NovelToon NovelToon
Selena

Selena

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Reinkarnasi / Enemy to Lovers / Mengubah Takdir
Popularitas:710
Nilai: 5
Nama Author: aulia indri yani

Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 13

3 bulan lagi untuk lulus, Selena memusatkan fokusnya untuk saat ini yaitu belajar. Menggunakan waktu belajar untuk memikirkan langkah sebelumnya.

Davin ia biarkan untuk saat ini, ia biarkan Davin berdekatan dengan Karina namun membiarkan Davin memberi perhatian kepadanya.

Belajar dan lulus sekolah melanjutkan kembali kuliah itu adalah hal yang terpenting sekarang.

agar Selena bisa lulus dan menjauh dari Karina. Setidaknya disekolah, karena Karina harus menempuh satu tahun lagi untuk lulus.

Keadaan rumah Wiranata tampak sedikit damai bagi Selena. Ia sendirian, ayahnya dan ibu tirinya pergi dan Karina pergi bersama Davin.

Setidaknya orang-orang bermasalah pergi sejenak dari hadapannya.

Tulisannya berhenti saat melirik lorong menuju kamar bekas mendiang ibunya. Semenjak berusia 7 tahun saat ibunya meninggal, Selena tak pernah berkunjung ke kamar itu.

Ia meletakan buku dan pena nya disofa. Berjalan kesana, pintu nya masih kokoh. Saat mengenggam kenop pintu—terkunci.

"Mengapa dikunci?" bisik Selena berfikir di otaknya. Ini sebuah kamar yang tidak terpakai

Seorang pembantu dirumah lewat setelah membersihkan kamar atas. Selena menatapnya, memegang bahu pembantu itu menahannya.

"Tunggu." pembantu itu berhenti, menatap Selena dengan penasaran dan tertarik.

"Iya nona Selena?" sahutnya dengan ramah yang dibalas dengan senyum Selena.

"Ah, kamu tahu kenapa kamar ibuku dikunci? Apa ayah yang menguncinya?" tanya Selena the point.

Pembantu itu memberi jeda sejenak, berfikir. Ia tidak ingat tuan-nya yang mengunci itu.

"Bukan tuan Wirya, nona Selena." jawabnya tidak membenarkan membuat Selena tertarik. "Yang memegang kunci itu adalah nyonya Evelyn."

Tangan Selena terlepas dari bahu pembantu itu. Ia tahu sekarang, ia sudah menduga ibu tirinya yang melakukannya.

Dari cara ayahnya dulu selalu memberi izin dirinya untuk masuk kedalam kamar mendiang ibunya untuk melepaskan kerinduan.

Namun semenjak dengan Evelyn, ayahnya melarang dirinya membuka pintu ini. Seolah menyimpan sesuatu.

Lalu Selena tersenyum kembali, kini lebar. memberi rasa terimakasih. Hanya pembantu itu yang masih berpihak kepadanya. "Terimakasih, bibi bisa lanjutkan pekerjaannya."

Pembantu itu mengangguk sembari tersenyum sebelum pergi.

Selena menyandarkan kepalanya dipintu itu. jika ia tak menemukan kunci itu, ia harus menemukan jalan masuk sendiri.

Terlalu banyak kamera cctv disini. Mengherankan mengapa ayahnya menaruh cctv di area rumah yang sudah jarang tak dilewatkan.

Saat ia kembali ke ruang tamu Karina sudah disana, mengacak-acak buku pelajarannya dan tempat pensilnya.

Selena hanya diam tidak langsung menampar wajah Karina karena begitu berani dan bersikap kekanak-kanakan.

"Hentikan." perintah selena datar.

Namun Karina hanya terkekeh, merobek buku ujian Selena menjadi potongan kecil.

"Kau tidak perlu lulus, kau harus menungguku lulus. Akan tidak menyenangkan sekolah tanpamu untuk ku ganggu." cibir Karina, menendang buku pelajaran itu hingga mengenai kaki Selena.

Mata Selena membulat, tubuhnya gemetar menahan amarah. Ia tak menyangka Karina akan semakin berani disaat dirinya biarkan bermain-main.

ia mengambil buku pelajarannya. buku ujiannya yang sudah setengah rusak oleh Karina.

"Kau menyedihkan karina. seorang wanita putus asa yang selalu mencari validasi." Suara Selena mantap dan tajam. Menekan langsung emosi Karina.

Karina tak terima dengan cepat. Ia melangkah mendekat, matanya melotot menuntut jawaban mengapa Selena begitu berani padanya.

"Aku tidak haus validasi!" bentaknya menyangkal namun Selena hanya tertawa kecil.

