Dikhianati suami dan sahabatnya sendiri, Seraphine Maheswara kehilangan cinta, kepercayaan, bahkan seluruh harta yang ia perjuangkan. Malam itu, ia dijebak dalam kecelakaan maut oleh Darian Wiranata dan Fiora Anindya.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua untuk kembali ke masa lalu. Kini, Seraphine bukan lagi wanita naif, melainkan sosok yang siap membalas dendam kepada paraa pengkhianat.
Di tengah jalannya, ia dipertemukan dengan Reindra Wirajaya, CEO muda yang perlahan membuka peluang takdir baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 KELUARGA
Seraphine menatap pemandangan di luar,ia ingat bagaimana dia memilih menikah dengan Darian dan menjauhi keluarga.
"Bodoh sekali" ia menggurutuki dirinya sendiri.
Sang supir melajukan mobilnya dengan cepat hingga sampailah mereka di depan kediaman mewaah milik keluarga Maheswara,ya keluarga Maheswara adalah keluarga terkaya nomor 2 di kota Neon.
Rumah megah bergaya Eropa itu berdiri anggun dengan pilar-pilar tinggi, halamannya luas dengan lampu taman yang mulai menyala karena sore telah tiba. Seraphine segera turun dari mobil, tumit sepatunya mengetuk lantai marmer halaman.
Ia menarik napas, kali ini terasa berbeda. Ia sangat rindu dengan rumah ini,karena dulu sudah 5 tahun ia dilarang datang ke rumah ini karena menikah dengan Darian.
"Kangen banget sama rumah ini" gumamnya.
Sera melangkahkan kakinya dengan cepat sesampainya di ruang utama, aroma kopi hitam menyambutnya. Di ruang kerja terbuka yang terhubung dengan ruang tamu, terlihat sosok kakaknya Bima Maheswara. Duduk tegak di kursi, matanya fokus pada layar laptop.
Bima yang menyadari Sera sudah pulang segera mengangkat kepalanya.
"Kamu sudah pulang,Sera?"
"Eh,iya kak ini baru sampai" Sera tersenyum tipis.
Melihat kakaknya yang sedang bekerja,hati sera merasa hangat. Ia merasa rindu melihat sang kakak, bertahun tahun lamanya sang kakak memutuskan hubungan dengan dirinya karena dengan bodohnya memilih menikah dengan Darian.
Bima akhirnya menutup laptopnya sebentar, menatap adiknya.
"Kamu tidak ajak pacar dan sahabatmu lagi kan?" Nada suaranya datar, tapi penuh ketegasan.
Dulu, pertanyaan itu selalu membuat Seraphine merasa kesal, seolah kakaknya tidak percaya dengan pilihannya. Tapi sekarang, kalimat itu seperti belati yang menusuk hatinya seperti sebuah peringatan yang dulu ia selalu abaikan.
Dengan suara lembut, ia menjawab
"Tidak, Kak. Aku pulang bareng supir"
Tatapan Bima melembut, meski tetap penuh wibawa.
"Bagus, kakak sudah sering bilang, tidak semua orang yang terlihat baik itu benar-benar tulus"
"Firasat kakak tidak enak dengan kedua orang itu"
Seraphine menunduk, menggenggam jemarinya di pangkuan. Dalam hatinya, perasaan getir muncul.
"Benar kak,aku dulu terlalu naif lebih percaya mereka dibanding nasihat nasihat yang kakak berikan, sekarang aku akan menuruti semua nasihatmu" batin Sera.
Senyum tipis terukir di wajahnya.
"Aku ngerti, Kak. Mulai sekarang aku janji bakal lebih hati-hati"
Bima menatap adiknya lama, lalu mengangguk pelan.
"Kakak harap begitu. Karena Kakak nggak mau lihat kamu terluka"
Seraphine merasakan matanya panas, tapi ia cepat mengedip menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Terima kasih, Kak Bima. Aku janji, kali ini aku akan memilih milih orang yang ada di dekatku. Dan aku akan memastikan mereka yang mengkhianatiku membayar lunas perbuatannya"
"Bagus kakak,suka kalau kamu berpikir seperti itu. Istirahatlah di kamar nanti malam ayah dan ibu pulang dari luar negeri"jelas sang kakak.
"Papa sama mama sudah mau pulang kak" mata Sera berbinar bahagia.
"Iya,ya sudah istirahatlah dulu"
"Baik kak"
Sera melangkahkan kakinya menaiki tangga dan sampailah ia di depan kamarnya. Sera sudah rindu sekali dengan kamar bernuansa pink miliknya itu,ia segera membuka pintu dan berlari ke arah kasur. Sera merebahkan dirinya sambil menatap langit langit kamarnya.
"Bodohnya aku meninggalkan kekayaan keluarga Maheswara untuk bersama Darian yang tidak berguna itu" gumamnya.
"Baik mulai sekarang,aku harus gunain pengaruh keluarga Maheswara untuk menghancurkan Darian dan Fiora"
Seraphine menyipitkan mata, senyum tipis namun dingin muncul di wajahnya.
"Mari kita lihat, siapa yang akan tersungkur lebih dulu ketika aku bergerak"
Pikirannya terus berputar, menyusun rencana balas dendam. Hingga suara bariton milik Bima terdengar memanggil namanya.
"Seraaa,turun duluu mama dan papa sudah pulang"
"Sera sayang ibu bawakan oleh oleh dari eropa untukmu" teriak suara wanita paruh baya.
