Bella Cintia?" Gumam Eric. Dia seolah tidak asing dengan nama itu. Bahkan ketika menyebutnya namanya saja membuat hati Eric berdesir menghangat.
"Kenapa harus designer ini?" Tanya Eric.
"Karena hanya dia yang cocok untuk mode produk kita pak."
"Apalagi yang kau ketahui tentang designer ini?" Tanya Eric kembali.
"Dia adalah salah satu designer terkenal di dunia. Dia sering berpindah dari negara satu ke negara lain. Karena dia memiliki cabang butiknya hampir di setiap negara yang dia tinggali. Namanya Bell's Boutique. Tapi untuk rumah mode utama nya, dia hanya memilikinya di negara ini. Nama rumah mode itu adalah Bellaric."
Eric terkesiap kala manager produksi itu menyebutkan kata Bellaric.
"Bellaric?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naluri Seorang Ibu
Sepulang dari sekolah Eric melajukan mobilnya ke rumah sakit. Tadi dia mendapat telepon dari kakaknya kalau mama nya masuk rumah sakit.
"Bel, lo gak papa kan ikut gue bentar ke rumah sakit?" Tanya Eric pada Bella. Walaupun sebenarnya dia sudah meminta ijin pada Mamah Bella karena akan mengantar Bella pulang terlambat.
"Gak pa-pa. Lagian elo juga sudah ijin dengan nyokap gue kan." Eric mengangguk pelan.
"Makasih ya." Balas Eric sambil tersenyum.
Sebelum sampai di rumah sakit, Bella meminta Eric untuk berhenti di sebuah toko bunga. Pilihan Bella jatuh pada bunga krisan yang cantik. Karena bunga ini bisa memberikan energi positif dan bisa membawa dampak yang baik bagi orang sakit.
Bella masuk ke dalam mobil dan menaruh bunganya di atas pangkuannya. Eric menoleh pada Bella.
"Untuk siapa?"
"Untuk nyokap lo. Gak enak datang gak bawa apa-apa."
Hati Eric tersentuh dengan perhatian Bella. "Makasih ya Bel." Eric tersenyum tulus pada Bella.
Tiba di rumah sakit, Eric dan Bella langsung menuju ruang inap mama nya Eric. Di sana sudah ada papa dan kedua kakaknya. Kedatangan Eric dan Bella tentu saja membuat mereka senyum-senyum.
"Mama koq bisa gini sih. Emang sakit apa?" Eric menghampiri mama nya dan mencium lembut kedua pipi mama nya.
"Mama cuma capek saja. Maklum mama sudah tua." Ucap mama Eric sambil tersenyum.
Perhatian mama Bella teralihkan pada seseorang yang berdiri di belakang Eric sambil memeluk bunga.
"Dia siapa?" Tanya mama Eric setengah berbisik pada Eric.
Dengan gugup Eric memperkenalkan Bella pada mama nya. "Ekhem..dia Bella teman Eric ma." Ucap Eric malu-malu.
"Halo tante. Saya Bella." Bella memperkenalkan dirinya dengan sopan kemudian memberikan buket bunga tadi pada mama Eric.
"Makasih ya bunganya. Cantik sama seperti kamu." Ucap mama Eric tulus dan membuat Bella salah tingkah.
"Cuma mama doang nih yang di kenalin. Kita gak?" Celetuk Edo dengan senyum nakal pada Eric.
Eric melototkan matanya pada kakaknya tersebut dan mendapatkan kekehan dari kedua kakaknya.
"Bel, kenalin ini papa, terus itu kakak gue Kak Eno dan kak Edo." Ujar Eric memperkenalkan anggota keluarganya pada Bella.
"Kenalkan saya Bella om, kak." Bella memperkenalkan dirinya dengan perasaan gugup.
"Santai aja Bel. Kita di sini gak gigit koq." Ucap Eno sambil tersenyum jahil.
"Jadi lo temannya Eric atau pacarnya?" Tanya Edo spontan yang membuat mata Eric membulat sempurna dan menatap kesal kakaknya.
"Lo kenapa?" Tanya Edo jahil pada adiknya.
Eric hanya mendengus kesal menanggapi pertanyaan kakaknya yang usil.
"Jadi ini yang mau Eric kenalin buat papa dan mama." Ujar papa nya menggoda Eric.
Dengan malu-malu Eric menggangguk "iya pa."
Sementara Bella hampir tidak mampu mengontrol degup jantungnya karena berada di tengah-tengah keluarga Eric.
"Bella duduk sini." Ujar mama Eric.
Bella pun datang menghampiri dan duduk di samping ranjang pasien mama Eric. Eric kemudian menjauh dari sana bergabung dengan kakak-kakaknya dan memberikan ruang untuk Bella dan mama nya bicara.
"Tante senang Bella datang menjenguk. Selama ini Eric tidak pernah membawa seorang gadis pada kami selain Bella. Tante harap Bella bisa bertahan dengan sifat dan kelakuan Eric yang tante anggap masih manja dan sedikit kekanakan." Ucap mama Eric sambil mengelus tangan Bella yang di genggam.
"Iya tante." Balas Bella dengan canggung.
"Tante suka sama kamu. Tante yakin kamu adalah gadis yang baik. Tolong jaga Eric buat tante." Mama Eric tersenyum tulus saat mengucapkannya.