"Tidak atau tidak sadar?" tanyanya berpura-pura bingung.

Karina ingin mengeluarkan umpatan namun ia segera tahan di bibirnya. Ia tak boleh lemah dihadapan Selena.

Selena memutar matanya geli sembari menghela nafas jengah dan jijik. "Tanpaku dan Davin kau tak bisa mencari validasi."

Kata-kata Selena menegaskan kembali. Ia menabrak bahu Karina—melewatinya dan duduk disofa, merapihkan sobekan buku karena perbuatan Karina.

Karina memutar tubuhnya, menyilangkan kedua tangannya didada. "Ingat ya Selena aku tidak mencari validasi. Aku memang layak dicintai, dicintai oleh ayahmu dan juga Davin." sahut Karina dengan percaya diri.

Selena hanya mengangguk ringan, seolah menerima kata-kata Karina seperti obrolan ringan tanpa kelicikan dan kesombongan.

"Ah, benar.. Jika kau layak dicintai oleh mereka berdua. Maka aku akan membuat mereka sadar posisiku." janji Selena. Ia akan membuat dua orang itu bertekuk lutut dibawah kakinya.

Karina hanya tertawa keras mendengar kata-kata Selena. Seperti lolucon yang tak memiliki arti.

Karina melangkah mendekati Selena, bahunya membungkuk sebelum membisikkan sesuatu. "Apa buktinya? Ayahmu sedikit menjauh darimu bahkan Davin mengajakku berkencan tadi."

Ia semakin mendekatkan bibirnya ditelinga Selena agar semakin jelas apa yang ucapkannya. "Oh ya, aku lupa memberitahu sesuatu yang penting. Bibir Davin baru saja mencium bibirku, tahu? Rasanya sangat hangat dan menyenangkan."

Bibir Karina mengerut, menahan senyuman. Gestur mengejek. Ia menegapkan tubuhnya—mengharapkan reaksi cemburu Selena.

Namun Selena hanya bersandar dengan santai disofa. "Oh, ya? Bagus sekali.. Lagi pula bibir Davin aku pernah mencicipinya. Secara tidak sengaja kau mencicipi bekas ku.." Selena terkekeh pelan.

Wajah Karina merah dengan tubuh kaku. Bukan begini harusnya, seharusnya Selena berteriak dan mengeluarkan ekspresi cemburu.

"Dan.. jika aku menjadi dirimu aku tidak akan bangga karena mencium calon tunangan seseorang.. Dan lagi pula hasil kencan kalian dari rengekan dan merajuk mu karena hanya penebusan permintaan maaf tidak dibelikan coklat."

Selena kembali berdiri, merapihkan semua alat tulisnya. Langkahnya berhenti disamping Karina, tubuhnya membungkuk sebelum berbisik.

"Dan aku tak akan cemburu dengan ciuman paksa dan kencan mendadak dengan seharga coklat murahan." mata Selena berbinar penuh hina pada Karina. Sementara Karina hanya membeku dengan mata merah menahan air mata.

Selena kembali berjalan pergi menuju kamar. Meninggalkan Karina dengan perasaan hina dan rendah. Ia tak akan membiarkan Karina menghinanya dengan sesuatu hal sepele seperti berkencan atau cemburu karena ciuman menjijikan dari Davin.

Gairah seksual terhadap Davin pun Selena tak dapat merasakannya lagi. Karena pria itu begitu beracun dan tidak memiliki kepercayaan diri yang kuat.

setelah sampai dikamar Selena menutup pintu kamarnya. Bersandar berat dipintu, melirik ke arah pintu seolah Karina masih disana.

"Silakan jika kau mau mengambil Davin dan ayahku.. Karena mereka berdua tidak lagi berharga dimataku."

Ia berjalan ke arah kasur. Merebahkan diri dikasur, menghela nafas sembari memejamkan matanya.

Perasaan empatinya menghilang. Ini lebih mudah bersikap kejam dari pada memikirkan perasaan seseorang yang bahkan tak memikirkan perasaan dirinya.

Ponsel berbunyi—pesan masuk. Selena mengambilnya. Membuka, sebuah nomer tidak dikenal mengirimi gambar.

Sebuah hasil jawaban ujian. Bocoran jawaban untuk ujian nanti, Selena hanya tersenyum. Ia tahu siapa pengirim ini.

"Arsa .. Kau bodoh atau pintar memberiku ini?" Selena masih tidak paham mengapa Arsa menolongnya suka rela.

Namun menerima pertolongan Arsa sedikit berisiko. Karena Selena tidak tahu apa yang Arsa inginkan dibalik 'balas budi'

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!