat gelap karena amarah, namun sekuat tenaga ia tahan.
"Apa? Kau ingin membunuhku sekarang? Silahkan!" Asyh seolah menantang seorang Arlen Addison.
Arlen memojokkan Asyh hingga punggung Asyh menempel pada pintu kamarnya, dan Arlen langsung mengunci tubuh Asyh.
"Darling, sudah ku katakan dia yang menggodaku! Apa kau buta sampai tidak bisa melihat bagaimana aku merasa jijik didekati oleh perempuan sialan itu?" Arlen bertanya dengan nada mencekam.
Asyh menelan kasar ludahnya namun ia berusaha menutupi rasa takutnya.
"Kenapa kau harus menjelaskan kepadaku? Aku juga bukan siapa-siapa dirimu." Asyh masih kekeh dengan keras kepalanya.
"Kau milikku Asyh! Kau gadisku! Kau kekasihku! Kau segalanya buatku!" Arlen kini mencengkram dagu Asyh lagi setelah menekan setiap perkataannya.
"Lepaskan aku! Kau menyakitiku!" Asyh mencoba mendorong Arlen untuk menjauh namun usahanya sia-sia.
"Dalam mimpimu sekalipun jangan pernah berharap aku akan melepaskan dirimu!" Arlen langsung mengunci bibir Asyh dengan bibirnya dan ********** kasar.
Asyh berhasil mendapatkan kekuatan dan ia berhasil mendorong tubuh Arlen menjauh.
PLAK
Asyh melayangkan satu tamparan di pipi Arlen dan hal itu tentu saja semakin menyulut amarah Arlen.
"Kau menolakku? Kau berani menolakku?" Arlen yang sudah tidak bisa menahan amarahnya pun langsung mengangkat tubuh mungil Asyh dan melemparkan Asyh dengan sangat kuat di atas ranjang.
"Awh..." Asyh mengerang kesakitan.
"Jangan pernah berharap kau bisa menolakku!" Arlen dengan gerakan cepat langsung menarik kaki Asyh saat Asyh mencoba menghindar hingga kini Asyh berada di bawah kungkungannya.
Arlen kembali mencium paksa Asyh dengan kasar.
Air mata Asyh mengalir deras membasahi pipinya, membayangkan dirinya mungkin akan menjadi korban kebuasan Arlen setelah ini.
"Arlen, aku mohon! Jangan!" Asyh meminta dengan suara bergetar saat ciuman buas Arlen beralih ke leher Asyh.
"Hiks...jangan Arlen! Aku mohon!" Asyh kembali memohon dengan isakan yang menyayat hati saat tangan Arlen dengan kasar memainkan kedua aset kembarnya.
Pergerakan Arlen terhenti begitu saja.
Arlen tersadar dari kegilaannya dan langsung menjauh dari Asyh, memilih turun dari ranjang.
"AARRGGHHH.." Arlen mengerang frustasi.
Seharusnya ia membujuk Asyh dan menjelaskan sesuai masukan dari salah satu pengawalnya tadi, namun ia malah mengijinkam dirinya gelap mata dan dikuasai amarah hingga membuat gadis mungil itu menangis dan ketakutan.
Asyh meringkuk menangis di tepi ranjang.
Arlen naik kembali ke atas ranjang dan memeluk erat Asyh.
"Maafkan aku! Aku yang salah. Aku sudah membuatmu takut. Maafkan aku!" Arlen memohon dengan sangat.
Asyh hanya diam dan masih menangis.
"As, aku mohon! Maafkan aku! Apa perlu aku menghabisi perempuan sialan itu juga baru kau akan memaafkan diriku?" Arlen meminta dengan ancaman.
Asyh yang tidak ingin Arlen menggila akhirnya mengulurkan tangannya memeluk tubuh kekar itu.
"Ma maafkan aku membuatmu marah." Asyh dengan suara lirih dan sesenggukan.
"Tidak! Aku yang salah." Arlen mengecup puncak kepala Asyh berulang kali.
Asyh sudah tidak menangis namun ia masih sesenggukan.
"Aku mohon, jangan meragukanku! Aku yang memilihmu Asyh. Hanya kau yang aku mau! Hanya kau yang aku harapkan untuk bisa menyembuhkan lukaku." Arlen mengeratkan pelukannya.
Asyh mengangguk sebagai jawaban.
