Bagaimana perasaanmu jika istri yang sangat kamu cintai malah menjodohkan mu dengan seorang wanita dengan alasan menginginkan seorang anak.
Ya inilah yang dirasakan Bima. Dena, sang istri telah menyiapkan sebuah pernikahan untuknya dengan seorang gadis yang bernama Lily, tanpa sepengetahuan dirinya.
Bima sakit hati, bagaimanapun juga dia sangat mencintai istrinya, meskipun ia tahu sang istri tidak bisa memberikannya keturunan.
Bisakah Lily berharap Bima akan mencintainya? Meskipun Bima sangat dingin padanya, tapi Lily telah berjanji satu hal pada Dena. Sanggupkah Lily menepati janjinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trias wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
"Dit? Tumben kamu kesini!" tanya Bima saat melihat Lily bersama Adit di belakangnya.
"Aku ada perlu sedikit sama kamu!"
"Biasanya juga telfon dulu. Tumben banget lo!"
Lily pamit undur diri dari hadapan keduanya dan bergegas membuatkan kedua orang itu minum.
"Makasih Ly. Tehnya gak kemanisan kan? Soalnya aku gak suka teh yang terlalu manis, takut diabetes." ucap Adit saat Lily menaruh teh di atas meja.
"Eh ini kayak biasanya koq mas. Satu setengah sendok kan? ucap Lily bingung.
"Iya mulai besok kurangin gulanya kalau bikinin aku teh ya. Soalnya aku gak kuat kamu aja udah manis banget apalagi sambil aku minum teh. Aku bisa diabetes, Ly." Seketika membuat pipi Lily memerah.
Bima memalingkan mukanya melihat interaksi kedua orang di depannya ini.
"Ly!" Panggil Bima.
"Iya pak?"
"Segera selesaikan berkas untuk pertemuan dengan mr. Andrew nanti!"
"Iya, segera saya selesaikan pak."
"Permisi."
"Ly." Lily berhenti karena Adit mencengkeram pergelangan tangannya.
"Iya, mas?"
"Aku tunggu nanti di bawah, kita makan siang. Aku gak terima penolakan!" ucap Adit tegas.
"Ehm, anu.."
"Tepat makan siang!" Lily sadar ketika pandangan tajam Bima mengarah ke tangannya yang di pegang Adit. Lily segera menarik tangannya perlahan.
"Saya permisi mas. Masih banyak pekerjaan, gak bisa janji nanti bisa makan siang sama mas Adit."
Bima tersenyum tipis hampir tidak terlihat mendengar penolakan Lily pada Adit.
Jam makan siang.
Lily masih berada di meja kerjanya. Fikirannya masih di sibukkan dengan beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan.
Lily merenggangkan otot-otot tubuhnya, hingga terdengar bunyi pada sendi tulang barulah dia merasa lega. Kebiasaan!
"Hei, aku tunggu dari tadi koq gak turun!" Adit sudah berada di depan meja Lily dengan kedua tangan bertumpu pada mejanya.
"He? udah jam makan siang ya?" tanya Lily.
Adit tanpa permisi menarik tangan Lily. Membawanya memutari meja kemudian membawa gadis itu ke lift. Bersamaan dengan itu Bima keluar dari ruangannya. Melihat sekretaris yang sudah menjadi istrinya di tarik oleh Adit.
Terlambat! Saat Bima hendak menuju ke lift, pintu lift itu tertutup. Bima setengah berlari menuju lift yang khusus di peruntukan untuknya.
Adit terus memegang tangan Lily, bibirnya mengulas senyum. Namun berbeda dengan Lily. Wajah dingin Bima tergambar jelas disana, saat tadi sebelum pintu lift tertutup.
"Kamu kenapa Ly? Gak suka ya aku ajak makan?"
"Eh? Gak koq mas. Su-suka koq." jawab Lily terbata.
"Tapi tadi sepertinya anu... emm pak Bima belum keluar dari ruangannya deh. Aku takut Pak Bima butuh aku buat cariin makan siang."
"Ya elaaah, biarin aja lagian dia juga udah gede, bisa cari makan sendiri. Di kantor juga ada OB kan?"
"Iya sih, tapi..."
"Udah gak usah khawatir!"
"Bima juga pasti udah tahu kalau kita makan di luar. Tadi kan aku ngajak kamu di depan dia. Kamu gak usah khawatir oke?" ucap Adit santai.
"Justru itu aku khawatir. Mas Adit minta izin justru pada suamiku sendiri. Bagaimana ini, semoga aja Pak Bima gak marah!" doa Lily dalam hati.
Mereka pergi ke sebuah restoran. Lily merasa canggung ketika duduk hanya berdua dengan Adit. Seorang pelayan sudah membawakan pesanan yang Adit minta.
Adit mulai melahap makanannya sedangkan Lily masih duduk dengan kaku. Tatapannya tertuju pada sebongkah daging sapi yang menggiurkan di atas piring tersebut.
"Kamu gak suka makanannya?" tanya Adit.
"Suka. Suka koq." Lily langsung menyambar garpu dan pisau lalu memotong daging tersebut dengan ukuran kecil dan melahapnya. Enak.
Adit tersenyum senang saat melihat Lily mulai rileks dan makan dengan teratur.
"Kebetulan kalian disini! Aku ikut gabung ya!" suara seorang pria membuat Lily kembali mematung. Lily tidak berani menoleh ke samping. Sedangkan Adit terlihat kesal, pasalnya pria yang satu ini mengganggu acaranya.
Semangat thor 💪💪