NovelToon NovelToon
Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Duda
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Kakak dan adik yang sudah yatim piatu, terpaksa harus menjual dirinya demi bertahan hidup di kota besar. Mereka rela menjadi wanita simpanan dari pria kaya demi tuntutan gaya hidup di kota besar. Ikuti cerita lengkapnya dalam novel berjudul

Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Tanpa sadar, Wanda merapatkan diri dan memeluk pinggang Om Marcos, tubuhnya yang setengah terbungkus hanya kemeja hitam itu menempel erat di punggung pria tersebut. Ia lupa dengan ketidaksempurnaannya, lupa akan kerentanan yang tertinggal di ranjang. Tuan Marcos menyentuh tangan Wanda yang tersimpul di perutnya, tatapan lembut menyiratkan tanya,

"Ada apa, Hem?" Hati Wanda berdebar, seolah harap dan takut bergulung bersama dalam sentuhan sederhana itu.

"Boleh nggak, Om? Jangan buru-buru pergi...” suara Wanda bergetar, matanya menatap pria matang itu dengan harap.

 Pria itu perlahan memutar badan Wanda, membuat pandangannya jatuh lagi pada sosok gadis itu, masih polos, rapuh seperti bayi. Tangannya merangkul tubuh Wanda, memberikan pelukan hangat yang seolah berjanji takkan melepaskan.

 “Masih belum cukup?” tanyanya lembut, menembus kebingungan di mata Wanda. Wanda menelan ludah, perasaan sepi menggelayuti hatinya, bukan apa yang pria itu kira.

Ia berjinjit, menyandarkan wajahnya pada bahu pria itu, mencoba mengecup dengan malu-malu. Tanpa kata, pria itu menundukkan kepala, memberi jalan agar keinginan sederhana Wanda terbalaskan dalam senyap.

Wanda berdiri terpaku, mata tak lepas menatap sosok tuan Marcos yang tegap dan penuh wibawa. Napasnya berdebar lebih cepat saat dia melangkah mendekat, jarinya gemetar saat menyentuh bibir pria itu dengan lembut. Denyut aneh menusuk dada, membangkitkan hasrat yang tiba-tiba membara.

Pesona tuan Marcos seperti magnet, membuatnya kehilangan kendali. Tuan Marcos hanya diam, membiarkan Wanda mengecup bibirnya tanpa berkata sepatah kata. Ada bingung terpatri di wajahnya, tatapannya samar tertunduk, seolah ikut terbawa oleh gelora yang sama. Ciuman itu terasa panas, membakar keinginan yang sulit ditolak.

Tiba-tiba, ketukan pintu keras menghentikan momen itu, membelah keheningan dan membuyarkan fantasi yang baru tumbuh. Wanda mundur, pipinya membara penuh malu, matanya menghindar seolah ingin menghapus keberanian yang barusan dia tunjukkan. Sementara itu, tuan Marcos mengusap bibirnya yang masih hangat, tatapan berubah menjadi gelap penuh pertanyaan.

“Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa sulit menahan diri dari godaan seorang gadis?” gumamnya pelan, suaranya tenggelam dalam keheningan ruangan, mengevaluasi hati dan langkahnya sendiri.

"Belum mau ditinggal?" suara Tuan Marcos lirih tapi tegas, matanya menatap Wanda dengan keseriusan yang membuat dada gadis itu sesak.

 Wanda langsung memeluk pria matang itu, seolah ingin menahan waktu agar tak segera berlalu. Tubuhnya gemetar, dan napasnya tercekat, belum benar-benar siap melepas. Tuan Marcos membalas pelukan itu dengan senyum tipis, menenangkan.

"Oke, nanti malam kamu boleh melakukannya lagi denganku. Di kamar ini saja. Biar Kino yang perpanjang bookingan," ucapnya dengan nada yang tak biasa, serius dan penuh janji. Mata Wanda tiba-tiba berkilat, campur aduk harap dan takut menyelinap di dalamnya.

"Benarkah dia serius?" gumamnya dalam hati sambil perlahan melepas pelukan.

Tatapannya tak lepas dari pria itu yang, dalam sekejap, telah mengubah seluruh dunianya. Namun, ada getir di sana, perasaan seperti dipermainkan takdir yang kejam. Tuan Marcos tanpa kata lagi berbalik dan melangkah keluar kamar, meninggalkan Wanda terpaku dengan hati yang kacau, antara rindu dan kebingungan.

Wanda menatap kosong langit-langit putih di atas ranjang, tubuhnya terhempas tanpa tenaga.

“Apa yang sebenarnya aku lakukan? Apakah ini jalan terbaik?” gumamnya pelan, suara hati yang penuh keraguan menggerogoti pikirannya.

Matanya sayu, terpaku pada bayangan gelap yang masih melekat dari malam sebelumnya. Dia ingin melarikan diri dari kenyataan, melepas lelah sebelum harus bangkit menghadapi dunia yang terasa makin berat. Dalam benaknya terbayang kampus yang menanti, tempat di mana impian dan harapan seharusnya tumbuh. Namun, rasa hampa dan pilihan yang menyempit membuat dada terasa sesak. Wanda menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak di dalam dada.