Sera yang mendengar itu segera berlari keluar dari kamarnya dan menuruni tangga secara perlahan ia sangat rindu dengan kedua orang tuanya itu.
"Papaaaa,mamaaaa"
"Oh Sera sayangg"sang ibu melebarkan tanganya seolah meminta agar Sera memeluknya.
Dengan cepat Sera berlari lalu memeluk Ayah dan ibunya,jujur saya ia sangat rindu dengan kedua orang tuanya. Lima tahun ia menahan rindu itu demi Darian.
"Pa,Ma Sera kangen" kata Sera memelas.
"Kamu ini baru ditinggal,papa dan mama tiga hari sudah kangen saja" Sang ayah menoel hidung mancung milik Sera.
Kedua orang tua itu adalah Rangga Maheswara pemilik Perusahaan Maheswara dan sang istri Amara Maheswara.
"Ini sayang hadiah buat kamu" Sang ibu menyodorkan satu kotak besar kepada sang putri.
"Aku ga dikasih bu?"tanya Bima pura pura cemberut.
"Ini untukmu"sang ayah menyodorkan satu kotak besar untuk sang putra.
"Bagaimana Bima tentang perusahaan,apakah baik?"
"Baik,pa sudah aku urus. Oh ya nanti kita obrolin lagi di ruang kerja"
"Yasudah kita,makan dulu mama sudah lapar dari tadi sengaja tidak makan biar bisa makan bersama kalian"Suara ibu Amara lembut lalu menarik tangan sang putri disusul sang Ayah dan Bima dibelakangnya.
Ruang makan keluarga Maheswara selalu tampak megah dengan chandelier kristal yang berkilauan di atas meja panjang berlapis kain putih. Malam itu, Rangga Maheswara duduk di ujung meja dengan wibawa khasnya. Di sampingnya, Amara Maheswara tampak anggun dalam balutan dress sederhana tapi masi terkesan mewah.
Bima dan Seraphine duduk berseberangan, keduanya mulai menyantap makanan yang tersaji ada sup buntut hangat, steak impor, hingga hidangan penutup yang sudah rapi dihidangkan oleh para pelayan.
Tidak ada suara selain dentingan sendok dan garpu. Mereka terbiasa makan dengan tenang, hanya sesekali saling menatap. Hingga akhirnya, setelah semua piring nyaris kosong, Rangga meletakkan sendoknya.
"Seraphine" panggilnya suaranya dalam penuh wibawa.
"Bagaimana hubunganmu dengan Darian belakangan ini?"
Sera menahan napas sejenak. Pertanyaan itu menusuk tepat ke titik yang paling ingin ia hindari. Ia tersenyum tipis, mencoba tetap terlihat biasa.
"Baik, Pa. Seperti biasa tidak ada yang berubah" jawabnya singkat, seolah-olah Darian hanya topik sepele.
Sang ayah mengangguk anggukan kepalanya,
"Kalau kamu berniat putus, putuslah ayah akan jodohkan kamu dengan rekan ayah"
"Tapi yah..."
"Ayah tau kalau kamu berniat mau sama Darian ya silahkan. Tapi ayah tidak akan setuju kalau kalian menikah"
Sera hanya tersenyum canggung,lalu sang ibu Amara menatap putrinya itu lalu ikut bersuara.
"Entah kenapa, mama tidak pernah sreg dengan anak itu" ucap Amara lirih tapi jelas.
"Dan sahabatmu, siapa namanya?"
"Fiora" kata Bima datar.
"Oh dia, Mama juga tidak nyaman setiap melihatnya. Tatapan matanya terlalu menusuk dan dia seperti punya niat jahat kepadamu"
Sera hanya menunduk, menggenggam sendoknya erat. Dalam hatinya, ia hampir ingin berteriak.
"Mama benar, mereka berdua memang pengkhianat"batinya kesal.
Bima ikut menimpali dengan nada datar,
"Dari dulu aku sudah bilang, Sera. Jangan terlalu dekat dengan mereka. Tapi kamu tidak pernah mau dengar"
Seraphine tersenyum hambar, menatap kakaknya sekilas. Kali ini, ia tidak membantah.
"Tenang saja, Kak. Aku sudah belajar dari kesalahanku,mereka akan menyesal pernah mengkhianatiku"
Rangga kembali bersuara, suaranya berat dan penuh arti.
"Kalau memang tidak baik, lepaskan. Kamu masih muda, Sera. Jangan habiskan waktumu dengan orang yang tidak layak. Ayah nanti bisa jodoh kan kamu dengan rekan ayah yang jelas dia anak baik baik"
Suasana meja makan sejenak terdiam. Seraphine mengangkat kepalanya, tersenyum tipis kepada kedua orang tuanya.
"Iya, Pa. Aku akan pertimbangkan baik-baik"
"Baguslah,besok kamu harus selalu diantar supir kemanapun kamu pergi jangan suruh siapa itu antar jemput kamu"kata Rangga menatap putrinya.
"Iya,pa aku akan setuju"
"Tumben kamu nurut dan tidak membela pacar dan sahabat mu itu"sang kakak menoyor kepala Sera.
"Aduh kakak,aku kan mau mencoba mendengarkan kalian. Lagipula nasihat kalian pasti bagus buat diriku"
"Nah kayak gini,mama sayang sekali dengan Sera"Sang ibu memeluk erat putrinya itu.
Di dalam hati Sera ia merasa bahwa dulu dia benar bener naif dan bodoh meninggalkan keluarga sebaik ini.
"Kalau dulu aku milih keluarga ini,pasti hidup ku ga akan tragis"