"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Main Detektif 19
Ditrian mengerutkan aslinya ketika mendapat sebuah pesan dari seseroang. Nama pengirimnya adalah Oland. Tentu saja Ditrian sama sekali tidak mengingat tentang orang itu. Akan tetapi Ditrian mencoba membaca semua pesan tersebut dari atas hingga bawah.
"Mbak, coba Mbak Lulu lihat deh. Apa mungkin ini temen Didit ya?" tanyanya kepada Luaticia. Mereka memang masih ada di ruang kerja milik Drake meski sudah malam.
"Emangnya nggak apa-apa kalau Mbak baca?"tanya Luaticia. Dia tahu bahwa itu adalah ponsel pribadi milik Ditrian yang pastinya banyak hal penting di sana. Luaticia tidak ingin melewati batas yang ada.
"Ya nggak masalah lah, kan Mbak ini yang baca. Lagian Didit nggak ngerti nih Mbak. Dichat ini, dia selalu bilang bos, bos, bos, gitu. Emangnya Didit itu bos ya? Aaah Didit tahu, mungkin dia mau ngajak main Didit kali ya. Kayak pas di desa gitu. Ada yang akting jadi Bos ada yang akting anak buah?"ujar Didit.
Luaticia hanya tersenyum. Dia lalu membaca isi pesan pria yang bernama Oland tersebut. Dan benar yang dikatakan Ditrian bahwa dalam pesan itu Oland memanggil Ditrian dengan panggilan bos.
Sebenarnya itu bukan hal aneh, apalagi Luaticia sudah tahu bahwa Ditrian adalah seorang pemimpin perusahaan. Meski pada awalnya dia terkejut bukan main.
"Didit mau bales pesannya nggak?" tanya Luaticia. Dia memang diminta untuk menjadi 'dalang' Ditrian. Tapi Luaticia tidak ingin bergerak jika Ditrian tidak menginginkannya.
"Nggak ah, Mbak. Nggak mau. Kan Didit lupa sama si Oland ini. Didit nggak tahu juga dia baik apa enggak, soalnya dalam chat dia kayak merengek gitu,"jawab Ditrian.
Luaticia terkekeh geli. Sebenarnya Oland tidak merengek, hanya saja dia ingin Ditrian mengerjakan sesuatu yang mungkin tak kunjung dikerjakan olehnya sebagai pimpinan.
"Kalau nggak mau ya udah. Tapi nanti kalau Didit udah banyak belajar dan udah pinter, Didit harus mau bales-balesin chat yang masuk di hape Didit ya,"ucap Luaticia dengan senyumannya yang lebar dan tulus.
"Iya, oke. Apa kata Mbak Lulu aja," sahut Ditrian sambil terus melakukan latihan tanda tangan sesuai tanda tangan miliknya sebelum hilang ingatan.
Bukan hanya latihan membuat tanda tangan, Ditrian juga diajari cara duduk dan berjalan oleh Vindra. Vindra memeperlihatkan video tentang Ditrian sebelum ingatannya hilang dan sikapnya menjadi anak-anak.
Awalnya pria itu terkejut mendapati dirinya versi lain. Namun Ditrian yang mendapat pengarahan dari Vindra dibantu oleh Lauticia pada akhirnya mau melakukan sesuai apa yang ada di video.
Karena pada dasarnya Ditrian adalah orang yang cerdas, dia pun sudah bisa mengusai beberapa hal yang ditunjukkan oleh Vindra.
"Bagus, sekarang sudah malam. Kita istirahat dulu, besok mulai pagi-pagi kita sambung lagi,"ucap Vindra mengakhiri kelas hari ini. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, ia tidak ingin memforsir dua orang tersebut.
"Vin, sebenernya ngapain sih aku harus ngelakuin kayak gini. Aku kan masih kecil, aku cuma pengen main bukannya akting jadi pekerja,"tanya Ditrian kepada sang keponakan. Dia sedari tadi sebenarnya bertanya-tanya, mengapa dirinya harus melakukan sesuatu yang sangat merepotkan.
"Lu, kamu pergi ke kamar dulu aja nggak apa-apa. Dan juga temui Nek Asih dulu, pasti sedari tadi dia nyariin kamu,"ucap Vindra kepada Luaticia. Dia ingin bicara berdua dengan Ditrian, maka dari itu menyuruh Luaticia untuk pergi lebih dulu.