 “Aku harus mandi, aku harus pergi,” bisiknya pada diri sendiri, seolah memaksakan keberanian untuk melangkah. Tapi dalam hatinya, tanya itu terus menghantui.

“Bisakah aku bertahan? Apakah ini harga yang harus kubayar demi hidup yang lebih baik?”

Tatapan heran terpancar jelas dari mata Ken dan Kino saat mereka memperhatikan jejak-jejak kepemilikan yang tersisa di leher Tuan Marcos. Kenyamanan bos mereka seolah tak tergoyahkan, Marcos hanya melemparkan pandangan acuh, tak peduli dengan rasa ingin tahu kedua anak buahnya itu.

“Tuan Marcos, meeting pagi sebentar lagi dimulai. Kurang sepuluh menit lagi, mereka sudah lama menunggu,” Kino menyela, suaranya dipenuhi keprihatinan saat mengingatkan jadwal ketat hari itu.

“Tunda saja, hubungi Pak Hari. Meetingnya mundur dua jam,” jawab Marcos santai, nada bicaranya seperti tak pernah peduli waktu dan konsekuensi.

Kino menatap bosnya dengan kening berkerut, bingung sekaligus kesal. Sebuah perintah yang seenaknya mengacak jadwal padahal orang-orang sudah siap menunggu, terasa sangat mengganggu.

“Kita ke mansion orang tua itu,” Marcos melanjutkan sambil menoleh kepada Ken yang mengemudi.

 Sejak kemarin, ayahnya benar-benar mengusik ketenangannya, "Aku mau kencan dengan wanita kesayanganku tanpa gangguan.” Kino hanya menghela napas panjang, hatinya terperangkap antara hormat dan frustrasi. Perintah bosnya memang tak bisa ditawar, sekeras apapun rasanya.

*****

Di ruang tamu mewah mansion pribadi Tuan Besar Anggara, udara terasa tegang. Pria tua itu menatap Marcos dengan mata yang berkilat tajam, suara bergetar menumpahkan kekesalan,

"Kapan kamu mau menikah lagi, Marcos? Jangan kira aku buta soal ulahmu selama ini. Suka gonta-ganti pacar, ya? Gak takut kena penyakit kelamin, apa?" Tangannya terangkat, jari-jari gemetar sedikit menekuk meja kayu, tanda amarah yang coba dikendalikan.

"Sejak kapan kamu jadi seliar begini?"

Tuan Besar Anggara, pria berusia enam puluh sembilan tahun dengan postur tegap dan wajah yang tetap segar, memang dikenal keras namun masih menyimpan wibawa seorang kepala keluarga. Ia duda sejak istrinya wafat di usianya enam puluh dua tahun, namun semangatnya tak pernah luntur. Marcos menghela napas panjang, membenarkan posisi duduknya agar terlihat lebih tenang.

"Ayah, aku belum menemukan wanita yang tepat. Aku butuh dia bisa menerima Salsa, putriku. Begitu juga Salsa harus siap kalau wanita itu jadi ibu tirinya," jawab Marcos dengan nada penuh harap tapi terselip beban di suaranya.

Tuan Besar Anggara menyipitkan mata, menatap tajam tanpa kata, menggantungkan pertanyaan berat dalam keheningan yang memecah ruang antara mereka.

Tuan Anggara menatap tajam ke arah putranya, nada suaranya mengeras. "Kalau begitu cepatlah menikah dengan Lina. Bukannya dia sudah sangat dekat denganmu? Bahkan Salsa juga menyukainya."

Tuan Marcos mengerutkan dahi, wajahnya memerah karena kesal.

 "Ayah, aku sudah tidak suka sama Lina. Sifatnya itu lho, bikin aku gak nyaman."

Tuan Anggara menepuk-nepuk meja dengan kasar, bibirnya mengeras.

"Dasar duda banyak maunya! Untung masih ada gadis muda yang tergila-gila padamu. Ini kamu sok jual mahal!"

Marcos menatap balik dengan tajam, menahan amarahnya.

 "Ayah yakin Lina masih perawan? Apa ayah sudah periksa?"

Mendengar itu, mata Tuan Anggara membelalak, tubuhnya seketika tegang. Dengan cepat, tangannya menghantam rahang Marcos keras, membuat pria muda itu meringis kesakitan sambil memegangi dirinya.

"Jangan kurang ajar!" geram Tuan Anggara sambil menahan napas.

1
Ika Syarif
Luar biasa
꧁≛⃝❤️𝐌αgιѕηα❀࿐
Momyyy ..
kau ini punya kekuatan super, yaaakk?!
keren, buku baru teroooss!!🤣💪
Xiao Li: beliau ini punya kuasa lima, sekali seeeetttt... langsung melesat. kagak kek kita yang lelet kek keong🤣
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!