Dia berharap bahwa gadis yang saat ini ada di depannya, kelak bisa menjadi pendamping hidup bagi putra bungsunya. Mungkin karena naluri seorang ibu, mama Eric merasa yakin akan pilihannya. Dia ingin mengenal gadis ini lebih dekat lagi.
"Tante koq ngomongnya gitu. Bella jadi gak enak." Cicit Bella merasa aneh dengan perkataan mama Eric barusan.
"Tante mengatakannya karena mungkin ini perasaan seorang ibu. Tante percaya sama kamu." Ucap mama Eric tulus.
Membuat hati Bella tersentuh dengan kehangatan mama Eric padanya.
Eric menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Bella. Eric menggenggam sebelah tangan Bella dan mengecup keningnya.
"Makasih ya buat hari ini. Mama sangat senang ketemu lo tadi." Ucap Eric sambil menatap lembut Bella.
Bella membalas tatapan Eric dan mengangguk pelan.
"Masuklah. Besok gue jemput lo."
Bella menurut dan keluar dari mobil Eric dan masuk ke dalam rumahnya. Setelah memastikan Bella sudah di dalam rumah, Eric melajukan mobilnya untuk pulang.
***
Sejak pertemuan pertama Bella dengan keluarga Eric di rumah sakit, hubungan Bella dengan keluarga Eric semakin dekat saja. Bella sering datang ke rumah Eric karena permintaan mama nya.
Mama Eric sering mengajak Bella untuk membuat kue atau pun memasak bersama. Bella sudah tidak merasa canggung lagi. Walaupun hubungan Bella dan Eric masih sama dengan status 'sahabat tapi mesra' lantas tidak membuat hubungan keduanya renggang. Tapi malah semakin dekat saja.
"De, kamu gak segera resmikan hubungan kalian biar jelas gitu. Kan kasian Bella juga. Jangan bikin anak orang baper." Ucap Eno memberi teguran lembut untuk adik bungsunya itu.
"Eric tahu kak. Setelah kelulusan nanti Eric mau langsung lamar Bella."
Ucapan Eric sontak membuat Eno tersedak air liurnya sendiri. "Kamu serius de? Kamu mau kasih makan anak orang pakai apa kerja aja belum." Celetuk Eno.
"Maksudnya bukan langsung nikah juga kali kak." Eric memutar bola matanya malas mendengar perkataan kakak sulungnya.
"Ya terus apa dong kalau gak nikah?"
"Eric ngelamar itu buat bikin ikatan pertunangan dulu. Eric juga mau kuliah. Masa iya langsung nikah Eric gak punya pekerjaan. Kasian anak isteri Eric dong nanti." Ujar Eric sambil membenahi posisi duduknya agar berhadapan dengan kakaknya sambil menopang dagunya.
"Siapa yang mau nikah?" Tanya Edo yang tiba-tiba datang dan langsung duduk di tengah Eno dan Eric. Membuat keduanya mencebik kesal karena ulah Edo.
"Emang siapa yang mau nikah?" Cibir Eric.
Edo mendengus kesal mendengar jawaban adiknya. Tapi matanya beralih pada sosok gadis yang sedang bersama mama nya sekarang.
"Kamu pintar juga ya de cari cewe kaya Bella. Mama sangat senang bersamanya." Ujar Edo yang membuat Eric juga mengalihkan pandangannya pada interaksi mama dan gadis yang ia sayangi itu. Eric tersenyum tipis.
"Kak, kak Elsa mana? Koq jarang kesini lagi." Tanya Eric pada Eno.
"Kamu tahu sendiri sibuknya dia kayak apa. Mimpin perusahaan bukanlah hal yang mudah." Ujar Eno yang sering kali merasa kasihan dengan tunangannya yang begitu sibuk.
Apa lagi dia dan tunangannya sama-sama berada di posisi yang sama CEO perusahaan. Jadi dia sangat mengerti bagaimana lelahnya. Eno tidak ingin menuntut banyak hal pada tunangannya. Hanya saja mereka sudah memutuskan bahwa ketika mereka menikah nanti, dia ingin Elsa cukup bekerja dari rumah saja untuk menangani pekerjaannya.
Mama Eric dan Bella datang menghampiri Eric dan kakak-kakaknya dan juga papa Eric yang sedang kumpul di ruang keluarga, sambil membawa cake dan juga minuman.
"Wiiiihhh bikin apa de hari ini?" Tanya Edo dengan semangat karena melihat makanan di depan matanya.
"Bella sama tante bikin rainbow cake kak." Ucap Bella dengan tersenyum.
"Pasti enak ini." Ujar Papa Eric dan mengambil satu iris cake dari piring saji.
"Enak kan pa." Papa Eric mengangguk setuju perkataan isterinya.
"Buat kakak mana Bel?" Eno sengaja menggoda Bella dengan menengadahkan tangannya di depan Bella.
Eric menjauhkan tangan kakak nya dari Bella
"Ambil sendiri." Ujar Eric mencibir kakaknya.
"Posesif amat de." Eno juga mencibir adiknya.
"Sini." Ujar Eric sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya. Bella mengikuti perkataan Eric dan duduk di sampingnya.
Sore itu Eric dan keluarganya menikmati kebersamaan mereka dengan penuh kehangatan dan canda tawa yang tercipta di antara mereka.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Enjoys reading ya readers😊
Jangan lupa buat tinggalin jejaknya rate 5, like dan juga komennya. love you all🙏