NovelToon NovelToon
Bintangku 2

Bintangku 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Cintapertama / Keluarga / Cintamanis
Popularitas:182
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

sambungan season 1,
Bintang kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya, tiba-tiba omanya berubah. ia menentang hubungannya dengan Bio

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedai Kopi di Sudut Kota

Kedai itu tidak besar. Bahkan cenderung sempit jika dibandingkan dengan kafe-kafe kekinian yang berderet di pusat kota. Letaknya di sudut jalan kecil, tidak terlalu ramai, tapi cukup hidup untuk orang-orang yang tahu ke mana harus melangkah.

Bio berdiri di balik pintu kaca, menatap papan nama kayu yang baru saja dipasang pagi itu.

“Ruang Pulang.”

Nama itu ia pilih tanpa berpikir lama. Bukan karena terdengar puitis, tapi karena baginya, tempat ini adalah satu-satunya ruang di mana ia bisa bernapas tanpa merasa menjadi beban siapa pun.

Di dalam, aroma kayu bercampur kopi baru digiling memenuhi udara. Mesin espresso berdiri di sudut bar—bukan yang mahal, tapi cukup kokoh. Bio menepuk-nepuk bodinya pelan, seolah memberi semangat.

“Kita mulai dari sini, ya,” gumamnya.

Ia merapikan meja kayu kecil satu per satu, memastikan lapnya bersih, kursi tidak goyah. Rak dinding diisi beberapa buku bekas dan tanaman kecil—hadiah dari Rama saat tahu Bio ingin membuka kedai.

“Biar nggak kaku,” kata Rama waktu itu. “Kayak hidup lo.”

Bio hanya tertawa.

Hari pertama buka, tidak banyak pelanggan. Seorang ibu dengan anak kecil, dua mahasiswa yang duduk lama tapi pesan satu kopi, dan satu bapak tua yang hanya ingin duduk diam sambil membaca koran.

Bio tidak keberatan.

Ia memang tidak membuka kedai ini untuk cepat ramai. Ia membuka ini untuk bertahan.

Menjelang siang, bel pintu berbunyi lagi.

Bio mendongak—dan senyumnya muncul tanpa sadar.

Bintang.

Ia masuk dengan langkah ringan, mengenakan blus krem dan celana hitam. Rambutnya diikat rendah, wajahnya tampak lebih segar dari beberapa hari lalu.

“Kamu buka beneran hari ini,” kata Bintang, matanya berkeliling.

“Iya,” jawab Bio, agak gugup. “Masih banyak kurangnya.”

Bintang berjalan mendekat ke bar, memperhatikan setiap sudut dengan saksama.

“Tempat ini… kamu banget,” katanya pelan.

Bio tersenyum kecil. “Itu pujian atau…?”

“Pujian,” potong Bintang cepat, lalu tertawa kecil.

Ia duduk di kursi bar. “Aku mau kopi. Yang kamu paling yakin.”

Bio mengangguk, lalu mulai bekerja. Tangannya bergerak lebih hati-hati dari biasanya. Ia ingin semuanya sempurna—bukan untuk pelanggan lain, tapi untuk perempuan yang berdiri di balik semua pilihannya.

Ketika kopi itu selesai, ia meletakkannya di depan Bintang.

“Ini,” katanya. “Aku bikin tanpa gula. Tapi kalau pahit—”

Bintang sudah menyesapnya lebih dulu.

“Pas,” katanya mantap.

Tatapan mereka bertemu. Hangat. Diam-diam.

“Aku bangga sama kamu,” ucap Bintang pelan. “Kamu berani mulai sendiri.”

Bio menghela napas, lalu bersandar sedikit ke meja.

“Aku cuma nggak mau terus merasa… bergantung,” katanya jujur. “Aku pengin kalau suatu hari aku berdiri di samping kamu, itu karena aku mampu. Bukan karena dikasih ruang.”

Bintang terdiam, lalu meraih tangan Bio di atas meja. Jarinya menggenggam lembut.

“Kamu sudah mampu,” katanya. “Dari dulu.”

Sentuhan itu sederhana, tapi cukup membuat dada Bio menghangat. Untuk sesaat, semua kekhawatiran tentang masa depan, tentang Oma, tentang Satya—semuanya mereda.

Bel pintu berbunyi lagi.

Bio menarik tangannya perlahan, kembali ke mode bekerja. Tapi senyumnya masih tertinggal.

Bintang mengamati dari kursinya. Melihat Bio menyeduh kopi, menyapa pelanggan dengan sopan, sesekali tersenyum kecil. Ada kebanggaan yang tidak ia ucapkan, tapi tumbuh diam-diam di dadanya.

Kedai kecil itu mungkin tidak akan langsung sukses.

Mungkin akan ada hari-hari sepi, hari-hari lelah.

Tapi di sudut kota itu, Bio sedang membangun sesuatu—bukan hanya kedai kopi, tapi pijakan untuk hidup yang ingin ia jalani bersama Bintang.

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa langkahnya tidak lagi ragu.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!