"Jangan sakiti siapapun lagi! Aku janji akan terus berada di sampingmu dan mencintaimu, tapi jangan sakiti siapapun lagi." Asyh dengan suara lemah namun ia serius mengatakannya.
"Aku janji! Aku janji akan menurutimu. Tapi jangan pernah meragukanku!" Arlen menatap dalam mata Asyh.
Asyh mengangguk yakin.
"Terima kasih. Terima kasih, darling." Arlen kembali mengecup puncak kepala Asyh berulang kali dan memeluk Asyh erat.
"Aku belum menyelesaikan tugasku. Tadi aku datang tanpa membawa apapun." Asyh merengek dengan suara manja.
"Aku minta Xello ambilkan semua yang kau butuhkan!" Arlen meraih ponselnya dari atas nakas dan menghubungi Xello.
"Xello, kembali ke asrama dan bawakan semua barang-barang yang Asyh perlukan untuk mengerjakan tugasnya!" Arlen langsung memutus panggilannya secara sepihak tanpa menunggu jawaban Xello.
Arlen membawa Asyh duduk bersandar pada kepala ranjangnya.
"Kita tunggu saja kedatangan Xello. Apa kau tidak ingin tinggal di sini saja?" Arlen mencoba membujuk Asyh.
"Big No! Jangan memaksaku!" Asyh menekan perkataannya.
"Baiklah baik. Asal kau bisa jaga diri saja." Arlen memilih mengalah.
"Sekali lagi aku minta maaf, darling." Arlen merangkul Asyh dengan erat.
Asyh mengangguk sebagai jawaban.
Mereka kembali akrab lagi seperti yang diharapkan Arlen.
•••••••••••••••
"Kak, semoga saja pengorbananku kali ini tidak sia-sia. Semoga saja gadis itu memang tercipta untukmu, yang akan membawamu keluar dari kegelapan." Xello bergumam sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam kawasan kampus menuju asrama kampus.
Kampus itu sudah sangat sepi bahkan sudah tidak ada orang yang berlalu lalang.
Xello segera menuju ke kamar Asyh.
Saat sudah sampai di depan kamar Asyh, Xello merasa heran karena pintu kamar itu tidak tertutup sempurna.
Xello membuka perlahan pintu itu dan keadaan kamar sangat berantakan, ada beberapa helai pakaian pria dan wanita berserakan di lantai.
"Um..Azlan..cepat sedikit.." Suara desahan seorang perempuan terdengar dari dalam kamar mandi yang masih berada di dalam kamar Asyh dan Vasya.
Xello memutuskan untuk sedikit mengintip dan merekam aksi panas Vasya bersama Azlan.
"Wanita ja*ang, pria brengsek. Lihat hadiah apa yang akan ku berikan pada kalian besok. Ingin mencemarkan nama baik kampus keluargaku, tidak akan mempan." Xello segera mengambil semua barang-barang yang Asyh butuhkan tanpa menimbulkan suara.
Setelah itu Xello langsung beranjak meninggalkan kamar Asyh bahkan kampus itu dan kembali ke kastil.
Sepanjang perjalanan Xello tersenyum menakutkan, namun ia juga dilema apa perlu mengatakan hal ini kepada Arlen.
Akhirnya ia sampai di kastil. Segera ia turun dari mobil dengan membawa semua barang-barang Asyh dan langsung menuju ke kamar Arlen.
"Kak, keluarlah sebentar saja! Ada yang ingin aku sampaikan!"
Xello memilih mengirim pesan kepada Arlen alih-alih mengetuk pintu.
Tak lama kemudian Arlen keluar.
"Ada apa?" Arlen bertanya dengan nada dingin.
"Ini." Xello menunjukkan video yang ia rekam tadi.
Arlen langsung tersenyum menakutkan.
"Tidak perlu bertindak sekarang! Simpan baik-baik video itu! Aku akan membutuhkannya nanti!" Arlen mengambil alih semua barang-barang Asyh dari tangan Xello.
"Tapi nama baik kampus keluarga kita akan tercemar." Xello mencoba bernegosiasi dengan kakaknya.
"Tidak akan Xello. Percayalah! Belum saatnya menghukum mereka! Sekarang kau istirahat saja! Terima kasih untuk kerja kerasmu!" Arlen langsung masuk lagi ke dalam kamarnya meninggalkan Xello.
"Apa itu tadi? Dia mengucapkan terima kasih kepadaku untuk pertama kalinya setelah lima tahun?" Xello bergumam bingung sambil berjalan meninggalkan kamar Arlen.
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel