Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.
Spin of sweet revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MJW 13
Sore ini Hasan juga tidak datang lagi. Tika mulai merasa kalo hubungan nona dokternya dengan malaikat penjaga pintu surga sedang ada masalah.
"Nona, malaikat pen eh, maksudnya teman nona kenapa ngga datang lagi? Tensinya sudah turun?" Tika sulit mengendalikan kekepoannya.
Luna menatap Tika datar.
"Pasti sudahlah. Kan, udah dikasih obat." Luna mengambil tasnya. Hari ini cukup melelahkan karena sejak pagi hingga sore ada tiga operasi yang dia dampingi. Kalo nanti bertemu Hasan, rasanya dia sudah ngga bisa berdebat lagi dengan laki laki itu.
"Oooh iya, ya, dokter." Semangat Tika langsung kendor melihat wajah masam Luna. Dia tidak bertanya lagi, tapi kini menyibukkan diri merapikan tempat tidur pasien.
"Aku duluan, Tik," pamit Luna sambil melangkah pergi.
"Iya, dokter."
Tapi baru saja dia keluar dari ruangannya, wajahnya bertambah masam. Teman dokternya datang sambil menyodorkan segelas kopi dan satu kantong plastik kecil yang berisi kotak dengan merek roti yang di jual di depan rumah sakit.
"Tolongin lagi, ya, Lun. Si Astro, Dito dan Rindi lagi operasi juga. Mimin cuti. Ngga tau, nih, hari ini banyak banget yang operasi," mohon Ajeng si dokter bedah. Dia juga mengulurkan map yang berisi rekam medis pasien.
Tanpa kata Luna meraih kopi yang diulurkan juga plastik berisi kotak roti.
"Lima menit. Aku habisin dulu kopi dan rotinya." Luna duduk di bangku tempat pasien biasanya menunggu.
Senyum Ajeng melebar
"Empat puluh lima menit ngga apa apa. Sekarang pasiennya juga sedang siap siap mau dibawa ke ruang operasi. Kita dulu pernah membicarakan pasien ini."
Syukurlah, batin Luna. Dia pikir pasiennya sudah berada di ruang operasi, karena itu dia mau cepat cepat abisin kopi dan rotinya.
Kalo dipikir pikir, sebagai dokter, dirinya malah tidak menjaga kesehatan dengan benar. Ngantuk atau capek obatnya kopi. Lapar karena harus buru buru makannya pop mie atau roti, nyemil selagi masih jam tugas. Baru bisa makan dengan tenang setelah jam kerja berakhir, tapi tentu saja kalo tidak diganggu dokter bedah.
Ajeng kemudian pergi meninggalkannya dengan wajah sumringah.
Akhirnya Luna bisa menghabiskan kopinya pelan pelan sambil menggigit roti.
"Belum pulang, dokter? Lagi nunggu malaikat penjaga eh teman dokter, ya?" tegur Tika kaget ketika melihat Luna malah duduk di kursi tunggu pasien.
"Ada operasi." Luna mendelik kesal.
"Oooh, iya, dokter," sahut Tika malu malu karena sudah salah menebak.
"Tadi kamu bilang apa lanjutannya? Malaikat penjaga apa?" Agak penasaran juga Luna mendengarnya. Karena Tika beberapa kali selalu keceplosan, tapi ngga pernah sampai selesai.
"Em.... anu dokter.... Malaikat penjaga pintu surga." Masih malu malu Tika menjawab
Luna bengong mendengarnya. Dia speechless.
Maksudnya Hasan?
Luna ngga terima. Seharusnya laki laki itu dijuluki malaikat penjaga pintu neraka karena suka php tapi kemudian pergi. Dia ahli ghosting! Luna menyumpah dalam hati.
"Wajahnya itu, loh, dokter. Tampan, tegas tapi senyumnya lembut banget. Menenangkan." Tika menjabarkan dengan wajah berseri seri.
Luna merasa saraf saraf perawatnya sudah banyak yang putus. Tanpa kata Luna berjalan meninggalkan Tika yang sepertinya masih belum sadar ditinggal Luna.
Dia harus waras, jangan sampai kata kata Tika juga membuat saraf saraf di dalam kepalanya ikutan rusak bahkan sampai putus. Dia ada operasi penting.
Operasi berlangsung selama hampir empat jam. Laki laki yang masih muda tapi tidak menjaga kesehatannya dengan benar hingga sudah menderita penyakit jantung koroner.
Selesai juga dan operasi bypas jantung ini berakhir sukses. Keluarganya menyambut dengan gembira. Melihat kebahagiaan di wajah keluarga pasien, Luna juga ikut bahagia.
Luna juga pernah gagal. Kesedihan pasien terbawa padanya sampai berhari hari. Dia dan tim dokter lainnya merasa bersalah dan sangat menyesal. Kehilangan itu sangat menyakitkan.
"Pulangnya mau aku antar, Lun? Supirku udah nungguin aku," tawar Ajeng saat menjejeri langkahnya. Dokter dokter yang membantu mereka sudah pergi mendahului. Begitu juga beberapa perawat. Sekarang hanya dia dan dua perawat yang masih melangkah pelan.
Di lorong ini memang masih ada beberapa orang yang lain, yqng keluarganya masih dioperasi.
"Ngga usah, rumah kita beda arah," tolak Luna kalem. Ajeng di utara, sedangkan Luna di selatan.
"Ngga apa apa. Kita makan dulu. Kamu ngga lapar?" tawar Ajeng lagi.
"Lapar, sih. Besok besok saja kalo mau traktir," tolak Luna lagi. Dia akan menghubungi sepupunya saja yang masih terpantau di grup sedang berada di jalan sekitar rumah sakit ini. Mereka juga baru pulang.
"Kamu udah ada yang jemput, ya?" Mata Ajeng menyorot jahil.
Siapa? Dia aja baru mau telpon Bian atau Jetro.
"Ituuuh...."
Luna menatap Ajeng heran, mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.
"Wadidawww....., tampan banget. Nemu dimana, Lun?" tanya Ajeng penuh kagum.
Luna mengikuti arah pandangan Ajeng. Seketika dia mematung.
Kok, dia bisa ada.di sini?
"ini, ya, Lun, pacar kamu yang sering dibicarakan perawat?"
Haah? Pacar? Pasti si Tika yang nyebarin gosip ngga benar.
Luna masih belum menjawab walau dia mengomel dalam hati. Tatapnya masih terpaku pada sosok yang sekarang sudah berjalan mendekat ke arahnya.
Hasan.
Ajeng tersenyum sopan pada laki laki yang masih tampak rapi dan wangi di jam selarut ini.
Pantas saja sulit didekati. Ternyata ini pawangnya, batin Ajeng maklum dan ngga habis habis rasa kagumnya saat memandang Hasan. Ajeng cukup tau sepupu sepupu laki laki Luna. Dan laki laki di depannya ini juga ngga kalah kerennya dengan mereka.
"Duluan, ya, Lun." Senyum Ajeng melebar sebelum dia melambaikan tangannya, pamit dan melangkah pergi. Dua orang perawat yang tadi membantu operasi juga menatap Luna dan Hasan penuh arti.
"Eh, iya," balas Luna tersadar kemudian balas melambai. Tapi kemudian kini tatapnya mengarah pada Hasan yang sudah semakin dekat.
Kok, dia tau aku belum pulang? Dia punya mata mata di rumah sakit ini? batin Luna menuduh.
"Baru selesai operasi?" tanya Hasan membuka obrolan setelah beberapa saat mereka saling diam.
"Kok, tau aku belum pulang?" Luna malah menginterogasi dengan nada juteknya.
"Ada yang ngasih tau." Hasan menjawab jujur. Senyum tipis masih bertahan di bibirnya.
"Siapa?"
"Kalo itu rahasia."
Luna berdecak kesal.
"Aku ngga suka, ya, dimata mata-i."
"Usahaku Luna Tolong hargai," ucapnya ringan sambil mengikuti langkah Luna.
Luna mendelik, tapi wajah teduh itu tampak santai. Seolah tidak terprovokasi dengan ketidakramahan Luna.
"Makan, yuk."
"Kantinnya sudah tutup."
Hasan tertawa pelan mendengar jawaban penuh kebohongan itu.
"Aku mau ngajak kamu makan di luar."
"Aku ngga lapar." Tapi kali ini kebohongannya dijawab dengan jujur oleh bunyi perutnya yang memalukan. Luna yakin pipi dan lehernya merona, merah sekali. Karena aliran darah yang mengalir di sana terasa panas.
"Mau makan apa?" Hasan tidak ingin membuat Luna merasa malu lebih lama.
"Kamu ngga salah ngajak aku pergi?"
"Kenapa? Kamu single, kan? Aku juga single."
Luna mendesis sinis.
"Bukannya siap nikah? Harusnya, iya, kan."
Hasan terbatuk, bukan karena sindiran Luna, tapi karena radangnya yang belum sembuh.
Luna meraih botol minuman kecil yang tadi diambilnya di ruang operasi. Masih bersegel.
"Minum dulu. Kelihatannya calon istrimu tidak merawatmu."
Hasan tersenyum setelah batuknya mereda. Dia menerimanya. Segelnya juga sudah dibuka.
"Tidak. Dia merawatku dengan sangat baik."
Luna terdiam dan memandang laki laki itu yang kini sudah duduk dan meneguk habis minuman yang dia berikan.
harus dengan cara apa agar kamu berhenti mengharapkan Hasan,
jangan rendahkan harga dirimu begitu murahnya
jangan juga buat kami ilfill dengan caramu yg menodai kehormatan wanita bercadar.
jujur aku penasaran kenapa hasan menolak laila??
ataukah dulu kasus luna dilabrak laila,, hasan tau??
udah ditolak hasan kok malahan mendukung tindakan laila??
Laila nya aja yg gak tahu diri, 2x ditolak msh aja ngejar²😡