Meri menjadi berubah seratus persen setelah kematian Mama nya satu bulan yang lalu, anak bungsu ini menjadi sangat menakutkan bagi para saudara nya. tidak bisa lagi mereka mau tidur dengan tenang, di tambah kematian Mama mereka yang masih jadi misteri.
Ada apa kah dengan Meri?
Apa penyebab kematian Mama Meri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Air mata darah
Mela melihat Meri yang masuk dalam kamar dengan wajah yang ketakutan, maka dia pun segera mendekati adik nya itu karena sebagai Kakak tertua kadang peran nya lebih besar dari pada yang lain. apa lagi dalam surat yang di tinggalkan oleh Mama nya bahwa mereka semua harus sangat menjaga Meri, jadi para Kakak pun berusaha untuk melakukan nya.
Tidak ada yang punya pikiran aneh aneh kala itu, mereka beranggapan karena Mama nya sangat sayang pada si bungsu sehingga berpesan demikian pada Kakak Kakak yang sudah mandiri. ini sekarang saja mereka harus tinggal serumah untuk menjaga Meri, padahal sudah punya rumah sendiri sendiri.
"Meri." Mela mengetuk pintu kamar adik nya.
"Hahaaaaa...."
"Sama siapa dia di dalam? apa kah ada Devan ya!" batin Mela agak kaget karena mendengar tawa laki laki.
"Kenapa Mel?" Tante Rindu datang mendekati keponakan nya.
"Tidak apa apa, cuma mau ngobrol sama Meri saja." jawab Mela sambil tersenyum ramah.
Tante Rindu orang nya agak keras hampir sama juga dengan Mama Ajeng, apa lagi keanehan Meri kan tidak bisa lagi mau di sembunyikan dari keluarga besar. sikap pemurung nya itu membuat yang lain cemas, Tante Rindu yang mengusul kan untuk pergi mencari psikolog agar Meri bisa sedikit bangkit dari luka ini.
Cekleeek.
"Dia tidur ternyata?" kaget Mela karena Meri sedang tidur meringkuk.
Padahal jelas sekali tadi ada suara laki laki yang sedang tertawa, suara nya tidak berasal dari mana mana. Mela yakin sekali kalau suara itu berasal dari dalam kamar ini, sungguh sekarang keanehan kian menjadi saja pada adik bungsu nya.
"Kenapa, Kak?" Meri bangun dan menatap Mela.
"Kamu sendirian saja di kamar?" tanya Mela duduk di pinggir ranjang.
"Enggak sendiri sih, tapi Kakak tidak akan percaya juga." Meri menjawab sambil menarik sudut bibir nya.
"Tadi Kakak mendengar suara tertawa, kirain ada Devan di sini." Mela mengabaikan ucapan adik nya.
"Memang ada yang tertawa kok, tapi dia bukan Devan." jawab Meri.
Mela melirik sudut kamar adik nya yang menurut dia ada sesuatu, tapi ketika di lihat langsung sama sekali tidak ada apa apa. perasaan Mela sangat tidak nyaman saat di kamar ini, seperti sedang di perhatikan oleh sesuatu dan tatapan yang ganas.
"Buka jendela kalau siang ya, kamar mu kok lembab sekali rasa nya." Mela ingin berbaring namun tidak jadi ketika mendengar jawaban Meri.
"Dia tidak suka kalau kamar nya bersih dan wangi." sahut Meri.
"Dia siapa?!" Mela mulai merasa dia harus menanggapi adik nya.
"Dia...dia." mata Meri menutup lurus arah jendela yang kalau di buka akan langsung menghadap kolam.
"Cerita yok sama Kakak, apa yang kamu lihat?" Mela berusaha membujuk nya.
Namun Meri sudah terdiam dan detik kemudian menarik selimut lalu menutup sekujur tubuh, Mela menarik nafas berat karena selalu saja begini selama satu bulan ini. isak tangis mulai terdengar dari dalam selimut itu, pertanda Meri sudah kembali pada duka nya lagi.
"Kakak tau kehilangan Mama sangat membuat kamu sedih, tapi masih ada Kakak yang akan menjaga kamu." bujuk Mela penuh kelembutan.
"Dia akan marah padaku." isak Meri dari dalam selimut.
"Dia itu siapa?" tanya Mela dengan tubuh yang mendadak merinding.
Blaaaaap.
Mendadak saja kamar Meri gelap gulita seolah sedang mati lampu, Mela kaget dan merasa rasa takut nya kian besar saja. Meri di dalam selimut, maka di raba nya agar rasa takut ini berkurang walau hanya sedikit, mau keluar belum berani turun dari ranjang karena Mela memang merasakan ada yang aneh akan kamar adik nya.
"Mer, kamu di mana? Meri!" Mela kaget karena Meri sudah tidak ada di dalam selimut.
Tangan Mela segera mengambil ponsel nya untuk menghidupkan senter dan melihat di mana keberadaan Meri, bahkan kalau bisa mau lari keluar dari dalam kamar yang seram nya luar biasa ini. tidak sanggup dia memang ada di kamar Meri, ada sesuatu yang aneh dan sangat seram.
"Hihihiiii....Melaaaaaa!" suara Meri memanggil Kakak nya.
"Mer kamu di mana? jangan menakuti Kakak!" teriak Mela sudah ketakutan.
"Aku di sini, selama nya aku di sini untuk bermain." jawab Meri yang tidak jelas ada di mana.
Saat lampu senter menyorot maka baru lah terlihat kalau Meri sudah ada di atas dengan gaya merangkak itu, Mela berteriak kaget bukan main karena tiba tiba saja adik nya sudah ada di sana dengan wajah yang menghitam serta mata nya juga merah seperti darah dan menatap dia tajam.
"Meri apa yang kau lakukan di atas sana?!" Mela gemetaran dan akan lari.
"Heheeee...aku suka bermain begini, seru sekali main seperti cicak." jawab Meri merayap pada dinding dan juga atas kamar nya.
"Jangan begini, Meri. tolong jangan begini, kamu kenapa?" Mela menangis melihat keadaan adik nya jadi begitu.
"Aku tidak kenapa napa, seru loh main dengan dia." Meri menjawab dan sekarang sudah turun di depan Mela.
Sorot mata yang sangat aneh serta begitu seram, sekujur tubuh Mela merinding karena ketakutan melihat Meri yang jadi begini. pokok nya dia sudah yakin kalau Adik nya dapat gangguan ghaib, harus segera di obati agar Meri tidak semakin parah saja sakit nya.
"Jangan begini, Meri. Kakak takut melihat nya!" Mela sudah menangis.
"Kakak takut pada nya? aku juga takut, aku takut sekali pada dia!" mendadak saja Meri juga menangis dan dari senter itu Mela bisa melihat bahwa itu air mata darah.
"Meri kau kenapa?!" pekik Mela sangat histeris.
Braaaaak.
Devan yang mendengar Mela berteriak keras dari dalam kamar adik bungsu nya langsung mendobrak, di sana Mela sedang berdiri dengan wajah pucat dan dia juga menangis seolah ada sesuatu yang sudah terjadi, banyak orang yang menunggu di luar kamar karena mereka semua mendengar suara itu.
"Kak kau kenapa?" Devan menatap Mela yang masih gemetar.
"Ada hantu...Meri bersama dengan hantu!" isak Mela memegang tangan adik nya.
"Tangan mu dingin sekali, kamu lagi sakit! iya kan, Kak?" Devan menatap Mela yang seperti orang kebingungan.
"Meri tidur di sini, kamu ngapain masuk kamar dan berteriak begitu!" Tante Rindu juga heran.
"Tidur?!" Mela menoleh dan melihat adik nya memang tertidur pulas.
Padahal baru saja Meri berdiri di hadapan nya, adik nya menangis darah sehingga membuat Mela sangat syok. namun sekarang ketika lampu sudah menyala semua, Meri tampak tidur dan ada suara dengkuran juga dari dia sehingga mereka semua yakin kalau Meri sudah tidur.
Selamat pagi besty ku, jangan lupa like dan komen nya seperti biasa ya, up masih santai dulu ya guys.
klau sama arya,iblis nya kucing²an,,,artinya dia hnya licik tapi tak sekuat arya. 🥱😁😁
kan mati dukun mu nanti tanggung jawab lh tu bila Arya marah jd orang tak sabar bgt mau aja dengar omongan orang lain.
nanti malah kau Ervan JD korban selanjutnya.