"Iya, Kak," jawab Luaticia cepat lalu segera meninggalkan ruang kerja tersebut.
"Nah, sekarang ayo duduk dulu, Dit,"ajak Vindra. Dia meraih tangan Ditrian dan mengajaknya untuk duduk di sofa. Cara Vindra memperlakukan Ditrian yakni sesuai usia mental Ditrian. Namun mungkin apa yang dia katakan nanti tidak demikian.
Fyuuuh
Vindra mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Dia lalu kembali menyalakan layar televisi yang ada di ruangan itu. Sebenarnya awalnya televisi itu tidak ada di sana, namun diletakkan karena untuk Luaticia dan khususnya Ditrian belajar.
"Dit, kamu adalah seorang Ditrian Jananta Adiwitama. Putra dari Drake Adiwitama dan Dheanditya Niranjana. Kamu juga seroang CEO dari GoodFood Factory. Apa itu CEO, CEO adalah seorang bos atau pemimpin. Dan GoodFood Factory adalah perusahan yang kamu cetuskan dan kamu rintis semasa kuliah. Apa kamu paham sampai sini?" tanya Vindra sambil memerhatikan ekspresi wajah Ditrian yang fokus menatap layar televisi itu.
"Jadi, apa yang di situ beneran Didit?" tanya Ditrian menanggapi ucapan Vindra.
"Ya, itu adalah Didit. Semua yang ada di layar itu adalah Didit yang dulu sebelum kamu menghilang. Suatu haru kamu menghilang. Kami semua kebingungan. Kamu juga bahkan hampir menyerah dan menganggapmu sudah meninggal. Tapi Oma, yakni Mama kamu tidak. Dia selalu yakin kamu masih hidup. Dan benar, kamu masih hidup. Makasih Uncle,makasih karena kamu kembali dengan selamat,"ucap Vindra panjang.
Dengan spontan, Vindra memeluk Ditrian sambil menangis. Ini kali pertama Vindra meneteskan air matanya setelah dewasa. Dalam hati terdalamnya, pria itu benar-benar bersyukur karena anggota keluarganya telah kembali.
Tes
Tanpa disadari, Ditrian meneteskan air matanya. Ia lalu menghapusnya dan menatap tangannya yang basah.
"Kenapa aku nangis?"ucapnya lirih. Ditrian lalu dengan cepat menghapus air mata yang menetes pada pipinya itu.
"Nah, kenapa kamu harus melakukan itu semua? Karena itu memang kamu, Dit. Dan kita tidak boleh membiarkan seorang pun tahu tentang keadaanmu yang seperi ini. Kamu tahu tentang permainan detektif?"
Vindra melerai pelukannya dan menatap Ditrian dengan lekat. Ditrian lalu mengangguk tentang pertanyaan Vindra.
"Nah bagus, sekarang ini kita juga sedang main itu. Kalau mau menangkap musuh, kita harus menyusun strategi bukan. Soal kamu yang tiba-tiba hilang,kita belum tahu siapa penjahatnya. Nak kita harus berakting sekarang. Kita harus bermain peran agar penjahat itu diketahui lalu ditangkap."
Vindra berhenti dulu dalam menjelaskan kepada Ditrian. Dia melihat reaksi Ditrian, apakah pria itu mengeri apa tidak.
"Oh jadi kita harus menangkap penjahat. Makanya Didit harus akting seperti Didit yang ada di tivi itu?" balas Ditrian.
"Yap betul. Penjahat yang udah buat Didit hilang belum ketemu, jadi kita sekarang harus akting dengan sangat baik. Ingat, nggak ada yang boleh tahu kalau Didit akting dan jangan percaya sama siapapun kecuali orang di rumah ini dan juga Lulu tentunya,"papar Vindra, dia memegang kedua bahu Ditrian dengan erat tapi tidak kencang.
Ditrian mengangguk, matanya nampak memancarkan semangat dan itu membuat Vindra senang.
"Bagus, mulai besok kita harus semakin giat belajar aktingnya,"ujar Vindra.
"Oke siap, mari berlajar biar penjahatnya segera ketangkep,"Sahut Didit penuh dengan semangat.
TBC